Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis”
69
Table Responden Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dan Asuransi
Asuransi Total
Tidak Asuransi
Ikut Asuransi
Jumlah Anggota Keluarga
≤ 2 24
3 27
3-4 154 54 206
≥ 5 103
42 145
Total 281 97
378 Sumber: Data Primer Diolah 2016
4.3. Profil Responden pendapatan dan Asuransi
Tingkat pendapatan tidak selamanya berpengaruh positif terhadap keikut sertaan masyarakat dalam asuransi. Dalam penelitian ini, responden yang memiliki pendapatan 2-3 juta yang banyak ikut
asuransi, disbanding tingkat pendapatan dibawah dan diatasnya. Table Responden Hubungan Pendapatan dan Asuransi
Asuransi Total
Tidak Asuransi
Ikut Asuransi
Pendapatan kurang 1 Juta
112 32
144 1-2 juta
148 39
187 2-3 15
24 39
lebih dari 3 juta 6
2 8
Total 281 97
378 Sumber: Data Primer Diolah 2016
4.4. Profil Responden Hubungan harga dan Asuransi
Persepsi harga asuransi memiliki hubungan positif dengan keikutsertaan asuransi. Bagi masyarakat yang memiliki persepsi harga asurasi tidak mahal, mereka cenderung akan mengikuti asuransi
.
Table Responden harga dan Asuransi Asuransi
Total Tidak Asuransi
Ikut Asuransi Harga Sangat
mahal 16
5 21
Mahal 69 21
90 Murah 126
29 155
sangat murah 70
42 112
Total 281 97
378 Sumber: Data Primer Diolah 2016
4.5. Analisis Logit
Hosmer and Lemeshow Test digunakan untuk menguji kesesuaian model goodness of fit, yaitu untuk menguji apakah model yang digunakan dengan 4 variabel independen sudah sesuai dengan data
empiris atau tidak. Berdasarkan analisis diperoleh nilai Chi-square sebesar 10,667, dengan nilai
probabilitas sebesar 0,221. Karena 0,221 0,05, maka dijelaskan bahwa model penelitian ini adalah baik. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Iteration History atau -2L
–L
1
=431.125 – 408.317 = 22,808. Dengan
α = 0,05 dan degree of freedom df = k = 4, dimana k adalah jumlah variabel prediktor, didapat nilai
χ²
p
dari tabel distribusi chi-kuadrat sebesar 7,815. Dikarenakan 22,808 7, 815 atau -2L –
Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis”
70
L
1
χ²
p
, maka dijelaskan secara simultan keempat variabel prediktor berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian asuransi.
Ghozali, 2011 menjelaskan Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 nol sampai 1 satu. Hal ini dilakukan
dengan cara membagi nilai Cox Snell’s R Square dengan nilai maksimumnya. Berdasarkan tabel Model Summary diperoleh nilai
Nagelkerke’s R Square sebesar 0,219. Hal ini mengindikasikan bahwa
variabilitas variabel keputusan pembelian asuransi dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen adalah sebesar 21,9, sedangkan sisanya sebesar 78,1 dijelaskan oleh variabilitas variabel lain diluar
ketiga variabel independen yang diteliti tersebut. Pengujian secara individu dilakukan untuk mengetahui signifikansi parameter variabel prediktor dengan
menggunakan uji wald. Uji statistik yang digunakan adalah uji wald dengan hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Table Uji Wald Variable
B Wald
Sig. ExpB
Pendidikan .720
63.334 .000
2.055 Jumlah Anggota keluarga
.186 4.597
.032 1.205
Perdapatan -.044 0.046
.830 .957
Persepsi harga .452
8.200 .004
1.527 Constant -4.859
37.695 .000
.008 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa beberapa hal sebagai berikut.
a. Variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan pada
α=5 dalam membeli asuransi. b.
Variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh positif dan signifikan pada α=5 dalam
membeli asuransi c.
Variabel pendapatan berpengaruh negative dan tidak signifikan pada α=5 dalam membeli
asuransi d.
