M01939
(2)
ii
Prosiding Seminar Nasional: Pendekatan Keperilakuan Dalam Penelitian Di Bidang
Manajemen, Surakarta, di Ruang Seminar FEB UMS, Kamis, 19 Mei 2016/ Editor; Ihwan
Susila [et.al.]
vii, 411 hal, 28 cm
ISBN: 978-602-361-041-9
1. Ekonomi Manajemen
I. Judul
Reviewer
Farid Wajdi, Ph.D
Dr. Anton Agus Setyawan
Ihwan Susila, Ph.D
Dr. Syamsudin, MM
Wiyadi, Ph.D
Soepatini Ph.D
Ahmad Mardalis, SE, MBA
Jati Waskito SE., MSi
Kussudyarsana, SE., MSi
Zulfa Irawati, SE., MSi
Penyunting
Ketua
: Ihwan Susila, Ph.D
Anggota
: Kussudyarsana, SE, MSi
Sajiwo Tri Prakoso, SE
Muzakar Isa, SE, M.Si
Hak cipta
2016 pada penulis dan dilindungi undang-undang
Diterbitkan oleh:
Muhammadiyah University Press (MUP)
Universitas Muhammadiyah
Telp: (0271) 717417 Eks. 280
Email:
[email protected]
Artikel pada prosiding ini dapat digunakan, dimodifikasi, dan disebarkan secara bebas untuk
tujuan bukan komersil (non profit), dengan syarat tidak menghapus atau mengubah atribut
penulis. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang kecuali mendapatkan izin terlebih
dahulu dari penulis.
(3)
iii
Assalaamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuhu
Salam Sejahtera bagi kita semua
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nya Prosiding
Seminar Nasional dan Call For Paper (Riset Manajemen dan Bisnis) yang mengangkat tema
“
Pendekatan Keperilakuan Dalam Penelitian di Bidang Manajemen
” dapat diterbitkan.
Seminar Nasional dan Call For Paper (Riset Manajemen dan Bisnis) ini telah diselenggarakan
atas kerjasama Program Studi S1 Manajemen UMS, S2 Magister Manajemen UMS, PPMB
UMS.
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai media sosialisasi hasil penelitian di bidang
manajemen. Selama ini penelitian keperilakukan banyak dilakukan di bidang psikologi,
namun demikian perkembangan teori dan praktik bisnis menuntut peneliti di bidang
manajemen untuk melakukan terobosan dengan menggunakan pendekatan keperilakuan
untuk menjelaskan fenomena di bidang bisnis. Riset di bidang manajemen pemasaran dan
manajemen sumber daya manusia dan organisasi sudah lazim menggunakan pendekatan
keperilakuan. Dalam perkembangannya, riset di bidang manajemen keuangan dan strategi
juga mulai menggunakan pendekatan keperilakuan.
Kami berharap bahwa melalui Seminar Nasional dan
Call For Paper
(Riset
Manajemen dan Bisnis) ini menjadi media tukar menukar informasi dan pengalaman, ajang
diskusi ilmiah, peningkatan kemitraan di antara para peneliti.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung
terlaksanya acara Seminar Nasional dan
Call For Paper
(Riset Manajemen dan Bisnis)
.
Kami
juga mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pelaksanaan acara ini masih banyak
kekurangan.
Wassalaamu'alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuhu
Surakarta, 19 Mei 2016
Hormat Kami,
Ketua Panitia
(4)
iv
Halaman
DEWAN REDAKSI ...
ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
1.
PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU TERHADAP EKUITAS
MEREK ALFAMART
Jehuda Ghrahito Hutomo Krussell dan Eristia Lidia Paramita ...
1
2.
PENGARUH
PELAYANAN,
HARGA,
KEMASAN,
INOVASI
DAN
KEKUATAN MEREK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN RM. GUDEG
ADEM AYEM DI SOLO
Sri Murwanti, Yudha Anggun Setyo Muldiantoro, dan Rizka Arditya Putri ... 20
3.
PENGELOLAAN PEMASARAN WISATA PULAU KECIL DALAM RANGKA
PENINGKATAN WISATAWAN DOMESTI DAN INTERNASIONAL DI
PULAU BAWEAN GRESIK
Asat Rizal, Wiwit Hariyanto, Boy Isma Putra, Djohan Mashudi ... 26
4.
PERSEPSI MASYARAKAT ATAS MEREK LOKAL DAN ASING PADA
KATEGORI PRODUK HEDONIK DAN UTILITARIAN
Kussudiyarsana
... 40
5.
PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH
KULIAH DI UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
Limgiani ... 51
6.
KEPUTUSAN PEMBELIAN JASA ASURANSI DAN PENGURANGAN
RESIKO BENCANA ALAM
Muzakar Isa... 65
7.
PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA DATA TERHADAP
PELAYANAN PADA BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SURAKARTA
Sidiq Permono Nugroho ... 72
8.
MEMBANGUN LOYALITAS MELALUI HARGA
Titin Hargyatni dan Heni Susilowati ... 85
9.
EFEKTIFITAS
KATALOG
SEBAGAI
MEDIA
PROMOSI
BAGI
PENGEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN SRAGEN
(5)
v
Industri Batik Laweyan Surakarta Jawa Tengah)
Lukman Hakim dan Eko Sugiyono ... 101
11.
STRESSOR KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
Ahmad Mardalis dan Ririn Widya Putri Mayang Sari ... 117
12.
TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP, PSYCHOLOGICAL SAFETY AND
TEAM OUTCOMES: A RESEARCH AGENDA
Winarto dan Ari Agung Nugroho ... 128
13.
AGENDA PENELITIAN MENGENAI KEPUASAN KERJA SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING PADA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN
TRANSFORMASIONAL TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP
BEHAVIORS
Winarto, Hosianna Ayu Hidayati, dan Saur M. Sipayung
... 134
14.
ANALISIS KEPUASAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PADA KARYAWAN TETAP DAN TIDAK TETAP (STUDI KASUS PADA PT.
TMSI JAWA TENGAH)
Dimas Indrajaya
dan Rosaly Franksiska ... 142
15.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMITMEN KERJA
KARYAWAN (KASUS USAHA KECIL MENENGAH
Sri Padmantyo dan Mulyaningsih ... 158
16.
INDIVIDUAL
DAN
ORGANIZATIONAL
UNLEARNING:
PROPOSISI
HUBUNGAN MODERASI CROSS-LEVEL
Henri Dwi Wahyudi ... 171
17.
PERILAKU SUMBER DAYA MANUSIA DAN PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP
NILAI
INFORMASI
PELAPORAN
KEUANGAN
PEMERINTAHAN DAERAH ( Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
Kabupaten Semarang )
Via Agustina, Ika Kristianti, Like Soegiono, dan Aprina Nugrahesthy ... 177
18.
MINAT
PEMILIHAN
PEKERJAAN
(STUDI
KASUS
MAHASISWA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA)
Aflit Nuryulia Praswati dan Abimanyu ... 188
19.
PENGARUH PROFITABILITAS KEBIJAKAN DIVIDEN DAN KEBIJAKAN
UTANG
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN
PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
PERIODE 2010-2013
Syamsudin dan Tika Pranindyastuti
... 193
20.
ANALISIS PENGARUH TINGKAT KEUNTUNGAN, BELANJA MODAL DAN
PERUBAHAN MODAL TERHADAP INSTRUMEN HUTANG JANGKA
PANJANG
(6)
vi
PERUSAHAAN
HIGH PROFILE
DAN
LOW PROFILE
YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Yosefin Dessy Septianingrum dan MI Mitha Dwi Restuti ... 213
22.
LIQUIDITY
DAN
PROFITABILITY
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2012-2014
M. Rudianto dan Rini Kuswati ... 228
23.
PENGARUH
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014)
Rahayu Dwi Oktaviami dan Paskah Ika Nugroho ... 235
24.
INTELLECTUAL CAPITAL
DAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR
HIGH IC INTENSIVE
Sigit Hermawan dan Ummy Imaniar Mardiyanti ... 247
25.
PERBEDAAN
KINERJA
PERUSAHAAN
BERDASARKAN
TINGKAT
INTELLECTUAL CAPITAL
Maria Sri Rahayu dan Yeterina Widi Nugrahanti ... 257
26.
PERUBAHAN BID ASK SPREAD DI SEPUTAR PENGUMAAN LABA
UNTUK SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTURE DI BURSA EFEK
INDONESIA
Bayu Wijayantini danMaheni Ika Sari ... 273
27.
ANALISIS KARAKTERISTIK PERUSAHAAN YANG MEMPENGARUHI
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014
Budi Wahyu Mahardhika dan Anita Roosmawarni ... 284
28.
PENGARUH DIVERSITAS KEBANGSAAN BOARD OF DIRECTOR
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
Pauline Jayalaksmi Winato dan Supatmi ... 301
29.
ANALISIS KINERJA PADA BANK UMUM SYARIAH DEVISA DI
INDONESIA DITINJAU DARI MAQAIS SYARI’AH (PENDEKATAN
SYARI’AH MAQASID INDEX /SMI
Putri Dwi Cahyani dan Restu Frida Utami ... 314
30.
ANALISIS KINERJA PEMBENTUKAN PORTOFOLIO YANG EFISIENSI
DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA PERUSAHAAN ASURANSI DI
INDONESIA
(7)
vii
QUALITY MANAGEMENT
Ardi Bayu Herlambang, Joko Santoso, Mariyah Al Ghozih, Edy PS ... 331
32.
PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN
SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE TOPSIS PADA PERUSAHAAN
FURNITURE
Ma’ruf ... 345
33.
DAMPAK PRODUK RECALL TERHADAP REPUTASI PERUSAHAAN
Civi Erikawati, Nur Hidayah, Rendy Nichoyosep Rusade, dan Edy PS ... 358
34.
DESAIN PRODUK DAN JASA PADA PT. ISKANDAR INDAH PRINTING
TEXTILE SURAKARTA
Hapsari Dyah H., Purwaningsri, Desi Nur Aini, Edy PS ... 366
35.
ANALISIS
KEPUTUSAN
PEMBELIAN
DENGAN
MENGGUNAKAN
RERANGKA
THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
Yohan Aris Mulyono dan Maria Rio Rita ... 375
36.
