153
5.17 Analisis Hierahi Proses Rancangbangun Hukum Pengelolaan Pulau-
Pulau Kecil
Kajian faktor eksternal dan internal ditujukan untuk mengetahui existing condition kondisi saat ini dari aspek sumber daya alam, sosial ekonomi,
pendanaan, hukum, kelembagaan, dan internasional tentang pengelolaan pulau- pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.
Faktor-faktor eksternal dan internal ini diidentifikasi berdasarkan hasil wawancara dan kuisioner oleh responden yang memiliki kompetensi di bidangnya
masing-masing berkaitan dengan permasalahan pulau-pulau kecil terluar. Responden yang terlibat terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah,
akademisi, dan masyarakat lokal. Hasil yang diperoleh dijelaskan sebagai berikut :
5.17.1 Faktor eksternal
Faktor eksternal ini dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu peluang dan ancaman. Peluang adalah existing condition dari segi eksternal yang dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara,
sedangkan ancaman adalah existing condition dari segi eksternal yang harus diantisipasi dan ditanggulangi agar tujuan peningkatan pengelolaan
pulau-pulau kecil terluar tercapai.
5.17.1.1 Peluang dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
1 Kebijakan nasional mendorong investasi. Faktor ini menjadi peluang dengan alasan bahwa investasi adalah kunci
pertumbuhan ekonomi. Dengan dukungan pemerintah dalam tataran nasional untuk mendorong investasi maka pemanfaatan potensi sumber daya dalam
kaitannya dengan peningkatan pengelolaan di pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara semakin optimal. Investasi yang dapat dikembangkan
di pulau-pulau terluar berupa investasi di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, dan pariwisata sesuai dengan potensi sumber daya alam dan jasa
lingkungan yang dimiliki oleh pulau-pulau tersebut. 2 Kebijakan pemerintah dalam pemberian otoritas pengelolaan wilayah.
Kebijakan pemerintah ini merupakan kebijakan pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah menurut kerangka perUndang-Undangan yang
154
berlaku untuk mengatur kepentingan pengelolaan daerah masing-masing. Faktor ini dapat menjadi peluang untuk meningkatkan pendapatan asli dareah
dengan mengembangkan sektor-sektor produktif. 3 Meningkatnya kebutuhan pasar lokal dan internasional terhadap hasil sumber
daya alam. Potensi pasar baik lokal, nasional, dan internasional akan kebutuhan hasil
olahan sumber daya alam menjadi dorongan untuk meningkatan nilai tambah dari pengelolaan sumber daya alam tersebut dan pemberdayaan aspek sosial
ekonomi masyarakat lokal pulau-pulau terluar 4 Konvensi Internasional terhadap hukum laut Indonesia.
Konvensi Hukum Laut 1982 telah memberikan hak kepada Indonesia untuk menetapkan batas-batas terluar dari berbagai zona maritim dengan batas-batas
maksimum yang sudah ditetapkan. Penetapan batas merupakan kepastian hukum yang dapat menunjang berbagai kegiatan dalam pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar di bidang pertahanan keamanan, perikanan, pariwisata, pelayaran dan pertambangan.
5 Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga. Kerjasama ini diharapkan mampu mengkoordinasikan kegiatan ekonomi,
politik, pertahanan dan keamanan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar Indonesia dengan negara-negara tetangga sehingga terbentuk sebuah
perjanjian atau persetujuan yang mengakomodir kepentingan masing-masing negara.
6 Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
Kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah khususnya pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005.
Dalam pengelolaannya perlu kelembagaan yang merupakan wadah koordinasi non struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
5.17.1.2 Ancaman dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar
1 Belum ada penetapan batas laut yang disepakati bersama ZEE. Batas wilayah Negara Indonesia dengan Negara Filipina belum disepakati
dan ditetapkan secara bersama antara kedua negara. Faktor ini menjadi
155
ancaman karena ketidakjelasan batas-batas wilayah suatu negara akan menimbulkan sengketa dengan negara tetangga dalam memberlakukan
wewenang pengelolaan kekayaan sumber daya. 2 Masih lemahnya respon pengawasan perbatasan laut antar negara.
Respon pengawasan yang lemah akibat lemahnya perangkat hukum dan perangkat kelembagaan merupakan ancaman untuk pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar yang menyebabkan berkembangnya kegiatan illegal dan eksploitasi di kawasan perbatasan. Kegiatan illegal di daerah perbatasan
sudah berlangsung sejak dulu hingga sekarang seperti illegal fishing, illegal logging, illegal trading, dan penyelundupan. Tindakan ini merupakan
ancaman karena akan menghambat pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. 3 Adanya konflik kepentingan antar stakeholer dalam pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar. Stakeholder baik dari lembaga pemerintah pusat, daerah, instansi swasta, dan
masyarakat memiliki kebutuhan dan pandangan berbeda terhadap pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Kepentingan ini bisa menjadi sebuah
konflik yang menghambat peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara.
5.17.2 Faktor internal