Promosi Kerajinan Bambu M01939

Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 99 anggota keluarga Sernovitz, 2006. Sedangkan pameran merupakan suatu kegiatan untuk menampilkan produk sehingga pembeli dapat melihatnya dan memutuskan untuk membelinya Collin dan Ivanivic, 2004. Word of mouth terkait produk kerajinan bamboo ini karena produk merupakan usaha turun temurun sehingga sudah lama dikenal masyarakat di Kabupaten Sragen. Adapun pameran difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Sragen melalui Disperindag. Pameran dilakukan di berbagai kota di Indonesia, seperti Semarang, Jakarta dan Bali. Word of mouth dan pameran merupakan upaya promosi langsung yang bagus. Kegiatan promosi ini terus berlangsung menskipun hasilnya belum optimal. Berdasarkan hasil analisis, upaya promosi ini akan lebih optimal jika dikelola dengan lebih baik, salah satu diantaranya melalui pembuatan katalog yang lengkap dan jelas. Dengan ini konsumen akan lebih tahu secara jelas . Tujuan pembuatan katalog bagi pengrajin bambu ini adalah untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan menjaring calon pelanggan baru. Katalog terdiri dari informasi mengenai produsen kerajinan seperti nama, alamat dan nomer telepon yang bisa dihubungi serta tidak kalah penting adalah kuantitas dan kualitas produk yang akan ditawarkan .

E. PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa upaya promosi yang dilakukan pengrajin bamboo di Kabupaten Sragen adalah word of mouth dan pameran. Upaya promosi tersebut merupakan bagian dari jenis pemasaran langsung direct marketing. Berdasarkan simpulan, disampaikan rekomendeasi agar pengrajin melakukan promosi dengan membuat katalog yang jelas dan lengkap. Katalog harus dapat menjawab semua pertanyaan dari pelanggan mengenai produk atau dengan kata lain dapat mewakili produk kerajinan bambu yang akan ditawarkan. Selain katalog sebagai media promosi, adapun saran yang bisa diajukan bagi pengrajin bambu antara lain 1 melakukan strategi penetrasi pasar. Optimalisasi penjualan produk pada wilayah yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 100 cara “jemput bola” kepada calon konsumen, yaitu dengan menawarkan produk secara langsung. penggunaan katalog yang menarik dan lengkap, sehingga memudahkan calon pelanggan untuk memilih produk, 2 melakukan perluasan pasar. Cara yang dapat ditempuh dalam perluasan pasar produk kerajinan bambu adalah 1 membentuk jaringan pemasaran dengan pemilik kios furniture ataupun kerajinan bambu di daerah lain. 2 menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen untuk dapat mengikuti pameran, 3 membuat katalog on line. Penggunaan internet saat ini merupakan senjata yang ampuh bagi para pelaku promosi. Kemudahan untuk mengakses internet, memilih produk sampai kemudahan pada proses pemesanan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pelanggan. Hal ini juga berguna untuk menghilangkan kelemahan paperless dari katalog konvensional dan memberikan nilai tambah pada produk yang ditawarkan melalui tat kelola komunikasi visual berbasis desain grafis. Daftar Pustaka Wijaya et al, 2004, Identifikasi jenis-jenis bambu di Pulau Sumba Kecil. Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI. Cibinong Fredicksson, Wadstrom, Medbo., 2014. Assuring materials avaibility during the prediction transfer process, DOI. 10.1108JMTM-02-2012-0016. Journal of manufacturing Technology Management, Vol. 25 No. 3. Pp 310.333. Emerald Group Publishing Limited Fang-Wu Tung., 2012. Weaving with rush: Exploring Craft-Design Collaborations in Revitalizing a Local Craft. International Journal of Design Vol. 6 No. 3 Frances., 1998, The Challenges in changing catalog business: Selling Promotional Products Through the Mail. Direct Marketing. April. 60.12. Proquest Research Library. Pg 23 Titin Agustina., 2015http:www.jurnalasia.com20150411produk-kerajinan-indonesia-digandrungi-buyer- jepang. Kotler dan Keller., 2009. Manajemen Pemasaran. PT. Indeks. Jakarta Tjiptono., 2004. Strategi Pemasaran, edisi kedua, Andi, Yogyakarta Yin R. K., 2002. Case Study Research-Design and Methods, Sage, Thousand Oaks, C Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 101 KARAKTERISTIK STRES KERJA DAN MODEL PENANGANANNYA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN Studi Empirik Di Industri Batik Laweyan Surakarta Jawa Tengah Lukman Hakim 1 dan Eko Sugiyanto 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail : Lukman.Hakimums.ac.id Ekosugiyanto_01yahoo.com Abstract This study aims to: 1 Identified the causes stressor that occurred in the batik industry Laweyan Surakarta Central Java. 2 Identified the effect or impact of job stress both individually and organizationally in the batik industry Laweyan Surakarta, Central Java. 3 Arrange a model of handling the work stress in the batik industry Laweyan Surakarta, Central Java. This study used a qualitative descriptive method. Descriptive qualitative that attempt to through the data as accurately as possible through various techniques such as interviews, questionnaires, exploratory observation. The analysis tool using causal analysis of job stress and job stress management theory study and eventually stacking handling work stress models in Laweyan Surakarta batik industry. The study concluded handling work stress from causation through handling organizational work stress, individual work stress, group work stress, and environment work stresss. While handling work stress from analysis of development, namely: 1 role analysis, 2 create the strong corporate cultur, 3 founding the change consultation center, 4 institutional program and 5 spiritual program. Keywords: Organizational work stress, Individual work stress, Group work stress, Environment work stress an Management work stress.