PERILAKU DPRD DALAM PELAKSANAAN PENYUSUNAN APBD
PEMERINTAHAN KOTA SALATIGA
Olys Eka Yulina I.C.A, Ika Kristianti, Aprina Nugraesty Sulistya Hapsari ... 394
37.
PENGARUH PENEMPATAN PRODUK DAN KESESUAIAN IKLAN PADA MINAT
BELI YANG DIMODERASI SIKAP MEREK DI
ADVERGAMES
(8)
PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU
TERHADAP EKUITAS MEREK ALFAMART
Jehuda Ghrahito Hutomo Krussell dan Eristia Lidia Paramita
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jl. Diponegoro No. 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah
(0298) 311881
Email: [email protected]
Abstract
In past few years, retail business has significantly improved. Therefore, company needs marketing strategy to raise their competitiveness and make a good brand equity. One of these strategy that can be used is Integrated Marketing Communication. This study aimed to examine the influence of integrated marketing communication toward brand equity. This study was a quantitative study. The sample of 150 respondents were taken by using purposive sampling. The data analysis used multiple linear regression. Thie findings showed that dimension of integrated marketing communication consists of Advertising, Sales Promotion, Personal Selling, Public Relation, Direct Marketing, Interactive Marketing, and Corporate Design together influence Alfamart Brand Equity. While partially, only Sales Promotion, Personal Selling, and Corporate Design has significantly influence Alfamart Brand Equity.
Keywords: Integrated Marketing Communication, Brand Equity, Retail Business, Alfamart
1. Pendahuluan
Persaingan bisnis di Indonesia saat ini sudah semakin pesat. Salah satu bisnis yang semakin berkembang di Indonesia adalah dari sektor perdagangan. Pertumbuhan ini tidak lepas dari berkembangnya bisnis ritel yang ada di Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) pada tahun 2015, perkembangan bisnis ritel di tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 12%, dibandingkan pada tahun 2014. Menurut data Indeks Pembangunan Ritel Global (GRDI) yang diunggah At Kearney pada tahun 2015, posisi perkembangan ritel Indonesia berada di peringkat 12 dunia. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dialami oleh Indonesia sejak 2001 lalu (www.radarpena.com).
Terdapat tiga ritel yang ada di Indonesia, ketiga ritel itu adalah Alfamart, Indomaret, dan Seven Eleven (Bachdar, 2015). Dari ketiga ritel tersebut, persaingan yang paling ketat adalah persaingan antara Alfamart dan Indomaret. Kedua ritel tersebut berencana akan terus memperluas ekspansi gerai mereka. Di tahun 2015, Indomaret berencana mencapai pertumbuhan gerai sebesar 20%-25% dari total 10.816 gerai yang sudah mereka miliki. Selain itu, Indomaret juga berencana memfokuskan pertumbuhan tersebut di pulau Jawa. Di lain sisi, Alfamart juga terus berupaya untuk bersaing dengan pesaing utamanya tersebut. Alfamart selama tahun 2015 berencana membuka 1200 gerai baru, dan 50% gerai tersebut mereka fokuskan di luar pulau Jawa (Bachdar, 2015). Untuk meningkatkan daya saing tersebut, dibutuhkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan dan menarik konsumen sebanyak mungkin. Strategi yang populer digunakan dalam rencana pemasaran untuk mengatasi persaingan pasar adalah komunikasi pemasaran terpadu atau Integrated Marketing Communication
(9)
(IMC) (Suwantara dan Taechamaneesatit, 2012). Terdapat alasan yang melatar belakangi mengapa menggunakan komunikasi pemasaran terpadu, yaitu munculnya pemahaman mengenai pentingnya upaya untuk memadukan berbagai fungsi komunikasi yang tersedia, daripada membiarkan berbagai fungsi komunikasi itu bekerja sendiri-sendiri. Dengan mengoordinasikan segala upaya komunikasi pemasaran yang dilakukan masing-masing bagian, maka perusahaan dapat menghindari terjadinya duplikasi pekerjaan (Morissan, 2010). Komunikasi pemasaran yang diintegrasikan ini terdiri dari iklan, promosi penjualan, penjualan personal, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, dan interaktif marketing (Kotler & Keller, 2009). Kemudian untuk pemasaran di sektor jasa terdapat elemen tambahan yaitu corporate design. Konsep komunikasi pemasaran terpadu yang berkembang di tahun 1980an ini didefinisikan oleh Shimp (2010) sebagai sebuah proses komunikasi yang terdiri dari perencanaan, penciptaan, pengintegrasian dan penerapan berbagai bentuk komunikasi pemasaran. Berdasarkan konsep Komunikasi Pemasaran Terpadu, perusahaan akan memadukan dan mengkoordinasikan semua bauran pemasaran untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan juga memiliki pengaruh yang kuat. Hal ini didukung oleh penjelasan Kotler & Keller (2014) bahwa kegiatan komunikasi pemasaran perlu diintegrasikan untuk menghantarkan pesan yang konsisten dan mencapai
positioning yang strategis.
Selama ini Alfamart sudah menerapkan dimensi-dimensi Komunikasi Pemasaran Terpadu terhadap produk-produk mereka. Sebagai contoh seperti melakukan pemasangan iklan di website, pemberian bantuan pembangunan sekolah, product bundling, pemasaran melalui media sosial, dll.Komunikasi pemasaran terpadu ini akan membentuk identitas merek dan citra yang kuat, dimana hal ini akan lebih mendukung pesan yang ingin disampaikan perusahaan melalui merek tertentu. Merek menjadi hal yang penting di dalam persaingan bisnis. Ketika merek sudah tidak asing lagi di pikiran konsumen, maka konsumen tidak akan lama berpikir untuk memutuskan pembelian ulang. Oleh karena itu, sebuah merek harus memiliki kualitas yang baik dan keunikan tersendiri supaya merek tersebut mendapatkan persepsi baik bagi konsumen.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fathoni (2013) menyatakan bahwa variabel dalam komunikasi pemasaran terpadu, yang terdiri dari Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan Personal, Hubungan Masyarakat, Pemasaran Langsung, Pemasaran Interaktif dan Corporate design berpengaruh terhadap ekuitas merek Hotel Pelangi di Malang. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Kartikasari (2014), hasilnya variabel promosi penjualan, penjualan personal, dan hubungan masyarakat secara bersama-sama berpengaruh terhadap ekuitas merek hotel di Semarang. Selain itu, Danibrata (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan Corporate design berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek Bank Pemerintah di Jakarta. Prayitno (2010) juga menyimpulkan bahwa iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran interaktif berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek Bank BUMN di Jakarta, Medan dan Surabaya.
Penelitian terdahulu melakukan penelitian dengan mengambil obyek di sektor jasa, seperti Fathoni (2013) dan Kartikasari (2014) meneliti tentang hotel, sedangkan Danibrata (2011) dan Prayitno (2010) meneliti tentang bank. Kemudian untuk penelitian ini, peneliti ingin melakukan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013) dengan mengganti obyek penelitian menjadi ekuitas merek Alfamart. Hal ini dikarenakan di dalam penelitian Fathoni memiliki variabel komunikasi pemasaran terpadu yang lengkap, dan juga masih minimnya penelitian yang membahas tentang komunikasi pemasaran terpadu terhadap ekuitas merek dalam bisnis ritel.
(10)
Dari penjabaran di atas, masalah penelitian yang dirumuskan adalah pengaruh komunikasi pemasaran terpadu terhadap ekuitas merek Alfamart. Berdasarkan latar belakang yang ada, persoalan penelitiannya adalah apakah dimensi dari komunikasi pemasaran terpadu yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, penjualan personal, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, dan Corporate design berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart? Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dimensi dari komunikasi pemasaran terpadu yang terdiri dari iklan, promosi penjualan, penjualan personal, hubungan masyarakat, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, dan Corporate design yang berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart.
2. Tinjauan Literatur
2.1 Komunikasi Pemasaran Terpadu / Integrated Marketing Communication (IMC)
Komunikasi Pemasaran Terpadu mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai saluran komunikasi perusahaan untuk menghantarkan pesan yang jelas, konsisten, dan menarik tentang organisasi dan produknya (Kotler & Amstrong, 2008). Belch & Belch (2009) menjelaskan bahwa pengertian komunikasi pemasaran terpadu merupakan sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang menyadari nilai tambah dari suatu rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai disiplin komunikasi. Contoh dari hal ini adalah komunikasi umum, tanggapan langsung, promosi penjualan dan hubungan masyarakat serta menggabungkan berbagai hal ini untuk memberikan kejelasan, konsistensi, dan pengaruh komunikasi yang maksimum melalui integrasi menyeluruh dari pesan-pesan yang berlainan. Komunikasi Pemasaran Terpadu juga merupakan sebuah konsep pemasaran yang menerapkan 6 (enam) strategi pemasaran secara bersama, yaitu Iklan
(Advertising), Promosi Penjualan (Sales Promotion), Penjualan Personal (Personal Selling), Hubungan Masyarakat (Public Relations), Pemasaran Langsung (Direct marketing), dan Pemasaran Interaktif (Interactive Marketing). Untuk pemasaran di sektor jasa terdapat elemen tambahan yaitu corporate design.
2.1.1 Iklan (Advertising)
Advertising adalah bentuk pembayaran dari komunikasi nonpersonal tentang sebuah organisasi, produk, pelayanan atau ide melalui sponsor yang teridentifikasi (Belch & Belch, 2009). Secara umum iklan membantu menjelaskan akan suatu produk, sedangkan bagi perusahaan itu sendiri iklan merupakan suatu alat pemasar yang sangat penting bagi perusahaan. Kotler & Keller (2014) menyatakan bahwa iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Banyak perusahaan melakukan advertising untuk membuat customer dari unaware menjadi aware akan suatu produk yang diluncurkan oleh perusahaan tersebut.
