208
16 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 Daftar Koordinat Geografis
Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia 17 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per.16Men2008
tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 18 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasional
Pengelola Perbatasan
5.43 Dasar Penentuan Batas Laut dan Penanganan Hukum
Sejarah membuktikan, baik ―Mare Liberum‖ Belanda maupun ―Mare Clausum
‖ Inggris, tidak dapat mempertahankan ajarannya dengan kaku dan konsekwen. Grotius sendiri dalam bukunya De Jure Belli Ac Pasis 1625
mengakui bahwa laut sepanjang pantai suatu negara dapat dimiliki sejauh yang dapat dikuasai dari darat. Sedangkan Selden mangakui hak-hak negara untuk
memiliki lautnya masing- masing dan mengakui adanya hak ―innocent passage‖
atau hak lintas damai di laut-laut yang dimiliki atau dituntut Djalal 1979. Mengenai berapa lebar laut yang dapat dikuasai laut wilayah oleh suatu
negara menurut Bynkerhoek seorang sarjana Belanda, mengatakan, sampai di mana kekuatan senjata meriam dari darat, yang pada waktu itu 3 mil dan
selebihnya adalah bebas untuk dinikmati seluruh umat manusia. Kusumaatmadja 1979 dan Hasjim. 1979.
Pada waktu itu umumnya negara-negara maritim di Eropa mempraktekkan laut teritorial 3 mil tersebut, tetapi ajaran 3 mil tembakan meriam tersebut
bukanlah satu-satunya aturan Hukum Internasional mengenai lebar laut wilayah. Sejak saat itu negara-negara Eropa telah menerima ajaran pembagian laut yang
dapat dimiliki oleh suatu negara dengan adanya “Innocent Passage” dan di luar
itu adalah laut lepas yang dapat dimiliki oleh semua negara. Dalam hal menentukan mengenai berapa luas laut wilayah itu belum ada kesepakatan dalam
praktek negara-negara. Dalam perkembangannya dalam usaha untuk menentukan lebar laut wilayah masalah lintas damai
“innocent passage” selalu diterima.
209
Perkembangan lahirnya konsepsi lahirnya laut teritorial, konsepsi antara laut terbuka mare liberum dan laut tertutup mare clausum akhirnya tercapai
kompromi, Inggris juga lambat laut menerima ajaran kebebasan lautan, sedangkan Belanda mengakui hak suatu negara untuk menguasai laut yang berbatasan
dengan pantainya sejauh yang dapat dijangkau oleh tembakan meriam. Sedangkan pendekar-pendekar kedaulatan atas lautan masa lalu Portugal dan Spanyol telah
mengalami kemerosotan. Sejarah perbatasan membuktikan bahwa wilayah perairan Pulau Miangas
dan Pulau Marore rawan terhadap konflik sosial, terutama berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya alam dan perdagangan berbagai komuditas. Data hasil
analisi penelitian menunjukkan bahwa sekitar 90 responden mengatakan bahwa perangkat hukum yang ada di Pulau Miangas dan Pulau Marore telah cukup
tersedia dan berfungsi, hal ini didukung oleh tersedianya unit kerja yang terkait dengan hukum, antara lain Kepolisian Sektor Polsek , Komando Rayon Militer
Koramil, Polisi Air dan Udara Polairud, Bea Cukai, Pos Angkatan Laut. Unit kerja ini berfungsi untuk menjaga kepentingan negara dari gangguan negara asing.
Namun demikian, di kedua pulau tersebut belum ada instansi Kejaksaan dan Pengadilan, sehingga permasalah permasalah hukum harus diselesaikan di ibu
kota kabupaten yaitu di Melongguane dan Tahuna. Kantor Perwakilan Negara Filipina telah ada di kedua pulau tersebut, untuk menfasilitasi pelintas batas antara
warga negara Indonesia yang akan berkunjung ke Filipina dan atau sebaliknya, serta menjadi kantor penghubung bagi kedua negara apabila terjadi permasalahan
di laut, terutama nelayan-nelayan Filipina yang memasuki wilayah laut Indonesia. Keterbatasan personil pada unit kerja di Pulau Miangas dan Pulau Marore
menyebabkan unit kerja kurang responsive dan harus selektif dalam penyelesaian masalah keamanan dan konflik kepentingan yang sering terjadi. Konflik yang
sering terjadi di perbatasan adalah nelayan Filipina yang memasuki wilayah perairan Indonesia, dan penyelundupan barang-barang yang dilakukan oleh
nelayan dan pelintas batas.
210
5.44 Politik dan Pertahanan Keamanan