Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 256 Hermawan, Sigit dan Maharis Budi Wahyuaji. 2013. “Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kemampulabaan Perusahaan Manufaktur Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia”. Seminar Nasional dan Call For Paper 2013. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Kuryanto, Benny dan Muhammad Syafruddin. 2008. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan”. Proceeding SNA XI. Pontianak. Pramelasari, Yosi Metta. 2010. ”Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan Perusahaan”. Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Pulic, Ante., 1998, Measuring The Performance of Intellectual Potential in Knowledge Economy, diakses 1 Maret, 2011, http:www.measuring - ip.atOPapersPulicVaictxtvaictxt.html Putranto, S.A. 2011. Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Jasa Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2009, Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Sugiyono. 2010. “Metode Penelitian Bisnis”, Cetakan 15, Bandung: ALFABETA CV. Stewart, Thomas A. 1994. “Your company’s Most Valuable Assets Intellectual Capital”, Fotune, October: page 68-74. Tan, Hong Pew, David Plowman and Phil Hancock. 2007. “Intellectual Capital and Financial Returns of Companies”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 8, No. 1: 76-95. Ulum, Ihyaul. 2007. “Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di Indonesia”. Tesis, Pascasarjana Universitas Diponegor Semarang. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali dan Anis Chariri. 2008. “Intellectual Capital dan Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least Squares”. SNA Ke XI Pontianak, 23 – 24 Juli 2008. Wahdikorin, Ayu. 2010. “Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. Wijaya, Shearly Putri. 2012. ”Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Farmasi di BEI”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi– Vol. 1, No. 3, Mei 2012. Woodcock, James dan Rosalind H. Whiting. 2009. “Intellectual Capital Disclosure by Australian Companies”. Paper accepted for presentation at the AFAANZ Conference, Adelaide, Australia. Juli 2009. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 257 PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN TINGKAT INTELLECTUAL CAPITAL Maria Sri Rahayu 1 dan Yeterina Widi Nugrahanti 2 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Krsiten Satya Wacana Email: yeterina.nugrahantistaff.uksw.edu Abstract The purpose of this study was to determine whether there are differences in the performance of companies based on the level of intellectual capital. Intellectual capital is classified based on the high intellectual capital and intellectual capital is low. Performance of the company consists of financial performance, demonstrated by Return on Assets and market performance, demonstrated by Price to Book Value. These samples included 168 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in 2012-2013. To test the hypothesis, this study using the Mann-Whitney U test results indicate that there are differences in financial performance based on intellectual capital, and there are differences in market performance based on intellectual capital. Keywords: financial performance, market performance, intellectual capital, Value Added Intellectual Capital PENDAHULUAN Perkembangan dalam bidang ekonomi dari tahun ke tahun membawa dampak perubahan yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis. Kemampuan perusahaan untuk bersaing saat ini tidak hanya dilihat dari aktiva berwujud, tetapi juga pada inovasi, sistem informasi, teknologi, dan sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan Widarjo, 2011. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan mulai menerapkan strategi knowledge based business bisnis berdasarkan pengetahuan dalam perusahaannya, hal ini dilakukan agar perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang dalam dunia bisnis. Pengetahuan diakui sebagai elemen yang sangat dibutuhkan dalam bisnis dan menjadi sumber daya yang strategis untuk memperoleh dan mempertahankan keunggulan kompetitif Efandiana, 2011. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam menilai dan mengukur knowledge based business tersebut adalah dengan Intellectual Capital IC. Pramestiningrum 2013 mendefinisikan Intellectual Capital ICsebagai aset yang tak berwujud yang merupakan sumber daya yang berisi pengetahuan, yang dapat mempengaruhi kinerja suatu perusahaan baik dalam pembuatan keputusan untuk saat ini maupun manfaat di masa depan. Intellectual capitaldihasilkan dari tiga elemen yaituhuman capital, structural capital, customer capital. Human capital HC merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan, komitmen, hubungan kerja yang baik di dalam dan di luar perusahaan. Structural capital SC meliputi teknologi, sistem operasi perusahaan, paten, merek dagang, dan kursus pelatihan. Customer capital CC adalah hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan sebagainya. Intellectual Capital telah menjadi faktor penting untuk mendapatkan kinerja keuangan yang bagus bagi perusahaan Yuniasih et al, 2010. Perusahaan yang saat ini memiliki kinerja keuangan yang kurang bagus belum tentu di masa mendatang perusahaan tersebut memiliki kinerja yang tidak bagus, bahkan bukan tidak mungkin perusahaan tersebut lebih unggul dari perusahaan lainnya dikarenakan memiliki dukungan intellectual capital yang baik. Peningkatan keahlian dan pengetahuan karyawan sebagai sumber daya manusia yang Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 258 merupakan komponen intellectual capital dalam perusahaan tidak dapat diukur dari sudut keuangan dalam jangka waktu pendek, tetapi bisa dirasakan manfaatnya dalam jangka waktu panjang Efandiana, 2011. Di Indonesia, fenomena intellectual capital IC mulai berkembang terutama setelah munculnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No.19 revisi 2000 tentang aktiva tidak berwujud Yuniasih et al., 2010. Menurut PSAK No.19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Dari definisi tersebut mengandung penjelasan bahwa sumber daya yang tidak berwujud dapat berupa ilmu pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar serta merek dagang. Menurut Appuhami 2007, semakin besar nilai intellectual capital semakin efisien penggunaan modal perusahaan, sehingga menciptakan value added bagi perusahaan. Value added suatu perusahaan terletak pada kepemilikan dan pemanfaatan secara efektif sumber daya perusahaan yang mampu menambah nilai valueable, bersifat jarang dimiliki unique, sulit ditiru dan tidak tergantikan oleh sumber daya yang lain. Selain itu, jika modal intelektual merupakan sumber daya yang terukur untuk meningkatkan competitive advantage, maka modal intelektual akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan Abdolmohammadi, 2005. Modal intelektual diyakini dapat berperan penting dalam peningkatan nilai perusahaan maupun kinerja keuangan. Healy et al. 1999 menyatakan bahwa pengungkapan modal intelektual yang semakin tinggi dalam laporan keuangan akan memberikan informasi yang kredibel atau dapat dipercaya, dan akan mengurangi kesalahan investor dalam mengevaluasi harga saham perusahaan, sekaligus meningkatkan kapitalisasi pasar. Hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan telah di buktikan secara empiris oleh Ulum et al.2008, Salim dan Karyawati 2013, Sudibya dan Restuti 2014 yang menemukan bahwa intellectual capital berpengaruh positif pada kinerja keuangan. Penelitian diluar negeri antara lain Chen et al. 2005, Tan et al. 2007, Belkaoui 2003, Firer dan Stainbank 2003 membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif intellectual capital terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar.Sedangkan hasil berbeda diperoleh Firer dan Williams 2003 yang menunjukkan ICtidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Selain penelitian mengenaiintellectual capital terhadap kinerja keuangan, penelitian mengenai intellectual capital terhadap kinerja pasar juga telah dibuktikan olehWijaya 2012, dan Bollen 2005 menemukan bahwa intellectual capital IC berpengaruh positif terhadap kinerja pasar. Yuniasih et al. 2010menyatakan IC tidakberpengaruh terhadap kinerja pasar. Serta penelitian Kuryanto dan Syafruddin 2008 menunjukan IC tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan kinerja pasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan denganintellectual capitalyang tinggi dan yang rendah. Penelitian ini tidak menggunakan analisis pengaruh intellectual capital terhadap kinerja perusahaan seperti penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti menguji apakah terdapat perbedaan kinerja perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi dan yang rendah. Penguji menggunakan uji beda dikarenakan ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan dan tidak semua faktor diteliti sehingga memungkinkan penelitian terdahulu tidak konsisten. Penelitian ini secara khusus meneliti perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Peneliti memilih menggunakan data dari perusahaan manufaktur karena pada penelitian sebelumnya banyak Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 259 menggunakan perusahaan perbankan dimana IC terpusat pada kinerja karyawan sedangkan perusahaan manufaktur lebih terpusat pada sarana dan prasarana, sehingga ada kemungkinan karakteristiknya berbeda. Menurut Ifada dan Hapsari 2012 Human capital pada perusahaan manufaktur tercermin dari karyawan yang memiliki pengetahuan, pengalaman, komitmen dan bekerja pada berbagai divisi sesuai dengan keahliannya masing-masing, structural capital pada perusahaan manufaktur tercermin dari sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan baik berupa mesin produksi, sistem produksi perusahaan, merek dagang, serta transportasi untuk distribusi barang, sedangkan customer capital pada perusahaan manufaktur tercermin dari hubungan baik yang dijalin perusahaan terhadap mitranya baik itu distributor, konsumen, pemasok, dan pemerintah. Pada penelitian ini intellectual capital sendiri diukur dengan the Value Added IntellectualCoefficient™ yang dikembangkan oleh Pulic 1998 dalam Yuniasih et al, 2010. Sedangkan ukuran kinerja keuangan diukur dengan Return on Assets ROA, alasan dipilihnya ROA karena ROA mencerminkan keuntungan bisnis dan efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan assets Chen et al., 2005. Dan untuk mengukur kinerja pasar menggunakan Price to Book Value PBV, alasan dipilih Price to Book Value PBV sebagai ukuran kinerja pasar karena menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan Sunarsih dan Mendra, 2011. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang digunakan, dimana pada penelitian sebelumnya para peneliti hanya menggunakan kinerja keuangan atau kinerja pasar saja sebagai variabel penelitiannya. Disini peneliti mencoba meneliti keduanya yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar. Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang menunjukan efektifitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai tujuannya Pratata, 2007, tetapi dalam mencapai tujuannya perusahaan tidak hanya diukur dari kinerja keuangan yang baik tetapi juga dilihat dari kinerja pasarnya. Hal inilah yang menyebabkan peneliti meneliti keduanya yaitu kinerja keuangan dan kinerja pasar Kontribusi penelitian ini, bagi investor dan calon investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada investor dalam menanamkan modalnya dengan mempertimbangkan intellectual capitalyang dimiliki perusahaan. Bagi perusahaan, supaya dapat lebih meningkatkan proporsi informasi mengenai intellectual capital-nya pada laporan tahunan perusahaan dalam rangka meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan dan kualitas dari laporan keuangan perusahaan itu sendri. TELAAH TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Resource Based Theory Wernerfelt 1984 dalam Widarjo 2011 menjelaskan bahwa menurut pandangan Resource Based Theory perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan asset-aset strategis yang penting aset berwujud dan aset tak berwujud. Belkaoui 2003 menyatakan strategi yang potensial untuk meningkatkan kinerja perusahaan adalah dengan menyatukan aset berwujud dan aset tidak berwujud. Aset tidak berwujud perusahaan yang memegang peran penting dalam perusahaan adalah intellectual capital. Intellectual capital pada perusahaan tercermin dalam sumber daya yang dimiliki perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan antaralain dapat berupa sumber daya alam yang memadai, advertising yang menarik, serta karyawan dan manajer yang dapat bekerja secara professional. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan sumber dayanya secara maksimal, maka perusahaan tersebut memiliki Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 260 keunggulan kompetitif dan mampu untuk bersaing dengan perusahaan lain, dengan kata lain semakin baik intellectual capital yang dimiliki perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan. Intellectual Capital Intellectual capital adalah informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk menciptakan nilai Williams, 2001. Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalamanyang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan Stewart,1997. Intellectual capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif. Intellectual capital merupakan aset tak berwujud yang memegang peran penting dalam meningkatkan daya saing perusahaan dan juga dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Bontis et al.2000 mengemukakan elemen-elemen Intellectual capital yang terdiri dari human capital HC, structural capital SC dan customer capital CC. 1. Human Capital Human capital didefinisikan sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian, inovasi dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yg dimiliki oleh karyawannya. 