Iklan dapat berupa iklan tayangan (tv), iklan di media cetak atau ulasan di media cetak seperti surat kabar dan majalah, kemasan, radio, brosur, poster dan selebaran, stiker, papan iklan, dan internet. Iklan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan suatu produk atau merek kepada masyarakat. Seseorang cenderung membeli sebuah barang ketika merek tersebut tidak asing lagi bagi masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Danibrata (2011) menunjukkan adanya pengaruh iklan terhadap ekuitas merek Bank Pemerintah di Jakarta. Berdasarkan penjabaran diatas, diajukan hipotesa pertama sebagai berikut:
Hipotesa 1 : Iklan berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart
2.1.2 Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Morissan (2010) menjelaskan bahwa promosi penjualan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen (consumer-oriented sales promotion) dan promosi
(11)
penjualan yang berorientasi pada perdagangan (trade-oriented sales promotion). Pada dasarnya sales promotion
dibuat untuk lebih mempercepat respons dari konsumen dengan pemberian nilai tambah kepada suatu barang. Konsep sales promotion seperti ini digunakan untuk memotivasi konsumen agar melakukan pembelian produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk selama jangka waktu terbatas. Hal ini didukung dengan pendapat Peter & Donelly (2009) bahwa sales promotion merupakan sebuah kegiatan atau materi yang menawarkan pelanggan, tenaga penjualan, dan reseller sebuah bujukan langsung untuk membeli produk.
Berbagai perusahaan mencoba melakukan beberapa macam promosi dengan maksud untuk lebih menarik konsumen untuk datang berbelanja. Promosi penjualan adalah berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa. Promosi penjualan dapat berupa sampel, kupon, premi (hadiah) berupa bonus atau potongan harga, penurunan harga, bazaar dan pameran dagang dan pameran demonstrasi (Kotler & Keller, 2009). Dengan adanya promosi, konsumen akan lebih tertarik untuk memutuskan membeli suatu barang dan juga akan mengingat merek yang memberikan promosi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2014) menunjukkan adanya pengaruh promosi penjualan terhadap ekuitas merek Hotel di Semarang. Berdasarkan penjabaran di atas, diajukan hipotesa kedua sebagai berikut:
Hipotesa 2 : Promosi Penjualan berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart
2.1.3 Penjualan Personal (Personal Selling)
Personal selling adalah suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya (Morissan, 2010). Personal seling merupakan komunikasi personal yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk membuat penjualan dan membangun hubungan dengan konsumen (Kotler & Keller, 2014).
Personal selling sendiri merupakan bagian dari direct marketing, hanya saja dalam personal selling, perusahaan dijembatani oleh seorang sales person yang berinteraksi secara tatap muka dengan customer.
Penjualan personal dilakukan oleh perusahaan supaya ada interaksi dua arah yang terjadi antara konsumen dan perusahaan. Dalam hal ini, penjualan personal bisa dilakukan melalui wiraniaga yang memberikan tawaran secara langsung kepada konsumen. Tidak hanya tawaran, tetapi sikap ramah wiraniaga juga akan membuat konsumen merasa lebih terlayani, sehingga hal ini akan melekat di benak konsumen. Penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013) menunjukkan adanya pengaruh penjualan personal terhadap ekuitas merek Hotel Pelangi Malang. Berdasarkan penjabaran di atas, diajukan hipotesa ketiga sebagai berikut:
Hipotesa 3 : Penjualan Personal berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart.
2.1.4 Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Public relation adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut (Cutler, 2006). Ketika suatu organisasi merencanakan dan mendistribusikan informasi secara sistematis dalam upaya untuk mengontrol dan mengelola citra serta publisitas yang diterimanya, maka perusahaan itu sedang menjalankan tugas hubungan masyarakat (Belch & Belch, 2009).
Hubungan masyarakat dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk kepedulian perusahaan akan lingkungan sekitar. Hubungan masyarakat bisa diwujudkan melalui beragam program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individunya. Hubungan masyarakat dan publisitas dapat berupa pidato, seminar, laporan tahunan, donasi amal, publikasi, hubungan komunitas, lobi, dan kegiatan layanan masyarakat (Kotler & Keller, 2009). Dengan berjalannya hubungan masyarakat yang baik akan berdampak pada kelangsungan perusahaan ke depannya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prayitno
(12)
(2010) menunjukkan adanya pengaruh hubungan masyarakat terhadap penciptaan ekuitas merek. Berdasarkan penjabaran di atas, diajukan hipotesa keempat sebagai berikut:
Hipotesa 4 : Hubungan Masyarakat berpengaruh terhadap Ekuitas Merek Alfamart
2.1.5 Pemasaran Langsung (Direct marketing)
Direct marketing merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back end operations. Front-end ini mencakup sebuah penawaran yang diberikan kepada konsumen, misalnya saja dengan menawarkan harga khusus dan juga pemberian garansi. Di bagian front-end juga menawarkan the database,
yaitu mendapatkan dan menggunakan data konsumen untuk penawaran yang selanjutnya, dan juga the response,
yaitu memberikan respon terhadap konsumen melalui layanan customer service bebas pulsa. Kemudian back end merupakan usaha untuk memenuhi ekspektasi konsumen dengan membuat produk atau informasi yang sesuai seperti yang ada di benak konsumen.
Morrisan (2010) menjelaskan pemasaran langsung atau direct marketing adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi penjualan. Dengan kata lain, pemasaran langsung disini tidak hanya mengirim surat (direct mail) dan mengirim katalog perusahaan (mail-order catalogs), tetapi juga mencakup pengelolaan database (database management) dan juga penjualan langsung (direct selling). Direct marketing ini merupakan sistem pemasaran yang menggunakan saluran langsung untuk mencapai konsumen dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen tanpa melalui perantara pemasaran (Suyanto, 2007).
Pemasaran langsung dilakukan oleh perusahaan dengan harapan bisa langsung mendapatkan feedback
dari konsumen. Pemasaran langsung yang saat ini kerap digunakan adalah pemasaran dengan menggunakan penggunaan surat, telepon atau telemarketing, faksimile, katalog, e-mail dan telepon untuk berkomunikasi secara langsung dengan meminta respons atau dialog dari pelanggan dan prospek tertentu (Kotler & Keller, 2009). Dalam bisnis ritel, yang kerap dilakukan adalah dengan menggunakan katalog. Katalog ini akan membantu memberi informasi kepada konsumen akan program-program yang sedang berjalan, ketika wiraniaga belum mampu menyampaikannya dengan maksimal. Berdasarkan penjabaran di atas, diajukan hipotesa kelima sebagai berikut:
Hipotesa 5 : Pemasaran langsung berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart
2.1.6 Pemasaran Interaktif
Pemasaran Interaktif adalah aktivitas online dan program yang didesain untuk meningkatkan kesadaran konsumen, memperbaiki citra, dan membuat penjualan akan suatu barang dan jasa (Kotler & Keller, 2009). Sedangkan menurut Reedy (2000), pemasaran interaktif adalah keseluruhan aktivitas dengan menggunakan media Online yang bertujuan memfasilitasi proses produksi barang dan jasa dari produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Pemasaran interaktif merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjangkau konsumen secara lebih luas. Hampir semua perusahaan memiliki website yang berisi segala hal mengenai perusahaan mereka. Dengan cara seperti ini, konsumen akan lebih leluasa untuk mencari informasi akan suatu merek. Karena di era digital seperti sekarang ini, masyarakat bisa dengan mudah terkoneksi dengan internet dan mencari informasi apapun yang mereka inginkan. Penelitian yang dilakukan Prayitno (2010) menunjukkan adanya pengaruh pemasaran interaktif terhadap penciptaan ekuitas merek. Berdasarkan penjabaran di atas, diajukan hipotesa kelima sebagai berikut:
(13)
Hipotesa 6 : Pemasaran Interaktif berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart 2.1.7 Corporate Design
Corporate design atau rancangan korporat adalah kunci dalam menjamin konsistensi gaya dan pesan yang disampaikan melalui saluran bauran komunikasi perusahaan (Lovelock, 2010). Corporate design
menggambarkan outlet jasa, baik pesan yang direncanakan maupun tidak direncanakan akan menjangkau pelanggan melalui media lingkungan penghantaran jasa. Outlet jasa yang di dalamnya terdapat diantaranya spanduk, poster, papan nama, brosur, layar video, dan audio. Komponen corporate design lainnya adalah termasuk tenaga penjual (wiraniaga) yang dapat melayani pelanggan melalui tatap muka langsung, melalui telepon atau email. Corporate design penting bagi perusahaan yang bergerak dalam pasar kompetitif guna menonjolkan identitas perusahaan supaya dapat dikenali dengan mudah dimanapun.
Kondisi ruangan yang baik akan membuat konsumen merasa nyaman berada di dalamnya. Tidak hanya kondisi ruangan, tetapi juga orang yang bertugas melayani yang berada di dalam ruangan tersebut juga berpengaruh kepada kenyamanan konsumen. Dalam hal ini adalah wiraniaga. Ketika wiraniaga mampu memberikan pelayanan yang baik, hal ini akan melekat di benak konsumen, sehingga di lain waktu konsumen akan mengingat apa yang dialami oleh mereka. Corporate design atau rancangan korporat adalah kunci dalam menjamin konsistensi gaya dan pesan yang disampaikan melalui saluran bauran komunikasi perusahaan (Lovelock, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Danibrata (2011) menunjukkan adanya pengaruh Corporate design terhadap ekuitas merek Bank Pemerintah di Jakarta. Berdasarkan penjabaran diatas, diajukan hipotesa ketujuh sebagai berikut:
Hipotesa 7 : Corporate Design berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart
2.2 Ekuitas Merek
Ekuitas merek merupakan efek diferensial dimana nama dari sebuah merek berada dalam pikiran konsumen akan sebuah produk dan pemasaran tertentu (Kotler & Keller, 2014). Merek memungkinkan bagi perusahaan untuk berkompetisi dalam pasar produk dan jasa serta menunjukkan proposisi nilai dari strategi bisnis. Dengan kata lain, sangat penting untuk mengembangkan, menyaring, dan mendongkrak aset merek.
