161
5.18.2 Evaluasi faktor internal
Evaluasi faktor internal dilakukan dengan memberikan bobot, peringkat dan skor terbobot pada masing-masing faktor. Bobot menunjukkan tingkat
kepentingan, peringkat menunjukkan kekuatan utama atau kecil dan kelemahan utama atau kecil, dan skor menunjukkan posisi kekuatan faktor strategis internal.
Matriks evaluasi faktor internal dapat dilihat pada Tabel 14 berikut : Tabel 14 Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal
FAKTOR INTERNAL BOBOT
PERINGKAT SKOR
KEKUATAN 1. Adanya program dari pemerintah daerah
untuk pembangunan
pulau-pulau kecil
terluar 2. Posisi geografis yang cukup strategis
3. Sumber daya alam dan jasa lingkungan kelautan yang besar
Jumlah
0.119 0.105
0.105 3.133
3.200 2.667
0.373 0.335
0.279
0.987 KELEMAHAN
1. Keterpencilan pulau-pulau kecil terluar 2. Terbatasnya sarana dan prasarana
perekonomian. 3. Terbatasnya sarana prasarana sosial
4. Lemahnya koordinasi antar lembaga 5. Belum adanya UU yang khusus mengenai
pulau-pulau kecil terluar 6. Kontrol Pendanaan yang lemah
Jumlah Total
0.100 0.115
0.113 0.116
0.103
0.125 2.200
2.133 2.067
2.200 2.133
2.067
0.220 0.245
0.234 0.256
0.219
0.258 1.431
2.418
Berdasarkan Tabel 14, total skor faktor strategis internal mendapatkan angka 2.418. Menurut David 2004, nilai skor di bawah 2.5 menunjukkan bahwa
faktor strategis internal berada pada posisi lemah. Dengan demikian keadaan faktor internal pengelolaan pulau-pulau kecil terluar di provinsi Sulawesi Utara
lemah. Faktor kekuatan internal yang dipandang memiliki peran yang besar dalam
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar adalah adanya program dari pemerintah daerah untuk pembangunan pulau-pulau kecil terluar dengan bobot 0.119.
Program dari pemerintah yang telah ditetapkan untuk pembangunan pulau-pulau kecil menjadi pendorong dan dukungan bagi lembaga terkait dalam meningkatkan
pengelolaan pulau-pulau kecil terluar secara berkelanjutan.
162
Faktor kekuatan internal di atas sangat terkait dengan faktor kelemahan internal yang memiliki tingkat kepentingan pertama yaitu kontrol pendanaan yang
lemah dengan bobot 0.125. Faktor pendanaan menjadi penting karena merupakan anggaran bagi kegiatan-kegiatan pengelolaan wilayah pulau-pulau kecil terluar
dan pembangunan sarana dan prasarana. Pendanaan yang diperoleh dari berbagai sumber perlu dilakukan pengontrolan dalam penggunaannya agar terwujud hasil
yang nyata dan efektif dalam meningkatkan pengelolaan pulau-pulau kecil terluar. Jika dana tidak terkontrol maka peluang terjadi penyalahgunaan dana semakin
besar sehingga program pengelolaan wilayah sulit dilaksanakan secara kontinu. Keterbatasan sarana dan prasarana baik sosial dan ekonomi menjadi faktor
kelemahan yang cukup dominan dengan bobot 0.113 dan 0.115. Adanya sarana dan prasarana yang dilakukan dengan penyediaan perangkat-perangkat
infrastruktur merupakan pendukung pengembangan pulau-pulau kecil terluar dan sangat berpengaruh terhadap kelancaran terlaksananya program-program
pembangunan. Pembangunan
infrastruktur seperti
sarana perhubungan
mempermudah arus barang dan penumpang dalam memanfaatkan akses pasar- pasar lokal, nasional dan internasional Dahuri, 2003
Rendahnya kualitas SDM Sumber Daya Manusia di pulau-pulau kecil terluar adalah akibat dari keterbatasan sarana dan prasarana sosial. Kualitas SDM
merupakan hal yang sangat penting dan mendasar dalam pengelolaan pulau-pulau kecil terluar karena SDM tersebut adalah masyarakat lokal yang akan terlibat
langsung dalam program-program pembangunan sedangkan mereka belum memiliki kesadaran dan pemahaman yang baik tentang arti pentingnya
pembangunan pulau-pulau kecil terluar. Sebagian besar penduduk di kawasan itu kurang mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak tersentuh pemberdayaan
SDM. Faktor lain yang menjadi unsur kelemahan adalah lemahnya koordinasi
antar lembaga dengan bobot 0.116 dan belum adanya UU yang khusus mengenai pulau-pulau kecil terluar dengan bobot 0.103. Kedua faktor ini adalah
permasalahan dalam aspek hukum dan kelembagaan. Kondisi ini menyebabkan rendahnya kapasitas kelembagaan dan penegakan hukum sehingga sistem dan
operasional pengelolaan pulau-pulau kecil terluar menjadi kurang kondusif.
163
Faktor internal yang memiliki tingkat kepentingan cukup rendah adalah posisi geografis yang cukup strategis dengan bobot 0.105, sumber daya alam dan
jasa lingkungan kelautan yang besar dengan bobot 0.105 dan keterpencilan pulau- pulau kecil terluar dengan bobot 0.100. Faktor-faktor ini adalah bagian dari
keunikan dan menjadi ciri khas pulau-pulau tersebut baik dari sisi kelebihan maupun kekurangannya yang tidak bisa diubah sehingga membuat tingkat
kepentingan faktor ini menjadi rendah. Namun demikian, faktor ini khususnya sumberdaya alam dan jasa lingkungan kelautan dan posisi geografis yang cukup
strategis merupakan kekuatan yang besar di pulau-pulau terluar tersebut yang ditandai dengan peringkat yang besar yaitu 3.200 untuk posisi geografis dan 2.667
untuk sumber daya dan jasa kelautan karena ke dua faktor tersebut adalah potensi yang dimiliki oleh pulau yang bersangkutan. Jika lembaga-lembaga terkait
mampu mengelola pulau-pulau tersebut sesuai dengan potensinya maka akan didapat hasil yang efektif dalam peningkatan pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar perbatasan negara. Pengelolaan di tujukan pada sektor perikanan yang berpotensi untuk peningkatan devisa negara melalui eksport hasil penangkapan di
laut teritorial dan dalam Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Eksport dapat dilakukan di Kota General Santos Filipina berhubung pertimbangan biaya
transportasi apabila wilayah penangkapan di perbatasan dan lokasi pengumpul di Kota Bitung, maka waktu dan jarak tempuh menjadi pertimbangan. Oleh karena
itu perlu peningkatan kerjasama Peraturan Daerahgangan dengan mengacu pada harga kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
5.19 Evaluasi Gabungan Faktor Strategis Eksternal dan Internal