2. Structural Capital Structural capital adalah infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural capital yaitu sistem teknologi, sistem operasi perusahaan, paten, merek dagang, dan kursus pelatihan. Structural capital merupakan pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan yang tinggi namun tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan modal intelektual. 3. Customer Capital Customer capital merupakan hubungan yang harmonis atau association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari konsumen yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat sekitar. Jadi, secara umum IC dibagi menjadi tiga elemen, yaitu: human capital HC yang mencakup pengetahuan dan keterampilan pegawai, structural capital SC yang mencakup teknologi, infrastruktur, dan informasi yang mendukungnya, customer capital CC dengan membangun hubungan yang baik dengan konsumen. Ketiga elemen ini akan berinteraksi secara dinamis, serta terus menerus dan meluas sehingga akan menghasilkan nilai bagi perusahaan Sawarjuwono dan Kadir, 2003. Value Added Intellectual Coefficient VAIC TM Pengukuran intellectual capital telah dilakukan oleh para peneliti untuk dapat melakukan penelitian terhadap intellectual capital. Salah satunya yaitu dengan menggunakan metode pengukuran monetary yang dikembangkan oleh Pulic 1998dalam Yuniasih et al, 2010 yang disebut Value Added Intellectual Coefficient VAIC TM . VAIC TM didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari asset berwujud Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 261 tangible asset dan aset tidak berwujud intangible asset yang dimiliki perusahaan. Pendekatan ini relatif mudah dan sangat mungkin dilakukan, karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan. Keunggulan metode Pulic 1998adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka-angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Model VAIC TM dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added VA. Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan perusahaan dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai value creation. Value added VA dihitung sebagai selesih antara output dan input Pulic1999 dalam Yuniasih et al, 2010. Tan et al. 2007 menyatakan output OUT merepresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual dipasar, sedangkan input IN mencakup seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Perlu diperhatikan juga bahwa beban karyawan labor expense tidak termasuk dalam IN. Pulic 1999 dalam Yuniasih et al, 2010, dan Ulum 2008 mengemukakan bahwa value added VA dipengaruhi oleh efisiensi dari tiga jenis input yang dimiliki perusahaan, antara lain: human capital HC, structural capital SC dan capital employed CE. 1. Value Added Human Capital VAHU Value Added Human Capital mengindikasikan kemampuan tenaga kerja untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tersebut. Semakin banyak Value Added dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan telah mengelolah sumber daya manusia secara maksimal sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 2. Value Added Capital Employed VACA Value Added Capital Employed VACA mencerminkan seberapa banyak Value Added yang dihasilkan dari modal fisik yang digunakan. Perusahaan akan terlihat baik menggunakan capital employed CE jika 1 unit dari capital employed CE menghasilkan return lebih besar dari pada perusahaan lain. 3. Structural Capital Value Added STVA Structural Capital Value Added STVA mengukur jumlah structural capital SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan structural capital SC dalam penciptaan nilai. Structural capital SC bukanlah ukuran independen sebagaimana human capital HC, Structural capital SC merupakan ukurandependen terhadap value creation, maka akan semakin kecil kontribusi structural capital SC dalam hal tersebut. Keunggulan metode Pulic adalah karena data yang dibutuhkan relatif mudah diperoleh dari berbagai sumber dan jenis perusahaan. Data yang dibutuhkan untuk menghitung berbagai rasio tersebut adalah angka- angka keuangan yang standar yang umumnya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan. Alternatif pengukuran IC lainnya terbatas hanya menghasilkan indikator keuangan dan non-keuangan yang unik yang hanya untuk melengkapi profit suatu perusahaan secara individu. Indikator-indikator tersebut, khususnya indikator non-keuangan, tidak tersedia atau tidak tercatat oleh perusahaan yang lainnya. Konsekuensinya, Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 262 kemampuan untuk menerapkan alternatif pengukuran IC tersebut secara konsisten terhadap sampel yang besar dan terdiversifikasi menjadi terbatas Firer dan Williams, 2003 dalam Wijaya, 2012 Kinerja Keuangan Menurut Pranata 2007 kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuanya. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur menggunakan Return on Asset ROA. Return on Asset ROA mencerminkan keuntungan perusahaan dan efisiensi perusahaan dalam pemanfaatan total aset Chen et al, 2005. Rasio ini mewakili rasio profitabilitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya, baik aset fisik maupun aset non-fisik intellectual capital akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Anthony dan Govindarajan 2002 kelebihan yang dimiliki ROA dibandingkan dengan rasio lainnya adalah : pertama, ROA mudah dihitung dan dipahami; kedua, ROA merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan; ketiga, ROA sebagai tolak ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba; keempat, ROA sebagai alat evaluasi atas penerapan kebijakan-kebijakan manajemen. Kinerja Pasar Tujuan jangka panjang perusahaan adalah memaksimumkan kinerja pasar. Menurut Husnan 2000 yang dimaksud dengan nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayarkan oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sehingga apabila suatu perusahaan dianggap memiliki kinerja pasar yang baik maka perusahaan itu memiliki prospek masa depan.Kinerja pasar pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Price to book value PBV. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus bertumbuh. Price to book value PBV dipilih sebagai ukuran kinerja karena menggambarkan tingkat perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Menurut Damodaran 2001 dalam Sudibya dan Restuti 2014 rasio Price to book value PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut: pertama, nilai buku mempunyai ukuran nilai yang relatif setabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Kedua, nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. Price to book value PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan- perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation. Ketiga, perusahaan-perusahaan dengan earnings negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio PER dapat dievaluasi menggunakan PBV. Pengembangan Hipotesis Perbedaan Kinerja Keuangan berdasarkan tingkat Intellectual Capital Berdasarkan resource based theory, perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja keuangan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting aset berwujud dan aset tak berwujud Wernerfelt 1984 dalam Widarjo 2011. Aset tidak berwujud perusahaan yang memegang peran penting dalam perusahaan adalah intellectual capital. Perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi pada umumnya akan menghasilkan kinerja keuangan yang tinggi pula. Ketika perusahaan memiliki intellectual capital dengan memperhatikan dan memanfaatkan human capital, structural capital, dan customer capital, maka akan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 263 Human capitaladalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan.Perusahaan yang berhasil mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawannya akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Structural capital tercermin dari sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan berupa mesin produksi untuk membantu dalam proses produksi, sistem produksi perusahaan, merek dagang, teknologi, serta transportasi untuk membantu distribusi barang. Structural capital merupakan pendukung dari human capital sebagai sarana dan prasarana pendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Sehingga walaupun karyawan memiliki pengetahuan dan kompetensi yang tinggi namun bila tidak didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai, maka kemampuan karyawan tersebut tidak akan menghasilkan kinerja yang baik. Customer capital pada perusahaan tercermin dari hubungan baik yang dijalin dengan mitranya. Pemasok yang hubungan kerjasamanya berjalan dengan baik akan memberikan bahan baku yang baik bagi perusahaan, dan konsumen juga akan loyal kepada perusahaan tersebut karena kualitas produk yang bagus dan pelayanan customer service yang baik. Kinerja yang baik yang diberikan karyawan serta loyalitas yang diberikan pemasok dan konsumen akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehingga laba perusahaan akan meningkat. Meningkatnya laba perusahaan akan mengakibatkan peningkatan terhadap ROA yang mengindikasi kinerja keuangan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum et al 2008, Salim dan Karyawati 2013, Sudibya dan Restuti 2014, Chen et al 2005, Tan et al. 2007 dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi. Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawan, perusahaan tidak menyediakan sarana-prasarana dan karyawan tidak memanfaatkan sarana-prasarana dengan baik, serta hubungan kerjasama perusahaan dengan mitranya tidak berjalan dengan baik maka hal ini dapat menurunkan laba perusahaan, yang akhirnya ROA perusahaan akan mengalami penurunan dan mengindikasi kinerja keuangannya rendah. Dengan hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja keuangan yang diperoleh rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H 1 : Perusahaan dengan Intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan Intellectual capital -nya rendah. Pengembangan Hipotesis Perbedaan Kinerja Pasar berdasarkan tingkat Intellectual Capital Menurut resource based theory, perusahaan akan unggul dalam persaingan usaha dan mendapatkan kinerja perusahaan yang baik dengan cara memiliki, menguasai dan memanfaatkan aset-aset strategis yang penting aset berwujud dan aset tak berwujud. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki dan dapat menguasai aset tak berwujud dalam hal ini adalah intellectual capital dengan baik akan membuat investor memberikan nilai yang tinggi pada perusahaan. Investor memberikan nilai yang tinggi kepada perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan ketiga elemen intellectual capital yang dimiliki, baik memanfaatkan keahlian yang dimiliki karyawan, sarana dan prasarana yang disediakan serta hubungan yang Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 264 dijalin dengan mitranya. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien dan efektif lagi, sehingga kinerja perusahaan di masa mendatang lebih baik. Perusahaan yang dapat mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan membuat karyawan bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan perusahaan. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan untuk mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal.Hal ini akan memberikan sinyal kepada calon investor bahwa perusahaan dapat mengelola karyawan dengan baik, sehingga calon investor akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap perusahaan. Ketika perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemasok, konsumen, serta pemerintah akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehinggainvestor memiliki harapan mengenai kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang dan menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, hal iniakan menyebabkan naiknya nilai harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan disertai juga dengan naiknya nilai PBV perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2012, dan Bollen 2005 dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi. Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengelola pengetahuan yang dimiliki karyawan, sarana dan prasarana tidak disediakan, serta perusahaan tidak menjalin hubungan kerja yang baik dengan mitranya, hal ini dapat menyebabkan menurunnya nilai harga saham yang disertai juga dengan menurunnya PBV sehingga mengakibatkan penurunan pada kinerja pasar perusahaan. Haltersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja pasar yang diperoleh rendah.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H 2 : Perusahaan dengan Intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan dengan Intellectual capital -nya rendah. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun 2012-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan mempublikasi laporan tahunan secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan 2013 dalam mata uang rupiah. 2. Perusahaan berada pada kondisi laba selama dua tahun berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013.Kriteria ini ditetapkan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menjaga agar value added perusahaan, laba negatif akan menyebabkan value added perusahaan menjadi negatif. 