Perumusan Masalah Rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara

4 perbatasan negara sebagai basis pertahanan negara dan lokasi acuan titik dasar untuk mempertegas kedaulatan Indonesia pada wilayah tersebut. Di samping itu, kegiatan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil di perbatasan negara perlu memperhatikan aspek tata ruang untuk menghindari tumpang tindih dalam pengelolaan dan konflik kepentingan, misalnya penentuan wilayah pulau kecil sebagai daerah penangkapan, budidaya, wisata bahari, dan konservasi. Penentuan alokasi ruang tersebut perlu dilengkapi dengan penyusunan rencana detail dan pembagian zonasi untuk selanjutnya dapat digunakan dalam penyusunan rencana pengelolaan, rencana bisnis dan rencana pertahanan keamanan.

1.2 Perumusan Masalah

Karakteristik wilayah pesisir dan laut yang kompleks, terjadi konflik pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil masih terus berlangsung, hal ini dapat disebabkan karena laju peningkatan penduduk, peningkatan teknologi mengakibatkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil semakin rusak dan berdampak negatif pada keberlanjutan sumberdaya untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Permasalahan kemiskinan dan lingkungan hidup merupakan masalah yang multidimensi yang membutuhkan penyelesaian secara menyeluruh dari berbagai aspek. Kemiskinan tidak hanya dilihat dari pendapatan penduduk saja, namun mencakup kerentanan dan kerawanan penduduk untuk menjadi miskin, dan keterbatasan akses penduduk miskin terhadap kebijakan publik turut mempengaruhi kondisi dan hak-hak dasar masyarakat. Wilayah negara kepulauan Indonesia terdiri dari kesatuan kepulauan, pulau, selat dan laut, jumlah pulau, nama pulau, batas laut dan batas darat. Permasalahan pengelolaan pulau-pulau kecil pada prinsipnya memiliki karakteristik yang khusus disebabkan karena pulau kecil sangat rentan terhadap berbagai pengaruh ekternal dan internal serta aktivitas pembangunan, keterbatasan sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia, sehingga pulau kecil terluar dengan beragam ekosistemnya merupakan kawasan yang selalu berada dalam keadaan yang dinamis, dan penuh dengan perubahan siklus waktu yang pendek. Dalam kondisi normal, dinamika 5 tersebut berada dalam keadaan seimbang equilibrium, namun bila terjadi kerusakan dampak negatifnya akan berpengaruh besar dan sangat kompleks terhadap ekosistem wilayah sekitarnya. Ancaman-ancaman dan tekanan yang sangat besar terhadap ekosistemnya mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan, yang akhirnya berpengaruh pada kelangsungan fungsional ekosistem pulau-pulau kecil. Permasalahan yang menjadi ancaman terhadap ekosistem pesisir adalah: pencemaran, degradasi habitat dan sumberdaya alam, sedangkan kendala pembangunan adalah luasan ukuran yang kecil dan terisolasi, tidak menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi, transportasi, ketersediaan sumberdaya alam dan jasa lingkungan seperti air tawar, vegetasi, tanah, satwa liar yang terbatas sangat berpengaruh dalam penentuan daya dukung untuk menopang kehidupan manusia yang menghuni pulau serta kegiatan pembangunan. Selain beberapa karakteristik yang menjadi kendala pembangunan adalah kelembagaan dan penegakan hukum, sehingga sering terjadi konflik penggunaan dan pemanfaatan ruang, hal ini berdampak pada keuntungan sektoral. Permasalahan di wilayah pesisir sangat kompleks sehingga menggambarkan keadaan pesisir dalam keadaan ―sakit‖ yang telah berlangsung terus menerus sejak dahulu hingga saat ini seperti: tindakan penambangan terumbu karang, pasir, penanggkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak atau racun, pencemaran lingkungan dengan membuang limbah dari kegiatan rumah-tangga, pabrik, pelabuhan laut, pertambangan, pemanfaatan ruang laut untuk reklamasi, kegiatan budidaya perikanan, mutiara, rumput laut, serta pemanfaatan pulau-pulau kecil untuk pariwisata dan lain-lain, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut berdampak positif akan terjadi