(14)
2.3 Model Penelitian
Iklan (X1)
Promosi Penjualan (X2)
Penjualan Personal (X3)
Hubungan Masyarakat (X4)
Pemasaran Langsung (X5)
Pemasaran Interaktif (X6)
Corporate
Design (X7)
IMC
Ekuitas Merek (Y)
H2 H1
H3
H4
H5
H6
H7
Sumber : Fathoni (2013)
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Salatiga. Teknik pengumpulan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria responden yang sudah pernah berbelanja di Alfamart Salatiga. Sebagai sampel dari penelitian ini adalah 150 orang responden konsumen Alfamart Salatiga. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Karakteristik Responden
Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik responden yang sudah diklasifikasikan oleh peneliti menjadi beberapa bagian, seperti Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Penghasilan yang diterima responden setiap bulan, Frekuensi responden berkunjung ke Alfamart setiap Minggu, dan alasan responden berbelanja di Alfamart.
(15)
Tabel 1. Karakteristik Responden
No Kategori Sub Kategori Frekuensi Prosentase
1 Usia 16-18 tahun 72 48.00%
19-21 tahun 47 31.30%
22-24 tahun 12 8.00%
25-27 tahun 19 12.70%
2 Jenis Kelamin Laki-laki 68 45.30%
Perempuan 82 54.70%
3 Pekerjaan Pelajar 6 4.00%
Mahasiswa 116 77.30%
Pegawai Swasta 28 18.70%
4 Penghasilan Per Bulan < Rp 1.000.000,00 64 42.70% Rp 1.000.000,00 - Rp 2.000.000,00 58 38.70% Rp 2.000.000,00 - Rp 3.000.000,00 14 9.30% > Rp 3.000.000,00 14 9.30% 5 Frekuensi Belanja Per Minggu 1 kali 25 16.70%
2 kali 33 22.00%
3 kali 67 44.70%
4 kali 25 16.70%
6 Alasan Harga Lebih Murah 22 14.70%
Nama Sudah Terkenal 37 24.70%
Gerai Mudah Dijangkau 63 42.00%
Fasilitas Memadai 28 18.70%
Sumber : data primer yang diolah (2016)
Berdasarkan data di atas, responden yang berusia 16-18 tahun berjumlah paling banyak dengan prosentase 48%, kemudian responden berusia 19-21 tahun sebesar 31.3%, sehingga responden berusia 16-21 tahun memiliki jumlah sebesar 70%. Hal ini dikarenakan ketika peneliti membagikan kuesioner, responden pada interval inilah yang lebih sering dijumpai oleh peneliti. Berdasarkan jenis kelamin, lebih didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 54.7%. Kemudian dari kategori pekerjaan, mayoritas responden berstatus sebagai mahasiswa, yaitu sebesar 77.3%. Hal ini dikarenakan peneliti juga masih berstatus mahasiswa sehingga peneliti lebih memiliki banyak relasi dengan mahasiswa dibanding dengan kategori pekerjaan yang lainnya.
Penghasilan per bulan yang paling banyak yaitu di kategori < Rp 1.000.000,00 sebesar 42.7%, dikarenakan mayoritas responden adalah mahasiswa. Kemudian frekuensi berbelanja di gerai Alfamart per Minggu paling besar dilakukan oleh responden yang berbelanja sebanyak 3 kali per Minggu, yaitu sebesar 44.7%. Dari kategori alasan berbelanja, mayoritas responden memilih berbelanja di Alfamart karena lokasi gerai yang mudah dijangkau, yaitu sebesar 42% responden memilih berbelanja di Alfamart dengan alasan ini.
4.2 Uji Asumsi Klasik
Dari hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov Smirnov, didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.380. Nilai ini lebih besar dari signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5% atau 0.05, sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Kemudian peneliti melakukan uji multikolinearitas, dimana uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar variabel bebas. Dari hasil uji multikolinearitas didapatkan hasil Tolerance > 0.10 dan VIF < 10.00, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
(16)
tidak terjadi multikolinearitas. Selanjutnya dilakukan uji heterokedastisitas untuk melihat terjadinya ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Uji heterokedastisitas ini dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Hasil dari grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar secara tidak beraturan, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil dari ketiga uji diatas membuktikan bahwa data penelitian ini sudah lolos uji asumsi klasik.
Gambar 1. Scatterplot Uji Hetereskedastisitas Sumber: Data Primer Yang Diolah (2016)
4.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Setelah data terbukti lolos uji asumsi klasik, peneliti akan melanjutkan dengan uji regresi linier berganda. Model analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dimensi Komunikasi Pemasaran Terpadu (X) yang terdiri dari Iklan (X1), Promosi Penjualan (X2), Penjualan Personal (X3), Hubungan Masyarakat (X4), Pemasaran Langsung (X5), Pemasaran Interaktif (X6), dan Corporate design (X7) dengan Ekuitas Merek Alfamart (Y).
Tabel 2. Koefisien Regresi Berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .687a .472 .446 1.382 2.046
a. Predictors: (Constant), x7, x5, x3, x4, x2, x6, x1 b. Dependent Variable: y
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 242.385 7 34.626 18.120 .000b Residual 271.358 142 1.911
Total 513.743 149 a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x7, x5, x3, x4, x2, x6, x1 Sumber : Data primer diolah (2016)
(17)
Y = 1.590 + 0.095X1 + 0.235X2 + 0.125X3 + 0.066X4 – 0.051X5 + 0.065X6 + 0.297X7
Y : Ekuitas Merek Alfamart X1 : Iklan
X2 : Promosi Penjualan X3 : Penjualan Personal X4 : Hubungan Masyarakat X5 : Pemasaran Langsung X6 : Pemasaran Interaktif X7 : Corporate design
Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 1.590. Artinya jika Iklan, Promosi Penjualan, Penjualan Personal, Hubungan Masyarakat, Pemasaran Langsung, Pemasaran Interaktif, Corporate design tetap atau tidak mengalami penambahan atau pengurangan, maka nilai Ekuitas Merek Alfamart akan sebesar nilai konstanta, yaitu 1.590.
2. Nilai Koefisien Iklan untuk dimensi X1 sebesar 0.095. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Iklan dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Iklan mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
3. Nilai Koefisien Promosi Penjualan untuk dimensi X2 sebesar 0.235. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Promosi Penjualan dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Promosi Penjualan mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
4. Nilai Koefisien Penjualan Personal untuk dimensi X3 sebesar 0.125. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Penjualan Personal dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Penjualan Personal mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
5. Nilai Koefisien Hubungan Masyarakat untuk dimensi X4 sebesar 0.066. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Hubungan Masyarakat dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Hubungan Masyarakat mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
6. Nilai Koefisien Pemasaran Langsung untuk dimensi X5 sebesar -0.051. Koefisien bernilai negatif, artinya terjadi hubungan negatif antara Pemasaran Langsung dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Pemasaran Langsung mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan turun.
7. Nilai Koefisien Pemasaran Interaktif untuk dimensi X6 sebesar 0.065. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Pemasaran Interaktif dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Pemasaran Interaktif mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
8. Nilai Koefisien Corporate design untuk dimensi X7 sebesar 0.297. Koefisien bernilai positif, artinya terjadi hubungan positif antara Corporate design dan Ekuitas Merek Alfamart (Y). Jika Corporate design
mengalami kenaikan, maka variabel Ekuitas Merek Alfamart (Y) akan ikut naik.
Kemudian untuk mengetahui apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t dan uji F. Hasil pengujian hipotesis dijelaskan sebagai berikut:
(18)
Uji t
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dan untuk mengetahui variabel manakah yang memiliki pengaruh dominan, maka digunakan uji t. Apabila signifikansinya lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), maka variabel tersebut memiliki pengaruh signifikan secara parsial. Secara parsial penjelasannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 1.590 1.068 1.489 .139
x1 .095 .060 .123 1.579 .117
x2 .235 .075 .232 3.132 .002
x3 .125 .058 .147 2.172 .032
x4 .066 .075 .063 .880 .380
x5 -.051 .063 -.057 -.804 .423
x6 .065 .046 .109 1.393 .166
x7 .297 .056 .361 5.293 .000
a. Dependent Variable: y
Sumber : Data primer diolah (2016)
1. Pengaruh Iklan (X1) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Iklan (X1) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.095 dengan signifikansi 0.117 (p>0,05), menunjukkan bahwa dimensi Iklan (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
2. Pengaruh Promosi Penjualan (X2) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Promosi Penjualan (X2) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.235 dengan signifikansi 0.002 (p<0,05), menunjukkan bahwa dimensi Promosi Penjualan (X2) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
3. Pengaruh Penjualan Personal (X3) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Penjualan Personal (X3) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.125 dengan signifikansi 0.032 (p<0,05), menunjukkan bahwa dimensi Penjualan Personal (X3) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
4. Pengaruh Hubungan Masyarakat (X4) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Hubungan Masyarakat (X4) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.066 dengan
(19)
signifikansi 0.380 (p>0,05), menunjukkan bahwa dimensi Hubungan Masyarakat (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
5. Pengaruh Pemasaran Langsung (X5) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Pemasaran Langsung (X5) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar -0.051 dengan signifikansi 0.423 (p>0,05), menunjukkan bahwa dimensi Pemasaran Langsung (X5) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
6. Pengaruh Pemasaran Interaktif (X6) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Pemasaran Interaktif (X6) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.065 dengan signifikansi 0.166 (p>0,05), menunjukkan bahwa dimensi Pemasaran Interaktif (X6) tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
7. Pengaruh Corporate design (X7) Terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y)
Hasil dari analisis regresi secara parsial yang dilakukan, besarnya pengaruh Corporate design (X7) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari koefisien regresi b yaitu sebesar 0.297 dengan signifikansi 0.000 (p<0,05), menunjukkan bahwa dimensi Corporate design (X7) berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y).