1. Pendahuluan

Dalam menjalankan setiap usaha perusahaan tidak akan terlepas dari berbagai masalah yang berkaitan dengan fungsi-fungsi kegiatan usahanya, baik itu masalah produksi, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran maupun usahanya. Masalah diatas tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, permasalahan diatas harus ditangani secara komprehensif, dengan cara mengkoordinasikan antara fungsi-fungsi dalam satu kesatuan. Masalah yang berkaitan dengan fungsi sumber daya manusia merupakan satu hal yang dianggap penting dalam perusahaan. Salah satu permasalahan di organisasi adalah stres kerja. Stres kerja adalah menurut Robbins 2007, sebagai suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar lingkungan kerja, situasi atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang”. Para peneliti AS melaporkan bahwa kerugian yang ditimbulkan akibat pekerja mengalami stres ini mencapai antara US 100 milyar dan 300 milyar pertahun bagi ekonomi Amerika Serikat dalam bentuk hari kerja yang hilang biaya perawatan kesehatan untuk sakit yang berkaitan seperti kelelahan, depresi dan serangan jantung. Beberapa studi epidemiologis telah menunjukkan bahwa stres terutama sekali merusak selama berlangsung resesi. Harvey Brener dari John Hopkins Universitiy memperkirakan bahwa untuk setiap kenaikan satu persen dalam tingkat pengangguran, ada peningkatan sebesar lima persen dalam jumlah pasien rumah sakit jiwa, enam persen dalam jumlah tahanan dan sebanyak delapan persen dalam jumlah penderita serangan jantung fatal Gibson, Ivancevich dan Donelly, 2005. Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 102 Penyebab stres stressor bisa dari berbagai hal, antara lain lingkungan, konflik peran, beban kerja lebih dan lain-lainya. Pada tingkat individual telah, penyebabnya bisa karena suhu udara yang panas, ruangan kerja yang kotor dan lainnya. Penyebab konflik peran, dimana seorang individu merasakan konflik peran ketika memenuhi satu deretan harapan tentang konflik pekerjaan dengan memenuhi kepada deretan harapan lainnya. Sebagai contoh, adanya tekanan untuk bergaul dengan baik bersama orang-orang yang anda tidak cocok. Tanpa memperhatikan apakah hasil konflik peran daripada kebijakan organisasional atau dari pribadi-pribadi lainnya, hal ini dapat menjadi suatu penyebab stressor bagi beberapa individu. Beban berlebih, dimana setiap orang telah mengalami kerja berlebihan pada suatu waktu atau lainnya. Satu studi dari C. Weiman 2007 dimana menguji hubungan antara beban berlebih, beban kerja yang kurang dan stres diantara 1.540 eksekutif di satu perusahaan besar di USA. Para eksekutif yang berada pada deretan rendah dan tinggi dari rentang stres dilaporkan memilki masalah kesehatan yang lebih nyata. Studi ini menyarankan bahwa hubungan