penurunan fungsi lingkungan dan konflik kepentingan antara pemerintah dengan masyarakat, masyarakat dengan masyarakat, sehinga apabila kegiatan-kegiatan tersebut yang sudah berlangsung sejak dahulu kala telah menjadi penyakit pesisir coastal disease, dimana suatu keadaan dari lingkungan pesisir yang menyebabkan tidak alamiah, disfungsi atau kesukaran terhadap lingkungan yang dipengaruhi. Untuk menyembuhkan penyakit perlu kebijakan dan program bersama pemerintah dan masayrakat. Semua tingkah laku yang 6 bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, moral, hak milik, kekeluargaan, kerukunan, disiplin, lingkungan hidup, kemanusiaan, adat istiadat dan hukum formal perlu untuk penanggulangannya secara komperehensif dan dipertangung-jawabkan secara ilmiah adalah patologi pesisir coastal pathology. Dengan kemajuan teknologi, maka wilayah negara Indonesia tidak luput dari masalah khusus yaitu yang terjadi di daerah perbatasan. Permasalah khusus antara lain perubahan-perubahan tapal batas di daratan maupun titik koordinat di laut yang mengakibatkan berkurangnya wilayah negara dan berdampak bertambahnya wilayah negara lain yang berbatasan. Bertambah luasnya wilayah laut Indonesia sebagai akibat penerapan Konsepsi Wawasan Nusantara sama sekali tidak mengubah indentitas Indonesia sebagai negara kepulauan. Namun, batas-batas wilayah suatu negara tentunya harus jelas untuk menghindari kemungkinan sengketa dengan negara-negara tetangga. Kejelasan batas-batas wilayah mutlak kerena hanya di atas wilayah tersebut dapat berlakunya wewenang suatu negara. Wewenang dan kedaulatan wilayah negara yang mencakup lautan dan daratan perlu kejelasan batas negara untuk pengelolaannya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Secara umum permasalahan yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sudah sangat memperihatinkan sehingga dapat disebut sebagai suatu penyakit yang kronis karena tingginya kegiatan eksploitasi sumberdaya dan pemanfaatannya yang berlangsung lama, dan terus menerus dilakukan untuk berbagai kepentingan pemanfaatan pembangunan yang tidak memperhatikan keberlanjutan sumberdaya dan lingkungan, antara lain: sektor perikanan laut, pertambangan, pemukiman, kepelabuhanan, kepariwisataan dan lain-lain, sehingga kegiatan yang melampaui daya dukung lingkungan menyebabkan masalah pesisir coastal problems sehinga dapat menjadi penyakit pesisir coastal disease dan perlu perhatian dan penangganan penanggulan terapi secara khusus berdasarkan hasil penelitian diagnosa. Menurut beberapa penelitian Clark 1996, Cicin-Sain and Knecht 1998; Kay and Alder 1999; Dahuri 2003 permasalahan umum yang menyebabkan coastal diseasecoastal problem di wilayah pesisir dan laut Indonesia adalah: 7 1 Terjadinya konflik kepentingan dan pemanfaatan sumberdaya dan jasa, akibat: 1 besarnya potensi sumberdaya, 2 terpusatnya mata pencaharian penduduk kepada pemanfaatan sumberdaya dan jasa yang sama, 3 meningkatnya jumlah penduduk, 4 meningkatnya kualitas hidup masyarakat, 5 meningkatnya kepentingan dalam kawasan, 6 perubahan dan kompetisi teknologi, dan 7 proses distribusi pasar. Meningkatnya permintaan sumberdaya alam dan jasa- jasa lingkungan pesisir yang mengakibatkan peningkatan konflik nilai sumberdaya dan jasa dimaksud karena: 1 meningkatnya kepentingan, 2 besarnya potensi dan produktivitas, dan 3 belum terintegrasi dan implementasinya hukum dan peraturan pelaksanaan, 4 tidak diakui berlakunya hukum adat. 2 Praktek-praktek manajemen yang tidak berkelanjutan 3 Kendala dalam optimalisasi pemanfaatan rencana tata ruang pesisir dan laut 4 Perilaku manusia akibat: 1 ketidaktahuan, 2 rendahnya kesadaran, 3 kemiskinan, dan 4 keserakahan. 5 Akibat tiga jenis kegagalan, yaitu: 1 kegagalan hak kepemilikan, 2 kegagalan kebijakan, dan 3 kegagalan informasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, terdapat alasan yang kuat tentang pentingnya penelitian rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara, daerah perbatasan Negara Indonesia dan Negara Filipina.

1.3 Kerangka Pemikiran