Uji F
Analisis regresi berganda dengan menggunakan uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka model regresi signifikan. Hasil dan penjelasan uji F dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Uji F
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .687a .472 .446 1.382 2.046
a. Predictors: (Constant), x7, x5, x3, x4, x2, x6, x1 b. Dependent Variable: y
ANOVAa
Model Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 242.385 7 34.626 18.120 .000b Residual 271.358 142 1.911
Total 513.743 149 a. Dependent Variable: y
b. Predictors: (Constant), x7, x5, x3, x4, x2, x6, x1 Sumber : Data primer diolah (2016)
Berdasarkan Tabel 4, diketahui nilai hitung F sebesar 18.120, dan F tabel sebesar 2.075 dengan signifikansi sebesar 0.000. Karena F hitung > F tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa dimensi Komunikasi Pemasaran Terpadu (X) yang terdiri dari Iklan (X1), Promosi
(20)
Penjualan (X2), Penjualan Personal (X3), Hubungan Masyarakat (X4), Pemasaran Langsung (X5), Pemasaran Interaktif (X6), dan Corporate design (X7) berpengaruh bersama-sama terhadap variabel terikat yaitu Ekuitas Merek Alfamart (Y). Besarnya kontribusi dimensi Komunikasi Pemasaran Terpadu (X) terhadap Ekuitas Merek Alfamart (Y) dapat dilihat dari nilai adjusted R Square sebesar 0.446 atau sebesar 44.6%, sedangkan 53.4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Iklan Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Hal ini bisa disebabkan karena iklan yang dibuat oleh Alfamart di dalam gerai ataupun luar gerai, belum mampu dipahami oleh konsumen, sehingga iklan ini tidak mampu menarik minat untuk berbelanja di Alfamart. Menurut Fill (2009) konsumen memerlukan keterlibatan aktif dengan media iklan yang dilakukan oleh perusahaan. Keterlibatan aktif ini mampu berjalan dengan baik ketika Alfamart juga secara rutin mengeluarkan iklan-iklan mengenai produk yang dijual. Indikator “Alfamart membuat iklan secara rutin” memperoleh scoring
rata-rata sebesar 3.10. Artinya konsumen menilai bahwa Alfamart tidak rutin mengeluarkan iklan, sehingga keterlibatan aktif dengan konsumen tidak berjalan. Scoring rata-rata sebesar 2.78 didapatkan oleh indikator “Iklan Alfamart membuat saya tertarik untuk berbelanja”. Hal ini membuktikan bahwa Iklan yang selama ini sudah dibuat oleh Alfamart hanya dipandang biasa saja oleh konsumen, sehingga iklan tersebut belum bisa dikatakan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen untuk berbelanja di Alfamart.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden menyatakan
“Kalau aku malah gak tau iklannya Alfamart yang kaya gimana, tapi aku tau kalau Alfamart itu jualan barang yang aku butuhin sehari-hari. Jadi kalau aku belanja ya tinggal belanja aja, gak perlu liat iklannya dulu” (wawancara, 13/02/2016).
Dari hasil wawancara tersebut terlihat bahwa konsumen berbelanja di Alfamart karena barang yang dicari konsumen memang dijual di Alfamart. Sehingga di sini iklan tidak terlalu berpengaruh kepada konsumen tersebut. Hal ini menguatkan teori Habitual Buying yang diungkapkan (Kotler & Keller, 2009) bahwa konsumen membeli suatu produk berdasarkan kebiasaan, bukan berdasarkan kesetiaan terhadap merek.
Kemudian sebesar 42% konsumen memilih berbelanja di Alfamart dengan alasan gerai mudah dijangkau. Dari hasil tersebut, bisa dilihat bahwa sebagian besar konsumen memilih berbelanja di Alfamart tidak terpatok pada iklan yang dibuat oleh Alfamart, tetapi karena letak gerai yang memudahkan konsumen, sehingga mereka memutuskan untuk berbelanja di Alfamart. Hasil ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fathoni (2013) yang menyebutkan bahwa Iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap Ekuitas Merek. Tetapi hasil ini bertolak belakang dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prayitno (2010) dan Danibrata (2011), dimana di dalam penelitian yang mereka lakukan, variabel iklan berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Perbedaan ini bisa terjadi dikarenakan obyek penelitian atau iklan yang berbeda.
4.3.2 Promosi Penjualan Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Menurut Peter & Donelly (2009) sales promotion merupakan sebuah kegiatan atau materi yang menawarkan pelanggan, tenaga penjualan, dan reseller sebuah bujukan langsung untuk membeli produk. Salah satu usaha bujukan langsung yang dilakukan Alfamart untuk promosi penjualan adalah dengan menjual beberapa produk menjadi satu paket penjualan, atau biasa disebut dengan product bundling. Hal ini terbukti efektif untuk menarik minat konsumen. Terbukti dengan indikator “Saya tertarik dengan Product Bundling yang diberikan Alfamart” memperoleh rata-rata scoring sebesar 3.16. Tidak hanya dengan Product bundling,
(21)
Alfamart juga menetapkan diskon pada beberapa produknya. Dan keputusan diskon ini berhasil membuat konsumen tertarik untuk berbelanja di Alfamart daripada di toko/gerai lain. Scoring rata-rata sebesar 3.41 untuk indikator “Diskon Alfamart bisa bersaing dengan toko/gerai lain” membuktikan bahwa konsumen tertarik dengan diskon yang selama ini diberlakukan oleh Alfamart.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu responden, menghasilkan pernyataan sebagai berikut
“aku ga begitu perhatian sama diskonnya, cuma menurutku ya ga jauh beda ya diskon Alfamart sama Indomaret. Ya mirip-miriplah” (wawancara, 13/02/2016)
Dari wawancara tersebut bisa disimpulkan bahwa diskon yang ada di Alfamart bisa bersaing dengan pesaingnya.
Kemudian Sebesar 42.7% konsumen Alfamart dalam penelitian ini memiliki penghasilan per bulan di bawah Rp 1.000.000,00. Jadi dengan adanya product bundling dan diskon ini sesuai dengan harapan konsumen dan terbukti mampu membuat konsumen lebih tertarik untuk melakukan pembelian dengan lebih cepat dan memicu terjadinya pembelian ulang. Hasil ini didukung oleh 4 penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Prayitno (2010), Danibrata (2011), Fathoni (2013), dan Kartikasari (2014). Keempat penelitian tersebut sama-sama menyatakan bahwa variabel promosi penjualan berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek.
4.3.3 Penjualan Personal Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Personal selling adalah suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya (Morissan, 2010). Penjualan Personal Alfamart ini memang sering dilakukan oleh wiraniaga atau tenaga penjual di setiap gerai Alfamart. Tidak jarang para wiraniaga ini memberikan sapaan-sapaan kepada setiap konsumen yang memasuki gerai Alfamart. Indikator “Wiraniaga Alfamart menyapa saya saat masuk dan keluar dari toko/gerai Alfamart” mendapat scoring rata-rata sebesar 3.93 dan membuktikan bahwa wiraniaga Alfamart memberikan sapaan-sapaan kepada setiap konsumen yang masuk ke gerai Alfamart. Kemudian indikator “Wiraniaga Alfamart bersikap ramah kepada saya” memperoleh scoring rata-rata sebesar 3.94. Sapaan-sapaan dan sikap ramah wiraniaga inilah yang membuat konsumen merasa lebih diterima dan dilayani ketika berbelanja di Alfamart.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013), dimana penelitian tersebut menyebutkan bahwa variabel penjualan personal berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Tetapi hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartikasari (2014) yang menyebutkan bahwa penjualan personal tidak berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Perbedaan ini bisa disebabkan karena berbedanya penjualan personal yang dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
4.3.4 Hubungan Masyarakat Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut (Cutler, 2006). Di dalam website resmi Alfamart sudah tercantum program kemasyarakatan yang bernama Alfamart for All, dimana program ini melibatkan masyarakat di sekitar gerai. Program ini mencakup berbagai aktivitas kegiatan sosial dalam kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) terpadu “Alfamart Sahabat Indonesia” dengan 6 jenis kegiatan, yaitu Alfamart Care, Alfamart Smart, Alfamart Vaganza, Alfamart
Sport, Alfamart SMEs, Alfamart Clean & Green. Hanya saja program-program tersebut tidak terlalu digencarkan di Alfamart Kota Salatiga, sehingga konsumen di Salatiga belum begitu mengetahui program
(22)
Alfamart for All ini. Hal ini dibuktikan dengan indikator “Alfamart sering melaksanakan tanggung jawab sosialnya” hanya memperoleh rata-rata scoring sebesar 3.19.
Hasil wawancara dengan salah satu responden menyatakan sebagai berikut
“Aku malah gak pernah tau dan gak pernah lihat Alfamart ngadain acara sosial, cuma aku tau kalau kembalian dari Alfamart dalam receh sering diminta untuk didonasikan. Tapi aku juga gak tau hasil donasi jadi kegiatan kaya apa” (wawancara, 13/02/2016).
Dari wawancara tersebut bisa disimpulkan bahwa responden tidak begitu mengetahui seperti apa wujud nyata dari hubungan masyarakat yang dilakukan Alfamart, hanya saja responden mengetahui bahwa Alfamart mengadakan hubungan masyarakat melalui donasi.
Kemudian untuk penilaian konsumen pada indikator “Tanggung jawab sosial yang dilakukan Alfamart pada masyarakat sekitar sudah baik” rata-rata scoring yang didapat yaitu sebesar 3.31. Artinya konsumen masih berpikir bahwa tanggung jawab sosial yang dilakukan Alfamart belum begitu maksimal. Dari 150 responden, 116 responden merupakan mahasiswa, sehingga mereka tidak begitu memperhatikan apakah tempat mereka berbelanja melakukan program kemasyarakatan dengan efektif atau tidak.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Fathoni (2013) dan Kartikasari (2014) yang menyatakan bahwa variabel hubungan masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Tetapi hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2010) dan Danibrata (2011) yang menyatakan variabel hubungan masyarakat berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Perbedaan ini disebabkan karena antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lain berbeda implementasi hubungan masyarakat yang dilakukan.
4.3.5 Pemasaran Langsung Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Menurut Morrisan (2010) pemasaran langsung atau direct marketing adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi penjualan. Tujuannya yaitu untuk menawarkan produk dan untuk membangun hubungan dengan pelanggan. Alfamart melakukan pemasaran langsung melalui sosial media dan juga katalog belanja. Indikator “Alfamart secara rutin mengeluarkan katalog belanja” mendapat scoring rata-rata sebesar 3.39, sedangkan indikator “Alfamart secara rutin membagikan katalog belanja (ke setiap rumah, di toko/gerai Alfamart, dll)” mendapat scoring rata-rata sebesar 2.86. Artinya konsumen menilai Alfamart sudah cukup rutin untuk mengeluarkan katalog belanja, tetapi tidak rutin dalam membagikan katalog belanjanya, sehingga penyaluran informasi mengenai produk dalam katalog belanja masih belum efektif.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden, menghasilkan pernyataan sebagai berikut
“Aku tau sih Alfamart punya katalog belanja, tapi ya memang jarang dibagiin sama mbaknya (Wiraniaga), palingan ditaruh di deket kasir. Tapi kalau minta ya nanti dikasih. Aku pernah dapet katalog malah dari Indomaret, bukan dari Alfamart” (wawancara, 13/02/2016).
