Tujuan Penelitian Potensi Pulau-Pulau Kecil Terluar di Perbatasan Negara

12 berdampak terhadap jaminan hukum, pertahanan dan keamanan negara Indonesia 5 Kesenjangan sosial ekonomi dengan negara tetangga semakin tajam 6 Banyak terjadinya kegiatan transnational crimes, illegal fishing, illegal logging, woman and child trades trafficking, illegal imigrant, people smuggling, peredaran narkotika, pintu masuk teroris, dan potensi konflik sosial dan politik 7 Sarana dan prasarana di pulau-pulau kecil terluar sangat terbatas, sehingga terisolir 8 Potensi ekonomi pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara belum dimanfaatkan secara optimal.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah merancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara, dengan mempertimbangkan keterpaduan pengelolaan pulau kecil di wilayah pesisir bagi keberlanjutan pengelolaan sumberdaya, kesejahteraan masyarakat dan pengakuan wilayah negara Republik Indonesia. Keterpaduan mencakup aspek sumberdaya alam, sosial, ekonomi, budaya, hukum dan kelembagaan. Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: 1 Mengidentifikasi coastal problemscoastal disease di daerah perbatasan negara untuk menyelesaikan problem yang sudah sejak dahulu dan hingga saat ini berlangsung terus-menerus antara lain: pencurian ikan oleh nelayan asing, jalur laut pelintasan kapal asing, perusakan dan pencemaran lingkungan, perdagangan illegal antar negara, penyelundupan, pelintas batas masyarakat lokal, termasuk kejahatan transnasional seperti jalur terorisme, perdagangan senjata, perdagangan ikan di tengah laut, narkotika, woman traficking dan lainnya 2 Mengidentifikasi hukum internasional yang telah di ratifikasi dan hukum nasional yang berlaku di wilayah pesisir dan laut sebagai upaya strategi dan 13 harmonisasi hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara, 3 Mengidentifikasi arah kebijakan penetapan kembali batas wilayah negara delimitasi dan pulau perbatasan sebagai titik dasar TD, serta titik referensi TR pengukuran untuk pemanfaatan sumberdaya di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia serta Landas Kontinen, dalam upaya meningkatan pendapatan negara dan daerah pada sektor perikanan serta serta sektor lainnya untuk meningkatkan sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 4 Merancangbangun hukum dan arahan kebijakan nasional maupun regional untuk perencanaan, pemanfaatan, pengawasan. dan pengendalian pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam rancangbangun hukum dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di perbatasan negara antara lain adalah: 1 Masukan penyusunan strategi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar, akan efektif dan berkelanjutan jika penetapan batas negara jelas dan diakui oleh negara yang bertetangga serta peningkatan pertahanan dan keamanan negara terhadap hal-hal yang bersifat geopolitik dapat dibendung jika mengancam bangsa dan negara Indonesia 2 Penegakan hukum dalam pencapaian hasil optimal pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, terutama di wilayah perbatasan negara, untuk peningkatan pendapatan negara dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat Indonesia 3 Penetapan batas laut negara dan penentuan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia termasuk landas kontinen, untuk menjamin kepastian hukum wilayah kedaulatan negara yang diakui secara Internasional dan kepastian hak pengelolaan sumberdaya pulau-pulau kecil di perbatasan negara 14 4 Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, dan pemerintah daerah dalam penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pengelolaan pulau-pulau kecil di perbatasan negara. 15 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batasan Laut, Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

2.1.1 Laut

Laut adalah keseluruhan rangkaian air asin yang menggenangi permukaan bumi. Definisi ini hanya bersifat fisik saja, sedangkan laut menurut definisi hukum adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi Mauna 2005. Dalam Naskah Akademik Pengelolaan Wilayah Pesisir DKP 2001, wilayah laut adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang terbatas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan atau aspek fungsional. Laut merupakan jalan raya yang menghubungkan seluruh pelosok dunia, melalui laut masyarakat dari berbagai bangsa mengadakan segala macam pertukaran dari komoditi perdagangan sampai ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan bahwa laut merupakan sarana penting dalam hubungan internasional, sebagai contoh-contoh kompetisi antar negara-negara besar untuk menguasai laut, karena barangsiapa yang menguasai laut akan menguasai lalu-lintas laut dan barangsiapa menguasai lalu-lintas laut juga akan menguasai dunia. Khusus bagi negara pantai, dalam menjalankan kegiatan di laut, maka perlu adanya pengawasan yang dilakukan secara bersama oleh negara-negara pantai melalui konvensi untuk menjaga kebebasan di laut lepas atau kepentingan- kepentingan khusus negara pantai. Mauna 2005. Lebar laut negara pantai menetapkan laut teritorialnya hinga suatu batas yang tidak melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal Pasal 3 UNCLOS. Sedangkan batas luar laut teritorial adalah garis jarak setiap titiknya dari titik yang terdekat garis pangkal, sama dengan lebar laut teritorial. pasal 4 UNCLOS.

