38
2.13 Kejahatan Wilayah Perbatasan
Kejahatan crime dan pelanggaran violation perikanan adalah dua bentuk tindakan atau perbuatan melawan peraturan perundang-undangan
perikanan. Pada perspektif nasional, hal tersebut berarti perbuatan melawan hukum nasional, yaitu hukum positif yang berlaku di Indonesia. Sejauh ini,
hukum positif perikanan yang merupakan payung serta rujukan bagi keseluruhan aturan atau regulasi perikanan adalah Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan UU 312004. UU 312004 ini mengatur secara komprehensif pokok-pokok pembangunan
perikanan yang berawal dari penataan atau pengelolaan sumberdaya perikanan, pemanfaatan, pengawasan, hingga pengolahannya dan pemasaran produk
perikanan. UU 312004 ini juga memberikan arahan bagi pembangunan masyarakat perikanan, terutama pemberdayaan nelayan serta pengembangan
usaha perikanan. Selain itu, UU 312004 memuat ketentuan tentang perbuatan atau peristiwa pidana yang berkaitan dengan perikanan serta pengadilan atas
perbuatan atau peristiwa pidana tersebut. Perbuatan pidana atau peristiwa pidana pada UU 312004 ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kejahatan
perikanan dan pelanggaran perikanan. Nikijuluw 2008. Kejahatan lainnya yang sangat rawan di daerah perbatasan adalah terorisme,
dimana daerah perbatasan dapat menjadi tempat masuk keluar terorisme dan pulau-pulau kecil menjadi tempat persembunyian. Teroris bukan suatu peristiwa
yang baru di Indonesia.
2.14 Dimensi Hukum Pengelolaan Wilayah Perbatasan
Ada tiga hal berkenaan dengan pengelolaan perbatasan, yaitu: 1 alternatif lembaga pengelola wilayah perbatasan 2 kelebihan dan kekurangan
ketiga alternatif, dan 3 implikasi terhadap sebuah usulan kebijakan Wila 2006. Pertama mempertahankan struktur kelembagaan yang ada seperti sekarang ini,
kedua, perlu memiliki badan khusus yang langsung bertanggung jawab kepada presiden, ketiga tidak perlu sebuah badan akan tetapi dibentuk forum, dewan atau
board perbatasan.
39
Kelebihan dan kekurangan dari ketiga alternatif kelebihannya adalah mempertahankan stuktur yang telah ada seperti Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Dalam Negeri dan lainnya. Kelemahannya adalah penegakan
akuntabilitas publik dari pelaksanaan pengawasan atau implementasi dari masing- masing peran dan tugas yang diemban oleh pihak-pihak yang berkompeten.
Implikasi sebuah usulan kebijakan dengan konsep debirokratisasi atau reinveting government dalam setiap kelembagaan perbatasan yang akan dibentuk
untuk mendukung ke arah akuntabilitas kelembagaan dan optimalisasi kinerja yang semakin meningkat.
Menurut Dunn 2000, kebijakan meliputi tiga pendekatan yaitu: 1 pendekatan empiris, yaitu pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari
kebijakan publik; 2 pendekatan evaluatif, yaitu pendekatan yang berkenaan dengan penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan, 3 pendekatan
normatif, yaitu pendekatan yang berkaitan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan. Dalam proses penelitian, analisis
kebijakan menggunakan prosedur analisis umum yang biasa dipakai untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan yaitu: deskripsi, prediksi, evaluasi
dan rekomendasi. Dari segi waktu dalam hubungannya dengan tindakan, maka prediksi dan rekomendasi digunakan sebelum tindakan diambil sedangkan
deskripsi dan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi. Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah khususnya pengelolaan
pulau-pulau kecil terluar adalah Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005. Dalam pengelolaannya perlu kelembagaan yang merupakan wadah koordinasi non
struktural yang berada di bawah dan bertangung jawab kepada Presiden. Kelembagaan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar dilaksanakan oleh Tim
Koordinasi yang telah dibentuk yang terdiri dari ketua Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Menkopolhukam dan Wakil Ketua I
merangkap Anggota Menteri Perikanan dan Kelautan dan Wakil Ketua II merangkap Anggota Menteri Dalam Negeri, sedangkan Sekretaris adalah
Sekretaris Menteri Koordinator Bidang Polhukam. Keanggotaan kelembagaan
40
terdiri dari 17 tujuh belas yaitu : 1 Menteri Pertahanan; 2 Menteri Luar Negeri; 3 Menteri Perhubungan; 4 Menteri Pekerjaan Umum 5 Menteri
energi dan Sumberdaya Mineral; 6 Menteri Kesehatan; 7 Menteri Pendidikan Nasional; 8 Menteri Keuangan; 9 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia;
10 Menteri Kehutanan; 11 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan NasionalKepala BAPPENAS; 12 Menteri Negara Lingkungan Hidup; 13
Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; 14 Sekretaris Kabinet; 15 Panglima Tentara Nasional Indonesia; 16 Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia; 17 Kepala Badan Intelijen Negara BIN. Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar mengacu pada Tata Ruang
Wilayah oleh karena itu perlu dilakukan penataan kembali tentang batas di wilayah laut terutama di wilayah Zona Ekonomi Eksklusif. Hal ini menjadi
penting untuk pelaksanaan pengelolaan dan kepentingan nasional keutuhan batas negara serta implementasi dari ratifikasi UNCLOS Tahun 1982 yang telah
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nation Convention on the Law of The Sea.