Dari hasil tersebut bisa dikatakan bahwa Alfamart jarang membagikan katalog belanjanya ke luar gerai, tetapi hanya meletakkan katalog belanjanya di sekitar kasir. Baru ketika konsumen meminta, wiraniaga akan memberikan katalog belanja tersebut.
Untuk sosial media, Alfamart memiliki akun Facebook dalam bentuk Page (Alfamart), Twitter
(23)
oleh responden dalam rentang umur 16-21 tahun, dimana dalam rentang umur ini, responden sangat fasih dalam menggunakan sosial media. Tetapi hal ini belum cukup mampu memaksimalkan Ekuitas Merek Alfamart.
Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden, menghasilkan pernyataan sebagai berikut
“Aku pernah iseng coba-coba follow Line Officialnya Alfamart, awalnya pengen tau promo waktu lebaran dulu, tapi lama-kelamaan kok ngerasa keganggu juga sama chat Linenya. Tiap hari pasti ada chat dari Alfamart, apalagi Linenya ga bisa di delete, cuma bisa di blok, tapi kan blok pun masih masuk itu chatnya”
(wawancara, 13/02/2016)
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa pemasaran langsung yang dilakukan Alfamart hanya menarik minat konsumen pada waktu-waktu tertentu(lebaran, akhir tahun, dll), tetapi selama pada hari-hari biasa, tiap chat yang masuk malah dirasa mengganggu bagi konsumen.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013) yang menyatakan variabel pemasaran langsung berpengaruh negatif terhadap ekuitas merek. Pengaruh negatif ini bisa sama-sama terjadi dalam penelitian yang berbeda, karena efek pemasaran langsung ini sama-sama membuat konsumen merasa tidak nyaman.
4.3.6 Pemasaran Interaktif Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Pemasaran interaktif yang dilakukan Alfamart yaitu melalui website resmi mereka di www.alfamartku.com. Adanya website tersebut bertujuan untuk membantu konsumen yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang produk dan promosi apa saja yang ada di gerai Alfamart, karena konsumen sekarang memerlukan keterlibatan aktif dengan media yang berisikan informasi produk dari perusahaan (Fill, 2009). Tetapi dalam penelitian ini, dimensi pemasaran interaktif tidak berpengaruh terhadap ekuitas merek Alfamart. Hal ini terlihat dari indikator “Saya sering mencari informasi mengenai promosi di website
www.alfamartku.com” yang hanya mendapatkan rata-rata scoring 1.97.
Menurut wawancara dengan salah satu responden menghasilkan pernyataan sebagai berikut
“Selama ini kalau aku belanja di Alfamart ya tinggal belanja aja, ga perlu liat websitenya dulu. Kelamaan juga sih ya kalau harus liat websitenya dulu. Nama websitenya apa aja aku gak tau” (wawancara, 13/02/2016).
Dari hasil wawancara tersebut, terlihat bahwa konsumen tidak memperhatikan website Alfamart saat hendak berbelanja. Konsumen berpikir bahwa barang-barang yang dijual di Alfamart adalah barang-barang kebutuhan umum, sehingga ketika ingin berbelanja, konsumen tidak perlu memastikan ke websitenya dahulu apakah barang yang dicari ada di Alfamart.
Kemudian indikator “Informasi produk Alfamart melalui website sudah jelas” memperoleh rata-rata
scoring sebesar 2.93 dan indikator “Informasi promosi Alfamart melalui website sudah jelas” memperoleh rata-rata scoring sebesar 3.03. Jadi dapat disimpulkan bahwa konsumen tidak terlalu memperhatikan dan belum cukup terbantu dengan adanya website Alfamart ini. 77.3% responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa, dimana mereka lebih tertarik untuk berbelanja dan langsung merasakan manfaatnya saja, daripada mengeluarkan waktu lebih banyak untuk mengakses website resminya terlebih dahulu hanya untuk melihat harga dan detail produk yang ada.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2010) dan Fathoni (2013) yang menyebutkan bahwa pemasaran interaktif berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek. Hal ini bisa disebabkan karena perbedaan obyek penelitian dan konten dalam pemasaran interaktif tersebut.
(24)
4.3.7 Corporate Design Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
Corporate design atau rancangan korporat adalah kunci dalam menjamin konsistensi gaya dan pesan yang disampaikan melalui saluran bauran komunikasi perusahaan (Lovelock, 2010). Komponen corporate design termasuk tenaga penjual (wiraniaga) yang dapat melayani pelanggan melalui tatap muka langsung, melalui telepon atau email. Terdapat 2 indikator yang terlihat menonjol dalam dimensi Corporate design ini, yaitu indikator “Karyawan Alfamart memberikan pelayanan dengan baik” yang mendapatkan scoring rata-rata sebesar 3.67 dan indikator “Karyawan Alfamart mampu berkomunikasi dengan baik” mendapatkan scoring rata-rata 3.73. Dari hasil 2 indikator tersebut bisa terlihat bahwa karyawan Alfamart bisa memberikan pelayanan yang maksimal kepada konsumen dan membuat variabel Corporate design menjadi variabel yang paling dominan di dalam penelitian ini. Komponen lain dari Corporate design adalah desain interior yang salah satunya meliputi tata letak rak di dalam gerai. Indikator “Saya tertarik dengan desain interior gerai Alfamart (pencahayaan, tata letak rak, dll)” mendapatkan scoring rata-rata sebesar 3.49. Tata letak rak yang mampu membantu konsumen dalam menemukan barang yang dicari merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh gerai Alfamart ini. Sebagian responden berbelanja di Alfamart sebanyak 2-3 kali dalam seminggu, sehingga penataan rak yang baik akan memudahkan konsumen dalam menemukan barang yang mereka cari.
Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013) yang menyebutkan bahwa
corporate design berpengaruh dominan terhadap ekuitas merek. Hasil penelitian Danibrata (2011) juga menyebutkan bahwa corporate design berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek, hanya saja hasilnya tidak dominan.
5. Kesimpulan
Penelitian ini memiliki tujuh dimensi, dimana ada tiga dimensi yang berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek Alfamart dan empat dimensi yang tidak berpengaruh signifikan terhadap ekuitas merek Alfamart. Dimensi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Iklan Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart 2. Promosi Penjualan Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart 3. Penjualan Personal Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
4. Hubungan Masyarakat Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart 5. Pemasaran Langsung Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart 6. Pemasaran Interaktif Tidak Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart 7. Corporate Design Berpengaruh Terhadap Ekuitas Merek Alfamart
5.1 Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis berisi tentang kontribusi yang diperoleh dari penelitian terhadap teori yang ada. Implikasi yang diharapkan pada peneliitan ini adalah sebagai berikut:
Dimensi Corporate design menjadi dimensi yang paling dominan dalam penelitian ini dengan nilai koefisien regresi b 0.297. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Fathoni (2013), dimana dalam penelitian tersebut Corporate design merupakan variabel yang berpengaruh secara dominan.
Penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013). Hanya saja, di dalam penelitian ini dimensi yang berpengaruh terhadap ekuitas merek adalah dimensi promosi penjualan, penjualan personal, dan Corporate design. Sedangkan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Fathoni (2013),
(25)
variabel yang berpengaruh terhadap ekuitas merek adalah promosi penjualan, penjualan personal,
Corporate design, dan pemasaran interaktif.
5.2 Implikasi Terapan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka implikasi terapan yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Alfamart perlu meningkatkan lagi mengenai iklan yang dibuat, karena selama ini iklan Alfamart belum begitu menarik perhatian bagi konsumen dan juga indikator “iklan Alfamart membuat saya tertarik untuk berbelanja” memperoleh skor rata-rata paling rendah. Alfamart harus mengevaluasi pemasangan iklan di website public, karena pembaca merasa terganggu dengan hal tersebut.
Alfamart sudah memiliki beberapa event CSR yang sudah dibuat, tetapi event-event tersebut belum merata di tiap gerai yang mereka miliki. Sehingga akan lebih baik jika di setiap gerai juga melakukan program-program CSR secara kecil-kecilan, atau bisa dilakukan di setiap kota dimana terdapat gerai Alfamart.
Alfamart perlu lebih gencar lagi membagikan katalog belanja yang mereka punya, sehingga informasi mengenai Alfamart bisa lebih tersebar tidak hanya di dalam gerai. Hal ini terlihat pada indikator “Alfamart secara rutin membagikan katalog belanja” memperoleh skor rata-rata yang paling rendah.
Alfamart perlu lebih mengiklankan website yang mereka miliki kepada konsumen, sehingga konsumen bisa lebih lagi memanfaatkan website Alfamart. Hal ini terlihat pada indikator “saya sering mencari informasi mengenai promosi di website” yang memperoleh nilai rata-rata paling rendah.
Daftar Pustaka
Belch, George E., Belch, Michael A. (2009). Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perpective. 8th Edition. New York : McGraw-Hill.
Belch, George E., Belch, Michael A. (2009). Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perpective. 8th Edition. New York : McGraw-Hill
Cutlip-Center-Broom. (2006). Effective public Relations, edisi kesembilan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Danibrata, Aulia. (2011). Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap Brand Equity Pada Sebuah Bank Pemerintah di Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 13, No 1. Jakarta: STIE Trisakti
Durianto, Darmadi. Sugiarto & Tony Simanjuntak. (2004). Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Fathoni, Fathir, dkk. (2013). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terpadu Terhadap Ekuitas Merek. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 4, No 2. Malang: Universitas Brawijaya.
Fill, Chris. (2009). Marketing Communication : Interactivity, Communities, and Content 5th ed. New Jersey: Prentice Hall
Hair et al. (2010). Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice Hall
http://ekbis.sindonews.com/read/1007773/34/pertumbuhanritel-indonesia-peringkat-12-dunia-1433163799. Diunduh tanggal 25 Juni 2015.
http://radarpena.com/read/2015/03/31/17425/18/1/%20Aprindo-Perkirakan-Pertumbuhan-Industri-Retail-12. Diunduh tanggal 9 Juli 2015.