Variabel harga berpengaruh positif dan signifikan pada α=5 dalam membeli asuransi
Berdasarkan keputusan pada uji wald sebagaimana tabel di atas maka diperoleh model regresi logistik sebagai berikut:
log1[πχ] = -4.859 + 0.720X1 + 0,186X2 - 0,044 X3 + 0,452X4 Permintaan akan jasa asuransi di wilayah pesisir utara Provinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh 1
jumlah angota keluarga. Hasil penelitian ini diperkuat oleh Juetting 2004 yang menjelaskan bahwa jumlah anggota rumah tangga memiliki efek positif dalam permintaan asuransi Juetting, 2004. 2 tingkat pendidikan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Eisenhauser dan Halek 1999 yang menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang yang semakin tinggi akan menyebabkan pola keinginan terhadap jasa asuransi juga meningkat. 3
Persepsi harga. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapatan Jiang et al. 2005 dan Hasslinger et al. 2007 yang menjelaskan persepsi harga asuransi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
jasa asuransi. Tingkat pendapatan masyarakat tidak berpengaruh positif terhadap pembelian jasa asuransi di wilayah
pesisir utara Provinsi Jawa Tengah. Mereka yang tinggal di wilayah ini, ketika pendapatannya meningkat maka
Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis”
71
mereka akan memillih untuk pindah tempat tinggal dari pada membeli asuransi karena daerah mereka rawan bencana alam
5. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan harga berpengaruh positif dan sinifikan terhadap keputusan pembelian asuransi di wilayah pesisir utara Provinsi Jawa
Tengah, pendapatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian asuransi. Implikasi hasil penelitian ini adalah perlunya adanya upaya pengurangan risiko bencana melalui
keikutsertaan dalam asuransi dengan memperhatikan aspek tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan harga
.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2016. Data Informasi Bencana Indonesia, Jakarta: BNPB, Diagne, K. 2007. Governance and natural disasters: addressing flooding in Saint Louis, Senegal. Environment
and Urbanization 192: 552-562 Dlugolecki, A.F. 1993. The role of commercial insurance in alleviating natural disaster, in Merriman, P.A. and
Browitt, S.W.A. Eds, Natural Disasters: Protecting Vulnerable Communities, Thomas Telford, London, pp. 421-31.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Isa, M. 2013. Strategi Penguatan Kapasitas Stakeholder Dalam Adaptasi Dan Mitigasi Banjir Di Kota Surakarta,
BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis, Volume 17, Nomor 2, Desember 2013 Isa, M. 2015. Adaptation and Mitigation Model for People to Restore Their Ecosystem from Flood in Semarang,
Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 16, No 2, Tahun 2015 Isa, M. 2016. Bencana Alam: Berdampak Positif Atau Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi?, The 3rd
University Research Colloquium 2016, Kudus Jiang, Pingjun dan Rosenbloom, Bert. 2005. Customer Intention to Return Online: Price Perception,
Attribute-level Performance, and Satisfaction Unfolding Over Time. International Journal of Marketing. 41 pp: 20-30
Leeraphong, A and A. Mardjo. 2013, Trust and Risk in Purchase Intention through Online Social Network: A Focus Group Study of Facebook in Thailand”. Journal of Economics, Business and Management.
14 pp.321-342 Neuman, W Lawrence. 2000, Social Research Methods, Qualitative and Quantitative Methods 4
th
ed, Allyn and Bacon, Boston.
Samuelson, dkk, 2006. Ilmu Makro Ekonomi, Jakarta: PT Media Global Edukasi Schiffman Kanuk. 2004. Perilaku Konsumen edisi 7. Jakarta: Prentice Hall
Setywan, A.A., Muzakar Isa, dan Farid Wajdi, 2012 Model Pengembangan Manajemen Resiko Bencana dan Potensi Pembiayaan Mikro Pasca Bencana bagi UMKM Di Kota Surakarta, Laporan Penelitian
PPMB FE UMS – AIFDR AUSAID Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Webb, G.R., Tierney, K.J. and Dahlhamer, J.M. 2000, Businesses and disasters: empirical patterns and unanswered questions, Natural Hazards Review, Vol. 1 No. 2, pp. 83-90.
Juetting, J., 2003. “Health Insurance for the Poor? Determinants of Participation inCommunity-Based Health Insurance Schemes in Rural Senegal”, Centre forDevelopmentResearch, University of Bonn.
Salvator, Dominick. 1997.”Teori Mikro Ekonomi Edisi Kedua”.Jakarta : Erlangga
Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis”
72
PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA DATA TERHADAP PELAYANAN PADA BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA SURAKARTA
Sidiq Permono Nugroho
Pusat Studi Penelitian Pengembangan Manajemen Dan Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
sidik_nugroho78yahoo.com
Abstract
Bureaucracy reform becomes a first movement to rearrange a good, effective, and efficient implementation of state administration system, then it gives a prompt, proper, and professional
services. The Central Bureau of Statistics, a non-ministry government institution implements the bureaucracy reform, and provides comprehensive, accurate, and sophisticated statistics in order
to create a System of National Statistics. The Constitution No. 16, 1997 on Statistic, and Government Regulation No. 51, 1999 are set to regulate the presence of Central Bureau of
Statistics. The two that legalize The Central Bureau of Statistics are now supporting the institution itself to provide convenient services related to people request on statistic information and data.
