158
berbagai perundingan perbatasan dan batas-batas maritim dengan negara tetangga yang didukung oleh kekuatan-kekuatan para ahli hukum laut.
8 Belum terencananya perencanaan nasional terpadu yang mengintegrasikan kebijakan yang berbasis kelautan dengan juridiksi maritim dalam suatu sistem
Marine Space Database yang berwawasan Nusantara, merupakan perspektif sosial politik dan pertahanan keamanan yang memancarkan keutuhan dan
kewibawaan negara-bangsa Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.
9 Belum adanya UU yang mengatur secara khusus mengenai pulau perbatasan negara.
Karakteristik pulau-pulau kecil yang unik, tingkat keterpencilannya dan fungsi pertahanan dan keamanan yang menonjol menyebabkan penanganan pulau-
pulau di perbatasan negara perlu mendapat perhatian khusus. Undang-Undang yang telah di tetapkan, belum mengakomodasikan secara lengkap untuk
dijadikan sebagai pedoman pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
5.18 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal dan Internal
Faktor eksternal dan internal yang telah dijelaskan sebelumnya perlu dievaluasi agar dapat mengetahui posisi internal dan eksternal pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara. Evaluasi dibagi dalam 2 dua kelompok, yaitu evaluasi faktor eksternal dan evaluasi internal.
5.18.1 Evaluasi faktor eksternal
Pengawasan dan penegakan hukum sangat dibutuhkan agar dapat diperoleh suatu kepastian hukum dalam menjaga kepentingan negara dari
gangguan asing. Sementara itu kapasitas pada bidang kelembagaan penegakan hukum pengelolaan pulau-pulau kecil terluar perlu ditingkatkan sehingga
terwujud penegakan peraturan perUndang-Undangan, pengawasan, pemantauan, pengamanan, dan pertahanan keamanan baik wilayah maupun sumberdaya.
Sebagai upaya yang diharapkan untuk mengetahui dan mengevaluasi akan keberhasilan penegakan huku di Indonesia berdasarkan peraturan perundang-
159
undangan yang sudah diberlakukan maka perlu dilakukan evaluasi eksternal atas implementasi kebijakan berdasarkan penerapannya.
Evaluasi faktor eksternal dilakukan dengan memberikan bobot, peringkat dan skor pada masing-masing faktor. Matriks evaluasi faktor eksternal dapat
dilihat pada Tabel 13 berikut : Tabel 13 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
FAKTOR INTERNAL BOBOT
PERINGKAT SKOR
PELUANG
1 Kebijakan nasional mendorong investasi 2 Kebijakan pemerintah dalam pemberian
otoritas pengelolaan wilayah 3 Meningkatnya kebutuhan pasar lokal dan
internasional terhadap hasil sumber daya alam
4 Konvensi Internasional terhadap hukum laut Indonesia
5 Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga
6 Kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau
kecil terluar. 0.107
0.115 0.099
0.105 0.113
0.121 0.533
2.133 2.267
2.733 2.933
3.000
0.272 0.246
0.225 0.288
0.332 0.363
Jumlah
1.726
ANCAMAN 9 Belum ada penetapan batas laut yang
disepakati bersama ZEE 10
Masih lemahnya respon pengawasan perbatasan laut antar negara
11 Adanya konflik kepentingan antar
stakeholer dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
0.113 0.126
0.099 1.733
1.733 2.000
0.197 0.218
0.199 0.613
Total 1
2.339
Berdasarkan Tabel 13, nilai skor faktor eksternal pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di Provinsi Sulawesi Utara adalah 2.339. Menurut David 2004, nilai
skor di bawah 2.5 mengindikasikan bahwa pemanfaatan peluang dan mengatasi ancaman belum efektif. Tingkat kepentingan yang paling atas dari faktor eksternal
adalah respon pengawasan perbatasan laut antar negara, yaitu mendapat bobot 0.126. Respon pengawasan yang masih lemah ini perlu diperbaiki dengan
penegakan perangkat hukum dan peningkatan kapasitas kelembagaan pada unit
160
kerja pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dari tingkat Desa, Kecamatan, KabupatenKota, Provinsi, sampai tingkat Nasional.
Faktor eksternal di atas juga didukung oleh kebijakan pemerintah untuk membentuk kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang
merupakan prioritas kedua dari faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan untuk
peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di provinsi Sulawesi Utara dengan bobot 0.121. Dengan kelembagaan yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 78 Tahun 2005 diharapkan setiap lembaga yang terkait mampu melakukan koordinasi kelembagaan yang efektif dan mampu memainkan peran
sesuai kewenangannya. Faktor eksternal lain yang merupakan peluang dalam peningkatan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar antara lain kebijakan nasional mendorong investasi, kebijakan pemerintah dalam pemberian otoritas pengelolaan wilayah,
meningkatnya kebutuhan pasar lokal dan internasional terhadap hasil sumberdaya alam, konvensi Internasional terhadap hukum laut Indonesia dan kerjasama
bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga. Faktor-faktor ini dapat dimanfaatkan jadi peluang dan pendukung bagi peningkatan pengelolaan pulau-
pulau kecil terluar, namun peranan untuk langsung adalah dari aspek hukum dan kelembagaan. Kerjasama bilateral antara Indonesia dengan negara tetangga
khususnya Filipina diharapkan mampu mengkoordinasikan permasalahan wilayah perbatasan yang menjadi hak masing-masing negara.
Disamping itu yang menjadi ancaman dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah belum ada penetapan batas laut yang disepakati
bersama ZEE dengan bobot 0.113. Hal ini perlu untuk segera diselesaikan dan disepakati dengan upaya-upaya politis dan diplomatis. Namun demikian adanya
konflik kepentingan antar stakeholder dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar dengan bobot 0.099 dapat menjadi ancaman dalam pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar sehingga sering menimbulkan konflik yang sulit diselesaikan karena tidak jelasnya kewenangan antar lembaga maupun antar pemerintahan pusat dan daerah.
Oleh karena itu, diperlukan keterpaduan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar.
161
5.18.2 Evaluasi faktor internal