3. Perusahaan berada pada kondisi nilai buku ekuitasnya positif. Jenis dan Sumber Data Sumber data penelitian berasal dari data sekunder. Data tersebut berupa data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang dimulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 yang diperoleh dari situs www.idx.co.id . Sedangkan data mengenai harga saham penutupan diperoleh dari situs finance.yahoo.com . Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 265 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah :  Intellectual Capital 1. Intellectual Capitaldiukur dengan VAIC TM yang dikembangkan oleh Pulic 1998; 1999; 2000dalam Yuniasih et al, 2010. VAIC TM yang diukur berdasarkan value added yangdihasilkan olehValue Added Human Capital VAHU, Value Added Capital Employed VACA, dan Structural Capital Value Added STVA. Formula perhitungan VAIC TM adalah sebagai berikut: a Value Added Human Capital VAHU VA = Output – Input Dimana : Value Added VA = selisih antara output dan input Output OUT = total penjualan dan pendapatan lain-lain Input IN = beban dan biaya-biaya selain beban karyawan Human Capital HC = beban karyawan total gaji, upah dan pendapatan karyawan b Value Added Capital Employed VACA VACA = Dimana : Capital Employed CE = Dana yang tersedia total ekuitas c Structural Capital Value Added STVA STVA = Dimana : Structural Capital SC = VA – HC Sehingga formulasi perhitungan VAIC TM adalah:  Kinerja Keuangan Variabel penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Return on Assets ROA. Return on Assets ROA memperlihatkan kemampuan yang dimiliki oleh perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Adapun rumus yang digunakan menurut Ghozali dan Chariri 2008 untuk menghitung ROA adalah sebagai berikut : VAIC TM = VAHU + VACA + STVA Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 266  Kinerja Pasar Variabel penelitian yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah Price to book value PBV. Dalam penelitian ini Price to Book value PBV dihitung berdasarkan perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham. Harga pasar saham yang digunakan adalah harga yang berdasarkan closing price pada akhir tahun laporan perusahaan.Adapun rumus yang digunakan menurut Sudibya dan Restuti 2014 untuk menghitung PBV adalah sebagai berikut: Teknik Analisis Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitan ini adalah : 1. Menghitung ROA, PBV dan IC yang diungkapkan pada tiap laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel. 2. Mengelompokkan ROA, PBV dan IC menjadi tinggi dan rendah berdasarkan rata-rata keseluruhan sampel. 3. Melakukan uji normalitas terhadap data yang dijadikan sampel. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila tingkat signifikasinya lebih besar dari 0,05. 4. Setelah data berdistribusi normal maka pengujian hipotesis akan dilanjutkan dengan melakukan Uji T- Test. Jika data menunjukan tidak berdistribusi normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan Mann- Whitney U. dalam penelitian ini pengelolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Pada tabel 1 berikut ini menunjukan proses pengambilan sampel perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 dan 2013 dengan menggunakan metode purposive sampling: Tabel 1 Tabel pengambilan sampel penelitian Kriteria Sampel Jumlah perusahaan Jumlah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012- 2013. 280 Jumlah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasi di BEI maupun web perusahaan 2012-2013. Laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur 2012-2013 dalam mata uang selain rupiah 34 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian selama tahun 2012-2013 78 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang nilai buku ekuitasnya negatif selama tahun 2012-2013 Outlier data 8 Total sampel yang digunakan 160 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 267 Analisis Statistik Deskriptif Berikut ini adalah tabel yang berisi hasil analisis deskriptif yang terdiri dari mean, nilai minimum, dan nilai maksimum. Tabel 2 Tabel Statistik Deskriptif Variabel Penelitian N Minimum Maximum Mean Intellectual Capital IC 160 2,28 94,34 34,98 Value Added Human Capital VAHU 160 1,24 90,99 31,93 Value Added Capital Employed VACA 160 0,33 9,45 2,12 Structrual Capital Value added STVA 160 0,20 0,99 0,92 Kinerja Keuaagan ROA 160 0,01 0,66 0,10 Kinerja Pasar PBV 160 0,23 46,95 2,96 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Pada tabel 2 menunjukkan Intellectual Capital IC memiliki nilai terendah 2,28; nilai tertinggi 94,34 dan nilai rata-rata 34,98. Nilai rata-rata IC dari perusahaan yang dijadikan sampel adalah sebesar 34,98. Hal ini berarti bahwa perusahaan yang memanfaatkan IC masih rendah. Tingkat IC tertinggi sebesar 94,34 dimiliki oleh PT. AKR Corporindo Tbk. Variabel kinerja keuangan, memiliki rata-rata sebesar 0,10. Hal ini berarti perusahaan sampel secara rata-rata dapat memperoleh laba bersih sebesar Rp. 0,10,- untuk setiap Rp 1,- aset perusahaan. Variabel kinerja pasar, memiliki rata-rata sebesar 2,96. Hal ini berarti bahwa perusahaan sampel memiliki nilai pasar saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai bukunya.Nilai rata-rata PBV diatas satu 1 menunjukan perusahaan berhasil dalam menggelolah aset perusahaan, dan memiliki potensi pertumbuhan investasi yang tinggi. Tabel 3 Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Intellectual Capital IC N ROA PBV Mean Max Min Mean Max Min Tinggi 63 0.102 0.394 0.007 2.974 46.950 0.281 Rendah 97 0.100 0.657 0.006 2.964 25.603 0.232 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Tabel 4 Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Value Added Human Capital VAHU N ROA PBV Mean Max Min Mean Max Min Tinggi 63 0.102 0.394 0.007 2.974 46.950 0.281 Rendah 97 0.100 0.657 0.006 2.964 25.603 0.232 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Tabel 5 Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Value Added Capital Employed VACA N ROA PBV Mean Max Min Mean Max Min Tinggi 58 0.100 0.657 0.007 3.666 46.950 0.232 Rendah 102 0.101 0.355 0.006 2.571 15.012 0.236 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 268 Tabel 6 Tabel Rata-rata Tinggi Rendahnya Structural Capital Value Added STVA N ROA PBV Mean Max Min Mean Max Min Tinggi 114 0.100 0.657 0.007 2.864 46.950 0.236 Rendah 46 0.103 0.261 0.006 3.225 15.012 0.232 Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata IC yang tinggi memiliki ROA sebesar 0,102, sedangkan perusahaan dengan IC yang rendah memiliki ROA sebesar 0,100. Kemudian untuk perusahaan yang IC tinggi memiliki rata-rata PBV sebesar 2,974, sedangkan perusahaan dengan IC rendah memiliki PBV sebesar 2,964 . Uji Hipotesis Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa semua data memiliki nilai signifikasi 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal, sehingga pengujian hipotesis untuk variabel ROA dan PBV dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney U. Hasil pengujian hipotesis untuk variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini : Tabel 7 Tabel Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Asymp. Sig. 2-tailed Kesimpulan Kinerja Keuangan ROA 0,000 H Diterima Kinerja Pasar PBV 0,000 H Diterima Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Tabel 8 Tabel Hasil Uji Beda pada Tiap Komponen Variabel Asymp.Sig.2-tailed Kesimpulan Value Added Human Capital 0,00 Ada Perbedaan Value Added Capital Employed 0,00 Ada Perbedaan Structural Capital Value Added 0,00 Ada Perbedaan Sumber : Data Sekunder Diolah, 2016 Pembahasan Perbedaan Kinerja Keuangan berdasarkan tingkat Intellectual Capital Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada tabel 7, diketahui bahwa signifikasi uji beda sebesar 0,000, lebih rendah dari tingkat alpha sebesar 0,05. Hal ini berarti H 1 diterima dan dapat disimpulkan terdapat perbedaan kinerja keuangan ROA berdasarkan tingkat intellectual capital. Tabel 3 menunjukkan jumlah rata-rata intellectual capitalperusahaan dengan kategori tinggi memiliki nilai rata-rata ROA sebesar 0,102. Sedangkan perusahaan yang intellectual capital dengan kategori rendah memiliki nilai rata-rata ROA sebesar 0,100. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi akan menghasilkan ROA yang lebih tinggi. Ketika perusahaan berhasil mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 269 Sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan berupa mesin produksi untuk membantu dalam proses produksi, sistem produksi perusahaan, merek dagang, teknologi, serta transportasi untuk membantu distribusi barang jika digunakan dengan baik akan mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Hubungan baik yang dijalin perusahaan dengan pemasok akan membuat pemasok memberikan bahan baku yang baik bagi perusahaan, dan konsumen juga akan loyal kepada perusahaan tersebut karena kualitas produk yang bagus dan pelayanan customer service yang baik.Kinerja yang baik yang diberikan karyawan serta loyalitas yang diberikan pemasok dan konsumen akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehingga laba perusahaan akan meningkat. Meningkatnya laba perusahaan akan mengakibatkan peningkatan terhadap ROA yang mengindikasi kinerja keuangan perusahaan dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ulum et al 2008, Salim dan Karyawati 2013, Sudibya dan Restuti 2014, Chen et al 2005, Tan et al. 2007 dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi maka kinerja keuangannya tinggi. Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengembangkan keahlian yang dimiliki karyawan, perusahaan tidak menyediakan sarana-prasarana dan karyawan tidak memanfaatkan sarana-prasarana dengan baik, serta hubungan kerjasama perusahaan dengan mitranya tidak berjalan dengan baik maka hal ini dapat menurunkan kinerja keuangan. Dengan hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja keuangan yang diperoleh rendah. Sebagai contoh adanya perbedaan kinerja keuangan antara perusahaan dengan IC tinggi dan rendah terlihat pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbkyang memiliki intellectual capital-nya sebesar 49,25, menghasilkanROA yaitu sebesar 0,39, Sedangkan perusahaan dengan tingkat intellectual capital rendah seperti PT. Pioneerindo Gourment Internasional Tbk yang memiliki intellectual capital sebesar 5,99, menghasilkan ROA hanya sebesar 0,18. Dari hasil penelitian dilihat dari keseluruhan intellectual capital, perusahaan yang intellectual capital- nya tinggi menghasilkan ROA yang tinggi. Tetapi jika dilihat dari komponen intellectual capital terdapat hasil yang berbeda. Pada tabel 4 terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan tingkat Value Added Human Capital. Dimana pada Value Added Human Capital yang tinggi menghasilkan ROA yang tinggi. Sedangkan pada Value Added Human Capital rendah menghasilkan ROA sebesar rendah. Pada tabel 5 didapatkan hasil dimana Value Added Capital Employed yang tinggi menghasilkan ROA yang rendah, sedangkan pada Value Added Capital Employed yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi. Sedangkan pada tabel 6 dijelaskan bahwa Structural Capital Value Adedd yang tinggi menghasilkan ROA yang rendah, sedangkan pada Structural Capital Value Adedd yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi . Perbedaan Kinerja Pasar berdasarkan tingkat Intellectual Capital Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney pada tabel 7, diketahui bahwa signifikasi uji beda sebesar 0,000, lebih rendah dari tingkat alpha sebesar 0,05. Sehingga H 2 diterima dan dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja pasar PBV berdasarkan tingkat intellectual capital. Besarnya PBV antara perusahaan dengan IC kategori tinggi dan rendah dapat dilihat pada tabel 3. Perusahaan yang memiliki rata-rata intellectual capitaldengan kategori tinggi memiliki nilai rata-rata PBV sebesar 2,974. Sedangkan perusahaan yang intellectual capital dengan kategori rendah memiliki nilai rata-rata Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 270 PBV sebesar 2,964. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki dan dapat menguasai aset tak berwujud dalam hal ini adalah intellectual capital dengan baik akan membuat investor memberikan nilai yang tinggi pada perusahaan. Investor memberikan nilai yang tinggi kepada perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan ketiga elemen intellectual capital yang dimiliki, baik memanfaatkan keahlian yang dimiliki karyawan, sarana dan prasarana yang disediakan serta hubungan yang dijalin dengan mitranya. Perusahaan diharapkan dapat memanfaatkannya dengan lebih efisien dan efektif lagi, sehingga kinerja perusahaan di masa mendatang lebih baik. Perusahaan yang dapat mengelola pengetahuan karyawannya dengan baik akan membuat karyawan bekerja lebih baik lagi untuk kepentingan perusahaan. Ditambah dengan sarana dan prasarana yang disediakan perusahaan untuk mendukung kinerja karyawan untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal.Hal ini akan memberikan sinyal kepada calon investor bahwa perusahaan dapat mengelola karyawan dengan baik, sehingga calon investor akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap perusahaan. Ketika perusahaan dapat menjalin hubungan yang baik dengan pemasok, konsumen, serta pemerintah akan menggerakkan roda bisnis perusahaan sehinggainvestor memiliki harapan mengenai kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang dan menyebabkan investor tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut, hal ini akan menyebabkan naiknya nilai harga saham perusahaan. Kenaikan harga saham perusahaan disertai juga dengan naiknya nilai PBV perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan yang memiliki intellectual capital yang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2012, dan Bollen 2005 dari penelitian tersebut menyatakan bahwa intellectual