(26)
http://marketeers.com/article/siapa-penguasa-ritel-di-indonesia.html. Diunduh tanggal 12 Februari 2016. Kartikasari, N.P. (2014). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terpadu Terhadap Ekuitas Merek. Jurnal Interaksi
Vol. 3, No 2. Semarang: Universitas Diponegoro.
Kotler P. dan G. Amstrong. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Erlangga Kotler dan Keller, (2009).Marketing Management Edisi 13, Global Edition.Pearson Prentice Hall. Kotler dan Keller, (2014).Marketing Management Edisi 15, Global Edition.Pearson Prentice Hall.
Lovelock, Christopher, dkk. (2010). Pemasaran Jasa, Manusia, Teknologi, Strategi. Jakarta: Penerbit Erlangga Morissan. (2010). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi 1. Jakarta. Kencana Prenadamedia
Group.
Peter, J.Paul, James H.Donnelly, Jr. (2011). A Preface To Marketing Management. Twelfth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Prayitno, Sunarto. (2010). Analisis Dampak Implementasi Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu dalam Penciptaan Ekuitas Merek. Journal of Strategic Communication Vol. 1, No 1. Jakarta: Universitas Pancasila
Reedy, Joel, Shauna Schullo, Kenneth Zimmerman. (2000). Electronic Marketing-Integrating Electronic Resourdes into the Marketing Process. Orlando: The Dryden Press
Shimp, T.A. (2010), Advertising, promotion , & other aspects of Integrated Marketing Communication, 8th Edition, South-Western, CengageLearning.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. (2008). Metode Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.
Sumarwan, Ujang, dkk. (2011). Riset Pemasaran dan Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.
Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia
Suwantara N, Taechamaneesatit T. (2012). The Forms of Integrated Marketing Communication that Effect the Brand Equity Perception in Direct Sale System Comparing Thai and Foreign Cosmetics Brand.
International Proceedings of Economics Development & Research.
Suyanto. (2007). Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Andi, Yogyakarta. www.bps.go.id. Diunduh tanggal 5 Februari 2016
(1)
pembentukan sikap ke arah yang lebih positif. Pada lingkup advergames, Qolbi, dkk., (2014) menemukan bahwa kesesuaian iklan berpengaruh positif terhadap sikap konsumen, khususnya pada sikap konatif konsumen. Sikap konatif konsumen didasarkan pada munculnya minat beli, (Xiong, dkk, 2015) mengukapkan bahwa sebelum melakukan pembelian sebuah merek atau produk, konsumen membangun sikap positif terlebih dahulu terhadap merek atau produk tersebut. Sikap positif konsumen itu dipengaruhi oleh adanya kesesuaian iklan dari merek atau produk dengan game yang dimainkan. Setelah terbentuk sikap positif konsumen terhadap merek atau produk maka selanjutnya konsumen akan mengevaluasi merek atau produk tersebut secara positif berdasarkan kesesuaian iklan dengan konteks game (Peters dan Leshner, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Pujadi (2010) mencatat terdapat pengaruh sikap terhadap merek terhadap minat beli konsumen.
Berdasarkan hal tersebut peneliti menduga terdapat pengaruh dari kesesuaian iklan terhadap minat beli yang dimoderasi oleh sikap konsumen terhadap merek di advergames, sehingga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu :
H2 :
Sikap terhadap merek di
advergames
memoderasi pengaruh kesesuaian iklan terhadap
minat beli.
2.7 Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis dan hubungan antar variabel yang telah diuraikan di atas dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut:
H1
H2
Gambar 1 : Model Penelitian
Sumber: Konsep yang dikembangkan dalam penelitian
3.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu mempertimbangkan responden yang berusia 17-24, dan yang pernah bermain game PES 2016 pada mobile games. Dari 110 kuesioner yang telah disebar sebanyak 103 kuesioner yang kembali dan 100 kuesioner yang dapat diolah, 3 kuesioner tidak dapat diolah karena tidak layak, terutama informasi yang diberikan responden tidak lengkap, sehingga hanya 100 data yang dianalisis. Pada penelitian ini teknik analisis yang dipakai adalah regresi interaksi dengan salah satu variabel sebagai variabel moderasi.
Penempatan Produk
Dimensi Visual/Screen
Placement
Dimensi Plot
Minat Beli
Kesesuaian Iklan
Dimensi Estetika
Dimensi Konteks
Dimensi Relevansi
Dimensi Ekspetasi
Sikap Konsumen terhadap
merek di
Advergames
Dimensi Entertaiment
Dimensi Irritation
(2)
3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Total sebanyak 100 responden, dengan nilai r tabel adalah 0,195 dan alfa 5%. Dari hasil olah data menunjukan bahwa pada setiap butir pertanyaan dari variabel penempatan produk, kesesuaian iklan, sikap konsumen terhadap merek di advergames dan minat beli valid, karena memiliki nilai > 0,195 (r tabel) (Lampiran 2). Dari uji reliabilitas, keempat variabel mempunyai nilai Cronbach's Alpha> 0,6. Variabel penempatan produk Adidas mempunyai nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,653. Variabel kesesuaian iklan Adidas mempunyai Cronbach's Alpha sebesar 0,834. Variabel sikap konsumen terhadap merek Adidas mempunyai Cronbach's Alpha sebesar 0,649 Variabel minat beli Adidas mempunyai Cronbach's Alpha sebesar 0,901. Variabel penempatan produk Nissan mempunyai nilai Cronbach's Alpha sebesar 0,750. Variabel kesesuaian iklan Nissan mempunyai Cronbach's Alpha sebesar 0,713. Variabel sikap konsumen terhadap merek Nissan mempunyai Cronbach's Alpha sebesar 0,762. Variabel minat beli Nissan mempunyai Cronbach's Alpha
sebesar 0,763. Semua nilai Cronbach's Alpha lebih besar dari 0,6, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua variabel adalah reliabel (Lampiran 2). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa semua butir soal adalah valid dan reliabel (Lampiran 2).
3.2
Uji
Asumsi
Klasik
Setelah diketahui bahwa data dinyatakan valid dan reliabel, peneliti melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan uji regresi interaksi. Didalam uji asumsi klasik terdapat uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinieritas, (Lampiran 4). Variabel yang digunakan telah lulus uji asumsi klasik.
4.
HASIL DAN ANALISIS
Tabel 1. Pengaruh Penempatan Produk dan Kesesuaian Iklan Terhadap Minat Beli yang di Moderasi oleh Sikap Konsumen terhadap Merek Adidas di Advergames
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B Std. Error Beta
(constant) -4.912 3.534 -1.390 .168
Penempatan Produk Adidas .300 .143 .180 2.102 .038
Kesesuaian Iklan Adidas .302 .095 .358 3.177 .002
Sikap Konsumen terhadap Merek Adidas (SK)
.355 .116 .307 3.045 .003
PPAS_X_SK Adidas -.005 .034 -.012 -.134 .894
KSAS_X_SK Adidas -.010 .010 -.088 -.916 .362
a. Dependent Variable: MBAS (Minat Beli Adidas) Sumber : Data primer diolah,2016
Berdasarkan pengolahan data diatas, menunjukkan bahwa penempatan produk dan kesesuaian iklan mempengaruhi minat beli konsumen pada produk yang sesuai dengan konteks game, dimana jenis produk yang digunakan adalah Adidas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan penempatan produk sebesar (0,038) dan nilai signifikan kesesuaian iklan sebesar (0,002) lebih kecil dari nilai signifikan (0,05). Pada pengujian ini, rata-rata responden setuju terhadap setiap pertanyaan mengenai penempatan produk dan kesesuaian iklan yang mempengaruhi minat beli pada produk Adidas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Qolbi, dkk (2014), yang membuktikan bahwa penempatan produk dan kesesuaian iklan dalam advergames mempengaruhi sikap konatif konsumen yang ditunjukkan dengan minat beli.
(3)
Berdasarkan pengolahan data di atas juga menunjukkan adanya pengaruh yang dihasilkan dari variabel sikap terhadap merek di advergames terhadap minat beli konsumen. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05. Skor tertinggi untuk variabel sikap terhadap merek di
advergames terhadap minat beli ditunjukkan pada butir 3 yang menyatakan bahwa responden mengingat merek Adidas yang muncul di dalam advergames. Hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung tertarik membeli suatu merek atau produk karena responden mengingat merek atau produk yang muncul pada game yang dimainkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pujadi (2010) yang menyatakan bahwa sikap terhadap merek pada indikator merek diingat merupakan indikator yang paling dominan, hal ini memberikan pemahaman bahwa dengan merek yang diingat maka dapat meningkatkan minat beli.
Hasil olahan diatas selanjutnya menunjukkan bahwa, sikap konsumen terhadap merek di advergames
tidak memoderasi pengaruh penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli pada produk Adidas. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,894 untuk penempatan produk dengan sikap konsumen terhadap merek di advergames dan 0,362 untuk kesesuaian iklan dengan sikap konsumen terhadap merek di
advergames lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Artinya pada produk Adidas yang dianggap sesuai dengan konteks game, sikap konsumen terhadap merek di advergames tidak dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh yang dihasilkan dari penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketika sikap konsumen terhadap merek di advergames positif atau negatif tetap saja tidak berdampak pada pengaruh penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli.
Tabel 2. Pengaruh Penempatan Produk dan Kesesuaian Iklan Terhadap Minat Beli yang di Moderasi Sikap Konsumen terhadap Merek Nissan di Advergames.