antara penyebab, stres dan penyakit mungkin bersifat kurva linier. Mereka yang kurang beban kerja dan mereka yang memilki beban belebih mewakili dua ujung dari satu rangkaian kesatuan, masing-masing dengan jumlah masalah-masalah kesehatan yang tinggi secara berarti. Tingkat stres optimal memberikan keseimbangan terbaik dari tantangan tanggung jawab dan imbalan. Penelitian Ismar, Amri dan Sostrosumiharjo 2011 yang meneliti 73 orang pekerja sebuah perusahaan Call center di Jakarta menghasilkan temuan prevalensi stres kerja berkaitan dengan faktor-faktor stresor kerja antara lain pengembangan karir, beban kerja berlebih, konflik peranan, keterpaksaan peran dan tanggung jawab pekerjaan. Stresor-stresor lainnya, struktur organisasi, jarang dipelajari. Satu studi tentang tenaga penjual di bidang perdagangan menguji akibat dari organisasi yang strukturnya panjang struktur birokratis, medium dan pendekflat struktur kurang rigid terhadap kepusan kerja, stres dan penampilan. Para peneliti mendapatkan bahwa tenaga penjual di dalam organisasi yang strukturnya paling kurang birokratis mengalami stres yang kecil dan kepuasan kerja lebih besar dan berperan lebih efektif daripada tenaga penjual di dalam organisasi struktur medium dan panjang Ivanchevich and Donelly, 2005. Stres kerja disamping memiliki sebab juga akibat, akibat dari stress banyak dan bervariasi, diantaranya ada yang positif dan negatif. Namun demikian lebih banyak lagi efek negatifnya yang secara potensial berbahaya. Akibat-akibat tersebut antara lain kelelahan fisik, perasaan kesal-marah burnout bahkan depresi kerja. Tingkat stres kerja berlebihan dapat berdampak negatif terhadap prestasi kerja karyawannya yang akhirnya merugikan perusahaan. Dampak negatif tersebut dapat berupa rendahnya tingkat produktivitas, minimnya kreativitas, kurangnya motivasi, pengambilan keputusan yang tidak efektif, kualitas komunikasi antar karyawan yang rendah, tingkat absensi yang tinggi, bahkan munculnya tindakan-tindakan kekerasan dalam lingkungan kerja Quick et.al., 2002. Akibat stres juga menjadikan para pekerja banyak mengkonsumsi minuman beralkohol alkoholisme berlebihan dan secara berulang-ulang yang mengganggu kesehatan individu dan perilaku kerja. Efek negatif dari ketergantungan obat dan alkohol adalah masalah absen absentisme, produktivitas rendah, dan kecelakaan kerja. Para ahli memperkirakan bahwa sekitar 9 pria di Amerika dan 5 wanitanya memiliki risiko untuk alkoholisme atau minuman serius. Jadi diperkirakan 10,5 juta orang Amerika pecandu alkohol. Mungkin tidak ada satu faktor dapat menyebabkan alkoholisme yang merupakan suatu kesatuan yang kompleks. Efek negatif lain adalah angka bunuh diri diantara pecandu alkohol adalah 58 kali dibandingkan dari masyarakat umum.

Dokumen yang terkait

M01939

0 16 418