capitalyang tinggi maka kinerja pasarnya tinggi. Akan tetapi sebaliknya jika perusahaan tidak mengelola pengetahuan yang dimiliki karyawan, sarana dan prasarana tidak disediakan, serta perusahaan tidak menjalin hubungan kerja yang baik dengan mitranya, hal ini dapat menyebabkan menurunnya kinerja pasar perusahaan. Haltersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang memiliki intellectual capital yang rendah maka kinerja pasar yang diperoleh rendah. Sebagai contoh adanya perbedaan kinerja pasar antara perusahaan dengan IC tinggi dan rendah terlihat pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbkyang memiliki intellectual capital nya sebesar 49,25, menghasilkanPBV yaitu sebesar 46,95, Sedangkan perusahaan dengan tingkat intellectual capital rendah seperti PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk yang memiliki intellectual capital sebesar 7,97, menghasilkan PBV hanya sebesar 0,70. Dari hasil penelitian dilihat dari keseluruhan intellectual capital, perusahaan yang intellectual capital- nya tinggi menghasilkan PBV yang tinggi. Tetapi jika dilihat dari komponen intellectual capital terdapat hasil yang berbeda. Berdasarkan Tabel 4 terdapat perbedaan kinerja keuangan berdasarkan tingkat Value Added Human Capital. Dimana pada Value Added Human Capital yang tinggi menghasilkan PBV yang tinggi. Sedangkan pada Value Added Human Capital rendah menghasilkan ROA yang rendah. Pada tabel 5 didapatkan hasil dimana Value Added Capital Employed yang tinggi menghasilkan ROA yang tinggi, sedangkan pada Value Added Capital Employed yang rendah menghasilkan ROA yang rendah. Sedangkan pada tabel 6 dijelaskan bahwa Structural Capital Value Adedd yang tinggi menghasilkan ROA sebesar rendah, sedangkan pada Structural Capital Value Adedd yang rendah menghasilkan ROA yang tinggi . Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 271 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI TERAPAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji non-parametrik Mann-whitneyU seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini menunjukkan beberapa hal, yaitu : 1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja keuangan yang lebih baik di bandingkan dengan perusahaan yangintellectual capital rendah. 2. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan perusahaan dengan intellectual capital yang tinggi memiliki kinerja pasar yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan intellectual capital rendah. Implikasi Terapan Implikasi terapan dalam penelitian ini ditujukan kepada perusahaan. Bagi perusahaan, hendaknya mengoptimalkan 3 elemenintellectual capital yaitu human capital, structural capital, dan customer capital dengan baik sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan dan juga kinerja pasar. Bagi investor untuk lebih memilih perusahaan yang IC nya baik dalam menanamkan investasinya sehingga harapan investor untuk mendapat keuntungan lebih bisa terjamin . Referensi Abdolmohammadi, M.J. 2005. Intellectual Capital Disclosure and Market Capitalization. Journal of Intellectual Capital Vol.6 No.3.pp.397-416. Appuhami, B.A. Ranjith. 2007. The Impact of Intellectual Capital on Investors Capital Gains on Share: An Empirical Investigation of Thai Banking, Finance Insurance sector. International Management Riview. Vol.3 No.2. Bontis, N., W.C.C. Keow, and S. Richardson. 2000. “Intellectual Capital and Business Performance in Malaysia Industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol.1. No.1. 85-100. Chen, M.C., S.J. Cheng, Y. Hwang. 2005. “An Empirical Investigation of the Relationship Between Intellectual Capital and firms’ Market Value and Financial Performances”. Journal of Intellectual Capital. Vol.6 No.2.pp.159-176. Efandiana, Ludita. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Intellectual Capital pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis Universitas Diponegoro Semarang. Firer, Steven, and L Stainbank. 2003. “Testing the Relationship between Intellectual Capital and a Company’s Performance: Evidence from South Africa”. Meditari Accountancy Research. Vol. 11: 25-44. Ghozali, Iman. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 19. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Healy, P. M., dan K. G. Palepu, 1993, The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies on Stock Prices. Accounting Horizons 7 1: 1-11. Ifada, Luluk Muhimatul dan Hapsari, Hairida. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Non Keuangan di Indonesia. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan. Vol.2 No.1. April. Pp 181-194. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. No.19. Jakarta: Salemba Empat. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 272 Kuryanto, Benny dan Syafruddin, Muchamad. 2009. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Vol.5, No.2. Pramestiningrum. 2013. “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia BEI Tahun 2009-2011”. Universitas Diponegoro, Semarang. Salim, Selvi Meliza dan Karyawati, Golrida. 2013. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan. Journal of Business Enterpreneurship. Vol.1 No.2. Mei. Sawarjuwono, Tjiptohadi dan Agustine Prihatin Kadir. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan Sebuah Library Research. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.5No.1. 31-51. Sudibya, D. C. Nunki Arun dan Restuti, MI. Mitha Dewi. 2014. Pengaruh Modal Intelektual terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional dan Call for Paper. 154-166. Sunarsih, Ni Made dan Mendra, Ni Putu Yuria. 2012. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XV. Banjarmasin: 20-23 September. Suwarjuwono, W dan Kadir, A. P. 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan sebuah library research. Jurnal Akuntansi Keuangan 5 1: 35-37. Ulum, Ihyaul, Imam Ghozali Anis Chairi. 2008. Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan: Suatu Analisis dengan Pendekatan Partial Least Squares. Makalah Diampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak: 23-24 Juli. Wernerfelt, B. 1984. A Resource- Based View of The Firm, Strategic Management Journal. Vol.5. No.2.pp.171- 180. Widarjo, Wahyu. 2011. Pengaruh Modal Intelektual dan Pengungkapan Modal Intelektual pada Nilai Perusahaan. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIV. Banda Aceh: 21-22 Juli. Wijaya, Novi. 2012. Pengaruh Intelektual Capital Terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar Perusahaan Perbankan dengan Metode Value Added Intelectual coefficient. Journal Bisnis dan Akuntansi. Vol.14. No.3.157-180. Desember. Yuniasih, Ni Wayan, Dewa G. Wirama, dan Dewa N. Badera. 2010. Eksplorasi Kinerja Pasar Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intellectual. Makalah Disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto: 13-15 Oktober. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 273 PERUBAHAN BID ASK SPREAD DI SEPUTAR PENGUMUMAN LABA UNTUK SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Bayu Wijayantini 1 danMaheni Ika Sari 2 Universitas Muhammadiyah Jember Jl. Karimata 49 Jember Email: mebayuwijayantini.com maheni_ikasariyahoo.com This study aimed to test whether there are significant non-financial variable to the bid ask spread around each earnings announcement on Manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The population of 118 listed company, selected 32 companies that meet the criteria. Analysis of the results showed that the analysis shows the variation change bid ask spread of 0.05. Where the average bid ask spread five days before the earnings announcement rat higher than the average bid-ask spread five days after the earnings announcement. So there are differences in the bid-ask spread significantly between the time before and the time after the earnings announcement. This indicates that most investors still regard the stock as a trade commodity. The analysis shows the variation change bid ask spread of 0.05. Where the average bid ask spread five days before the earnings announcement rat higher than the average bid-ask spread five days after the earnings announcement. So there are differences in the bid-ask spread significantly between the time before and the time after the earnings announcement. This indicates that most investors still regard the stock as a trade commodity. Keywords: bid ask spread

1. Pendahuluan

Dalam berinvestasi di pasar modal, sering kali investor mengalami kesenjangan informasi information asymmetry. Kesenjangan informasi akan terjadi apabila seorang investor memiliki informasi lebih banyak daripada investor lain. Kondisi ini memicu terjadinya perilaku adverse selection, sehingga dapat menimbulkan biaya informasi. Biaya informasi merupakan salah satu komponen pembentuk bid ask spread. Adanya kesenjangan informasi akan menyebabkan para dealer berusaha lebih untuk mendapatkan sinyal tertentu yang dapat dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengurangi ketidakpastian yang dihadapinya, sehingga biaya informasi yang dibutuhkan cenderung tinggi, akibatnya tingkat spread juga cenderung tinggi. Sedangkan tidak adanya kesenjangan informasi akan menyebabkan para dealer kurang berusaha untuk mendapatkan sinyal tertentu yang dapat dijadikan sebagai informasi yang dibutuhkan cenderung rendah, akibatnya tingkat spread juga rendah. Bid-ask spreads merupakan selisih bid price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk membeli saham tersebut. Sedangkan ask price adalah harga terendah dimana dealer bersedia untuk menjual atau harga spesialis atau dealer menawar untuk menjual saham tersebut Jones, 1996. Penentuan besarnya spread oleh market maker adalah sebagai kompensasi untuk menutupi adanya tiga jenis biaya, yaitu inventory holding cost biaya pemilikan, order processing cost biaya orderbiaya pemrosesan, dan adverse information cost Stoll, 1978. Diawali oleh Beaver 1968, penelitian tentang reaksi pasar terhadap pengumuman laba telah menjadi salah satu main stream penelitian keuangan. Kebanyakan dari penelitian tersebut memfokuskan pada Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 274 reaksi return pasar terhadap informasi keuangan. Meskipun demikian, informasi keuangan bisa berguna bagi investor tanpa mempengaruhi return pasar, Lev 1989 dalam Callahan et. al. 1997 menyatakan bahwa manfaat potensial dari pengumuman laba adalah mengurangi asimetri informasi di pasar saham. Riset tentang bid ask spread yang ada menyatakan bahwa pengurangan dalam asimetri informasi bisa mengurangi biaya transaksi Callahan et.al 1997. Venkatesh dan Chiang 1986 menemukan perubahan yang signifikan dalam spread setelah pengumuman laba hanya pada kasus di mana tidak ada informasi material lain yang berhubungan dengan perusahaan yang diumumkan dalam 30 hari sebelum pengumuman laba. Industri manufaktur merupakan subsektor industri yang paling dominan dan merupakan subsektor industri yang memberi kontribusi nilai tambah sangat besar terhadap sektor industri di Indonesia dan merupakan sektor yang perlu mendapatkan perhatiaan berkenaan dengan dimensi lokasi dan keuntungan komparatifnya. Industri manufaktur mampu memberikan nilai tambah yang paling besar terhadap PDB Indonesia. Beracim dan Bustani: 2008. Di Bursa Efek Indonesia BEI perkembangan perusahaan kelompok Sektor industri manufaktur menunjukkan tren yang sangat menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari jumlahnya yang meningkat dari tahun ke tahun. Dari hal tersebut penelitian dengan menggunakan variabel non keuangan dan keuangan untuk mengukur bid ask spread pada perusahaan industri manufaktur perlu dilakukan. Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dealer akan menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh adanya asimetri informasi antar partisipan pasar. Oleh karena itu dealer perlu memperhatikan sinyal-sinyal tertentu seperti pengumuman laba untuk mengurangi asimetri informasi yang dihadapinya. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bermaksud untuk menguji sejauh mana pengaruh laporan keuangan terhadap bid ask spread pada bid ask spread sebelum dan sesudah pengumuman laba untuk perusahaan industri manufactur. Penelitian ini merupakan multifikasi dari berbagai penelitian di luar negeri, yakni penelitian yang dilakukan oleh Stoll 1978, yang meneliti determinan-determinan bid ask spread, dan penelitian yang dilakukan oleh Venkatesh dan Chiang 1986, yang meneliti pengaruh pengumuman laba terhadap bid ask spread.

2. Tinjauan Pustaka

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Pengumuman laba dikatakan memiliki kandungan informasi apabila mampu mendorong perubahan taksiran investor terhadap distribusi return di masa mendatang, sehingga akan mengakibatkan perubahan nilai keseimbangan harga saham saat itu. Pada saat pengumuman laba diharapkan variabilitas perubahan harga akan lebih besar dibandingkan dengan pada periode di luar pengumuman laba meskipun arah dan besar perubahan tersebut tidak diketahui tanpa mengetahui model ekspektasi investor Beaver,1968. Selain menyebabkan perubahan ekspektasi investor, pengumuman laba akan dikatakan memiliki nilai informasi apabila mampu mempengaruhi perilaku para pengambil keputusan. Dalam hal ini, informasi tersebut akan mendorong kepemilikan portfolio saham yang optimal. Investor akan melakukan pembelian dan penjualan saham sehingga pada saat pengumuman laba volume perdagangan diharapkan meningkat Beaver, 1968:218. Bid ask spread merupakan selisih bid price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk membeli saham tersebut. Sedangkan ask price adalah harga terendah di mana dealer bersedia untuk menjual atau harga di mana

Dokumen yang terkait

M01939

0 16 418