Penegakan hukum merupakan salah satu pilar utama untuk menegakan kedudukan dan kewenangan kelembagaan. Oleh karena itu penegakan hukum
harus dikembangkan untuk menjamin kepastian hukum sehingga setiap institusi yang berkepentingan di bidang kelautan dan perikanan mampu memainkan peran
sesuai yang diharapkan. Penegakan Hukum yang efektif juga akan menjamin sistem dan mekanisme hubungan kelembagaan yang efektif. Pengembangan
penegakan hukum dapat bersifat prefentif dan represif. Pengembangan penegakan hukum yaitu mencakup pengembangan sistem dan prosedur penanganan
pelanggaran dan penyelesaian sengeketa di bidang kelautan dan perikanan di wilayah perbatasan.
Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, batasan Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang selanjutnya disebut
dengan Wilayah Negara adalah salah satu unsur negara yang merupakan satu kesatuan wilayah daratan, perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut
41
teritorial beserta dasar laut dan tanah di bawahnya, serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Selanjutnya disebutkan tentang definisi wilayah perairan, wilayah yuridiksi bahwa Wilayah Perairan adalah perairan pedalaman, perairan kepulauan,
dan laut teritorial. Wilayah Yurisdiksi adalah wilayah di luar Wilayah Negara yang terdiri atas Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan Zona Tambahan
di mana negara memiliki hak-hak berdaulat dan kewenangan tertentu lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan hukum
internasional. Batas Wilayah Negara adalah garis batas yang merupakan pemisah
kedaulatan suatu negara yang didasarkan atas hukum internasional, sedangkan Batas Wilayah Yurisdiksi adalah garis batas yang merupakan pemisah hak
berdaulat dan kewenangan tertentu yang dimiliki oleh negara yang didasarkan atas ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.
Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal
Batas Wilayah Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan. Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara, telah ditetapkan organisasi Badan Nasional Pengelola Perbatasan dalam Peraturan Presiden. Menurut
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional Pengelola Perbatasan BNPP. BNPP sesuai Pasal 3, mempunyai tugas :
1 penyusunan dan penetapan rencana induk dan rencana aksi pembangunan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan;
2 pengoordinasian penetapan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan, pengelolaan serta pemanfaatan Batas Wilayah Negara dan Kawasan
Perbatasan; 3 pengelolaan dan fasilitasi penegasan, pemeliharaan dan pengamanan Batas
Wilayah Negara; 4 inventarisasi potensi sumber daya dan rekomendasi penetapan zona
pengembangan ekonomi, pertahanan, sosial budaya, lingkungan hidup dan zona lainnya di Kawasan Perbatasan;
42
5 penyusunan program dan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana perhubungan dan sarana lainnya di Kawasan Perbatasan;
6 penyusunan anggaran pembangunan dan pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sesuai dengan skala prioritas;
7 pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan serta evaluasi dan pelaporan 8 pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan Batas Wilayah Negara dan
Kawasan Perbatasan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, BNPP menyelenggarakan fungsi di antaranya adalah penyusunan dan penetapan rencana induk dan rencana aksi
pembangunan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. Selain itu BNPP memiliki fungsi pengkoordinasian penetapan kebijakan dan pelaksanaan
pembangunan, pengelolaan serta pemanfaatan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan. BNPP juga berfungsi untuk menyusun program dan kebijakan
pembangunan sarana dan prasana perhubungan dan sarana lain di kawasan perbatasan. Serta, menyusun anggaran pembangunan dan pengelolaan batas
wilayah negara dan kawasan perbatasan sesuai dengan skala prioritas. Susunan keanggotaan BNPP berdasarkan Pasal 6, terdiri dari a Ketua
Pengarah : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Kamanan; b Wakil Ketua Pengarah I : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; c Wakil Ketua
Pengarah II : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; d Kepala BNPP : Menteri Dalam Negeri. Sedangkan anggota terdiri atas : 1 Menteri Luar
Negeri; 2 Menteri Pertahanan; 3 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4 Menteri Keuangan; 5 Menteri Pekerjaan Umum; 6 Menteri Perhubungan; 7
Menteri Kehutanan; 8 Menteri Kelautan dan Perikanan; 9 Menteri Perencanaan Pembangunan NasionalKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 10
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal; 11 Panglima Tentara Nasional Indonesia; 12 Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 13 Kepala Badan
Intelijen Negara; 14 Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional; 15 Gubernur Provinsi terkait.
43
3 METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud di Provinsi Sulawesi Utara. Lokasi yang dipilih
untuk penelitian sangat menarik karena berbatasan langsung dengan negara Filipina. Waktu penelitian pengambilan data primer telah dilakukan pada bulan
Mei dan Juni, karena keadaan cuaca dan laut di wilayah penelitian sangat menunjang untuk penelitian, sedangkan pengambilan data sekunder dilakukan
sejak penyusunan usulan penelitian hingga proses pengolahan data.
3.2 Rancangan Penelitian