2.1.2 Wilayah pesisir

Wilayah pesisir coastal zone belum dididefiniskan secara baku, namun terdapat kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan Dahuri et al. 2001. Sebagai kawasan daratan, 16 wilayah pesisir yang masih dipengaruhi oleh proses dan dinamika laut seperti pasang surut, intrusi air laut dan kawasan laut yang masih mendapat pengaruh dari proses dan dinamika daratan seperti sedimentasi dan pencemaran. Sementara itu pendekatan administrasi membatasi wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi pemerintahan memiliki batas terluar sebelah hulu dari kecamatan atau kabupatenkota yang mempunyai laut dan ke arah laut sejauh 12 dua belas mil laut dari garis pantai untuk provinsi dan sepertiganya untuk kabupatenkota. Dalam konteks pendekatan perencanaan, wilayah pesisir merupakan wilayah perencanaan pengelolaan sumberdaya yang difokuskan pada penanganan isu yang akan dikelola secara bertanggung-jawab. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan, perlu mendapat perhatian dengan skala prioritas yang tinggi dan menjadi bagian dari orientasi kebijakan perencanaan pembangunan nasional. Mengingat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan tempat bermukim sebagian penduduk 60 penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir, juga memiliki potensi kekayaan sumberdaya alam yang besar karena didukung oleh adanya sumberdaya hayati dan non-hayati, sehingga dalam melaksanakan program pengelolaan pesisir pulau-pulau kecil memerlukan pendekatan terpadu yaitu pendekatan: ekologi, adminsitasi, perencanaan, sosial, budaya, dan hukum.

2.1.3 Pulau-pulau kecil

Definisi pulau dalam Pasal 121 UNCLOS, adalah daratan yang dibentuk secara alamiah yang dikelilingi oleh air dan yang ada di atas permukaan air pada air pasang, sedangkan definisi pulau sebagaimana yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 1985 Bab VIII Pasal 121 ayat 1 bahwa: Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, di kelilingi oleh air dan selalu beradamuncul di atas permukaan air pasang tinggi. Sedangkan, pulau-pulau kecil secara harafiah merupakan kumpulan pulau berukuran kecil yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Interaksi ini menyebabkan pulau-pulau kecil tersebut terpisah dari pulau induknya mainland. 17 Karakteristik pulau-pulau kecil yang sangat menonjol menurut Griffith dan Inniss 1992 serta Beller, 1990 adalah: 1 terpisah dari habitat pulau induk sehingga bersifat insuler 2 memiliki persediaan air tawar yang sangat terbatas, termasuk air tanah atau air permukaan 3 rentan terhadap gangguan eksternal, baik alami maupun akibat kegiatan manusia 4 memiliki spesies endemik yang memiliki fungsi ekologi yang tinggi, dan 5 tidak memiliki daerah hinterland. Menurut Brookfield 1990, pulau-pulau kecil adalah pulau yang luasnya sekitar 1.000 km 2 dan penduduk lebih kecil dari 100.000 orang. Batasan ini juga digunakan di Jepang Nakajima dan Machida, 1990. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan DKP 2001 mendefinisikan pulau kecil sebagai pulau yang ukuran luasnya kurang dari 2.000 km 2 dengan jumlah penduduk sekitar 200.000 jiwa Abubakar 2004. Pulau-pulau kecil PPK juga mempunyai peran yang sangat penting bagi manusia, seperti mempengaruhi iklim global, siklus hidrologi, biogeokimia, dan penyerap limbah Dahuri 1998. Pulau-pulau kecil tersebut juga memberikan manfaat lain bagi kehidupan manusia seperti pemanfaatan jasa lingkungan untuk kegiatan usaha pariwisata, budidaya perairan yang dapat menambah pendapatan dan devisa, serta sebagai tempat yang menyimpan plasma nuftah yang sangat berharga bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Pulau kecil menurut Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil didefinisikan, sebagai pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 dua ribu kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya.

2.2 Potensi Pulau-Pulau Kecil Terluar di Perbatasan Negara

Pulau-pulau kecil terluar merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang berbatasan dengan negara tetangga, sehingga keberadaannya mempunyai arti yang strategis dalam proses pembangunan. 18 Menurut Dahuri 1998, potensi pulau-pulau perbatasan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu 1 potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan, 2 potensi ekonomi, dan 3 potensi sebagai bisnis pertahanan negara. Lebih lanjut Dahuri 1998 menyatakan bahwa potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan di pulau-pulau kecil terluar terdiri dari sumberdaya hayati padang lamun, terumbu karang, dan hutan manggrove, yang sangat berperan dalam mengendalikan keseimbangan ekosistem termasuk kelestarian biota-biota perairan. Sementara itu, potensi sumberdaya non-hayati seperti bahan tambang, energi laut dan jasa lingkungan terutama pariwisata dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk menjadikan pulau-pulau terluar sebagai basis pengembangan komuditas pertanian, perikanan, peternakan atau industri, serta jasa lingkungan bukan merupakan sesuatu yang mudah dilakukan, hal ini dikarenakan oleh masing-masing sektor mempunyai peluang yang sama. Adakalanya pengembangan jasa lingkungan pada pulau-pulau kecil terluar mendapat tantangan dari para aktivis lingkungan, karena diduga dapat merusak lingkungan ekosistem pesisirnya. Permasalahan yang terjadi di pulau-pulau kecil terluar adalah kondisinya yang relatif terisolasi dan jauh dari pulau induk, terbatasnya sarana dan prasarana perekonomian seperti: jalan raya, pelabuhan, pasar, penerangan listrik, lembaga perbankan, sehingga berakibat pada kesejahteraan dan pendapatan masyarakat rendah serta kualitas sumberdaya manusia rendah akibat kurangnya fasilitas pendidikan, tidak tersedianya informasi dan komunikasi serta fasilitas kesehatan Bengen 2004. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 19 Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil wajib dilakukan dengan cara mengintegrasikan kegiatan: a. antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. antar Pemerintah Daerah; c. antar sektor; d. antara Pemerintah, dunia usaha, dan Masyarakat; e. antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut; dan f. antara ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip manajemen.

2.3 Hukum Laut Indonesia