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig
B Std. Error Beta
(constant) 6.939 1.733 4.003 .000
Penempatan Produk Nissan .004 .081 .005 .046 .963
Kesesuaian Iklan Nissan .059 .095 .086 .620 .537
Sikap Konsumen terhadap Merek Nissan (SK)
.214 .074 .352 2.904 .005
PPAS_X_SK Nissan .021 .024 .140 .872 .385
KSAS_X_SK Nissan -.014 .022 -.114 -.658 .512
a. Dependent Variable: MBNS (Minat Beli Nissan) Sumber : Data diolah, 2016
Berdasarkan pengolahan data diatas, menunjukkan bahwa penempatan produk dan kesesuaian iklan tidak mempengaruhi minat beli konsumen pada produk yang tidak sesuai dengan konteks games, dimana jenis produk yang digunakan adalah Nissan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,963 untuk penempatan produk dan nilai signifikan sebesar 0,537 untuk kesesuaian iklan lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Pada penelitian ini, rata-rata skor tertinggi terdapat pada aspek penempatan produk di butir 5 sebesar 2,97 yang menyatakan bahwa responden mengetahui bahwa nama merek Nissan muncul pada adboard di sekitar lapangan ketika karakter pemain game PES 2016 bermain di sekitar lapangan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
(4)
muncul pada acara X-Factor, salah satunya pada gelas yang diletakkan di meja Juri, namun product placement
tidak berpengaruh terhadap minat beli produk Cross pada acara X-Faxtor tersebut. Hal tersebut dikarenakan
product placement untuk produk yang kurang dikenal tidak memberikan efek terhadap minat beli.
Sedangkan untuk aspek kesesuaian iklan tidak berpengaruh terhadap minat beli dikarenakan tidak adanya kesesuaian iklan merek atau produk dengan konteks game. Hal tersebut dapat dibuktikkan pada butir 3 dengan rata-rata skor terendah sebesar 1,93 pada aspek kesesuaian iklan, dimana menunjukkan bahwa rata-rata responden tidak setuju dengan pernyataan yang menyatakan merek Nissan merupakan jenis produk olahraga yang sesuai diiklankan pada konteks game olahraga seperti game PES 2016. Artinya, ketidaksesuaian iklan merek atau produk yang muncul pada game, membuat tanggapan negatif konsumen terhadap merek sehingga tidak mempengaruhi minat beli.
Berdasarkan pengolahan diatas juga menunjukkan adanya pengaruh yang dihasilkan dari variabel sikap terhadap merek di advergames terhadap minat beli konsumen pada produk Nissan. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,005 lebih kecil dari nilai signifikan 0,05. Hal ini dapat terjadi dikarenakan konsumen memiliki persepsi dan pandangan lain yang mendukung sikap terhadap merek dalam minat beli konsumen terhadap suatu produk.
Hasil olahan data diatas selanjutnya menunjukkan bahwa, sikap konsumen terhadap merek di advergames
tidak dapat memoderasi pengaruh dari penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli pada produk Nissan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,385 untuk penempatan produk dengan sikap konsumen terhadap merek di advergames dan nilai signifikan sebesar 0,512 untuk kesesuaian iklan dengan sikap konsumen terhadap merek di advergames lebih besar dari nilai signifikan 0,05. Artinya, sekalipun sikap konsumen terhadap merek di advergames menunjukkan respon positif atau negatif tetap saja tidak dapat memperkuatatau memperlemah pengaruh dari penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli konsumen pada produk Nissan yang dianggap sebagai merek atau produk yang tidak sesuai dengan konteks
game PES 2016.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Penempatan produk, kesesuaian iklan dan sikap konsumen terhadap merek di advergames berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli pada produk Adidas sebagai produk yang dianggap sesuai dengan konteks game PES 2016 pada mobile games.
2. Sikap konsumen terhadap merek di advergames tidak memoderasi pengaruh penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli pada produk Adidas.
3. Penempatan produk dan kesesuaian iklan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat beli pada produk Nissan, sedangkan sikap konsumen terhadap merek di advergames berpengaruh pada minat beli pada produk Nissan, sebagai produk yang dianggap tidak sesuai dengan konteks game PES 2016 pada
mobile games.
4. Sikap konsumen terhadap merek di advergames juga tidak memoderasi pengaruh penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli pada produk Nissan.
(5)
5.2
Saran Penelitian Mendatang
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka saran untuk penelitian mendatang adalah sebagai berikut : 1. Penelitian selanjutnya diharapkan lebih spesifik dalam menentukan game yang akan diuji, yang dapat
digunakan kedua kelompok baik responden laki-laki maupun perempuan, selain itu penelitian selanjutnya dapat melakukan perbandingan dari sikap konatif kedua kelompok tersebut, dengan menetapkan jumlah sampel yang sebanding untuk masing-masing kelompok agar dapat memperjelas perbedaan pengaruh dan sikap yang dihasilkan.
2. Menambah variabel lain, selain variabel sikap konsumen terhadap merek di advergames untuk memoderasi pengaruh penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli, dikarenakan pada penelitian ini sikap konsumen terhadap merek di advergames pada produk yang sesuai dan tidak sesuai belum mampu menunjukkan pengaruh yang memperkuat atau memperlemah aspek penempatan produk dan kesesuaian iklan terhadap minat beli.
3.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan produk dalam kategori yang sama atau setara, sehingga dimungkinkan dapat mengarahkan jawaban responden menurut persepsi dan pemikiran mereka dan memberikan penilaian terhadap penempatan produk dan kesesuaian iklan dan sikap terhadap merek diadvergames terhadap minat beli
.
DAFTAR PUSTAKA
Ajisaksono, Yohannes Vici, dkk. (2014). Efektivitas Product Placement dalam Game Online. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. http://e-journal.uajy.ac.id. 16 November 2015.
Chaney, Isabella M. dkk. (2004). The Effect of Billboards Within The Gaming Environment. Journal of
Interactive Advertising. University of London. http://web.nchu.edu. 3 Desember 2015.
Chen, Huan dan Eric Haley. (2014). Product Placement in Social Games : Consumer Experiences in China.
Journal of Advertising, 43(3), 286-295. Penn State Erie, The Behrend College, Erie, Pennsylvania,
USA. University of Tennessee, Knoxville, Tennessee, USA.
http://www.arbamedia.com/2015/04/pertumbuhan-dan-perkembangan-game-mobile.html diakses pada tanggal 30 Juni 2015
Kotler, Philip, dan Gary Armstrong. (2008a). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Diterjemahkan oleh : Bob Sabran. 2008. Edisi 12. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kuhn Kerri, dkk. (2004). Brand Placements In Computer and Video Games an Overview and Research Questions. Grifth University. http://www98.griffith.edu.au. 3 Desember 2015.
Kurniawan, Iqbal. 2015. Pengguna Smartphone Di Asia Bermain Game Mobile Lebih Lama Dibandingkan Benua Lain.http://id.techinasia.com. 30 Juni 2015
Lee, Mira dan Ronald J. Faber. (2007). Effect of Product Placement in Online Games on Brand Memory : A Perspective of Limited-Capacity Model of Attention.Journal of Advertising, 36 (75-90).
Moore, Robert. S, dkk. (2005). Coulter. Banner Advertiser-Web Site Context Congruity and Color Effects on Attention and Attitudes. Journal of Advertising, Vol. 34, no. 2 (summer 2005), pp. 71-84.
Nugroho, Eko. Maret 2013. Jangan Terlena Bikin Game “Biasa Saja”. http://tekno.kompas.com. 30 Juni 2015 Panda, T . K . (2004). Effectiveness Of Product Placements In Indian Films and Its Effects On Brand Memory
(6)
Parreno-Marti, dkk. (2013). Factors Contributing Brand Attitude in Advergames : Entertainment and Irritation.
Journal of Brand Management(2013) 20, 374 – 388.
Peters, Sara., dan Glenn Leshner. (2013). Get in the Game : The Effects of Game Product Congruity and Product Placement Proximity on Game Players Processing of Brands Embedded in Advergames.
Journal of Advertising, 42 (2-3), 113-130. University of Missouri, Columbia, Missouri, USA.
Pramoedya, Ode. (2013). Pengaruh Product Placement (Penempatan Produk) Samsung Galaxy S III Pada Drama Korea Big (2012) Terhadap Minat Beli Konsumen. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id. 23 Februari 2016. Pujadi, Bambang. (2010). Studi Tentang Pengaruh Citra Merek Terhadap Minat Beli Melalui Sikap Terhadap
Merek (Kasus Pada Merek Pasta Gigi Ciptadent di Semarang). Program Studi Magister Manajemen. Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id. 8 Maret 2016. Qolbi, Ummas Sahibul, dkk. (2014). Pengaruh Iklan Terhadap Sikap Konsumen. Fakults Ilmu Administrasi.
Universitas Brawijaya. Malang. http://download.portalgaruda.org/. 15 Juni 2015.
Sahni Damerianta. (2009). Pengaruh Penerapan Periklanan di Internet dan Pemasaran melalui E-mail terhadap pemrosesan Informasi dan Keputusan Pembelian oleh Konsumen. Semimar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. STMK Jakarta. Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma. http://repository.gunadarma.ac.id/. 15 Juni 2015.
Schiffman, Leon G., dan Kanuk, Lezlie Lazar. (2008). Perilaku Konsumen. Edisi ke 7. Jakarta : PT. Indeks. Terjemahan.
Sukandar, Eryadi. (2012). Pengaruh Kongruitas Iklan Online dan Website Terhadap Sikap Konsumen Atas Website (Studi Pada Website Detik.com). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Program Studi Ilmu Administrasi Niaga. Universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/. 23 Februari 2016.
Winkler, Tina dan Kathy Buckner. (2006). Receptiveness of Gamers to Embedded Brand Messages in Advergames : Attitudes Towards Product Placement. Napier University, Edinburgh, UK.
Williams, Kaylene, dkk. (2011). Product Placement Effectiveness : Revisited and Renewed. Journal of
Management and Marketing Reseacrh. Pp. 1-24. http://www.aabri.com. 15 Juni 2015.
Wire, P.R. Mei 2015. Appier Rilis Survey Perilaku Pengguna Gadget terhadap Iklan yang Muncul di Game. http://www.antaranews.com/berita/498627. 30 Juni 2015
Xiong, Shil, dkk. (2015). I Think I just Saw Another Version Of It : An Investigation of Congruity Effects Between Product Placement and Webpage AD As Well As EcposureTiming On Product Recognition.University of Illinois, Urbana, IL.
Zulganaef., dan Alda Ramadhika. (2014). Analisis Efek Product Placement Dan Brand Awaraness Terhadap Niat Beli. Dipublikasian oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga. http://repository.uksw.edu/bitstream. 23 Februari 2016