This is a research which utilizes quantitative descriptive method, involving totally 120 user of The Central Bureau of Statistic in Surakarta to be respondent of the research. This research aims to
figure out user’s satisfaction index towards this public service. The data analysis technique for this research is Users people who once used The Central Bureau of Statistic Service Satisfaction
Index, counted through weighted average values of some service elements based on Number 63KEPM.PAN72003. Among the 120 users of The Central Bureau of Statistics, this research
shows that The Satisfaction Index reaches 75.31 good, but it still need to be improved remember there are some indicators showing a not quite good Performance Index. Totally 20 out of 24
indicators are categorized into ‘good service’, while the other fours indicator need to be enhanced and improved.
Keywords : Satisfaction Index , The Central Bureau of Statistic in Surakarta, the bureaucracy
reform
1. PENDAHULUAN
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih
adanya berbagai keluhan masyarakat yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang kurang baik terhadap aparatur pemerintah. Asosiasi dan perusahaan
mengkritisi data BPS kurang detail dan manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan pelaku usaha, akademisi mengkritisi beberapa data spesifik dan sektoral yang sulit diakses.
Mengingat fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat maka pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu caranya dengan reformasi birokrasi. Reformasi
birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan
professional. Badan Pusat Statistik BPS sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang melaksanakan program reformasi birokrasi, mempunyai tugas untuk menyediakan data statistik yang
lengkap, akurat, dan mutakhir dalam mewujudkan Sistem Statistik Nasional. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Statistik. Dengan demikian, BPS sebagai lembaga publik memiliki peran dalam memberikan pelayanan terhadap permintaan data dan informasi statistik.
Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis”
73
Terkait dengan road map Reformasi Birokrasi di lingkungan BPS terdapat 8 delapan area perubahan dimana pelayanan publik merupakan salah satunya. Konsep pelayanan yang diberikan oleh BPS merujuk pada
konsep pelayanan prima, hal ini selaras dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh BPS perlu dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan agar BPS
dapat melaksanakan tugas dan perannya dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan statistik. Kualitas layanan merupakan suatu bentuk penilaian konsumen terhadap tingkat layanan yang diterima perceived
service dengan tingkat layanan yang diharapkan expected service Kotler, 2000.
2. KAJIAN LITERATUR
Kualitas Pelayanan Publik
Kualitas jasa adalah evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan terhadap penyerahan jasa atau perusahaan.” Menurut Wykof yang dikutip dari Tjiptono 2008 menyatakan bahwa: “Kualitas jasa adalah
tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.” Kualitas jasa service quality dibangun atas adanya perbandingan 2 faktor utama yaitu
persepsi pelanggan atas pelayanan yang nyata mereka terima Layanan layanan industri Kebersihan keuangan restoran perceived service dengan layanan yang sesungguhnya diharapkandiinginkan expected service,
maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan pelanggan, maka kualitas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang di terima lebih rendah
dari pada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten.
Untuk dapat menilai sejauh mana kualitas pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang diberikan dapat dikatakan baik atau buruk.
Zeithaml 1990 mengemukakan dalam mendukung hal tersebut, ada 10 sepuluh dimensi yang harus diperhatikan dalam melihat tolok ukur kualitas pelayanan publik, yaitu sebagai berikut :
1. Tangible, terdiri atas fasilitas fisik, peralatan, personil dan komunikasi;
2. Realiable, terdiri dari kemampuan unit pelayanan dalam menciptakan pelayanan yang dijanjikan dengan
tepat; 3.
Responsiveness, kemauan untuk membantu konsumen bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan yang diberikan;
4. Competence, tuntutan yang dimilikinya, pengetahuan dan ketrampilan yang baik oleh aparatur dalam
memberikan pelayanan; 5.
Courtesy, sikap atau perilaku ramah, bersahabat, tanggap terhadap keinginan konsumen serta mau melakukan kontak atau hubungan pribadi;
6. Credibility, sikap jujur dalam setiap upaya untuk menarik kepercayaan masyarakat;
7. Security, jasa pelayanan yang diberikan harus bebas dari berbagai bahaya dan resiko;
8. Access, terdapat kemudahan untuk mengadakan kontak dan pendekatan;
9. Communication, kemauan pemberi pelayanan untuk mendengarkan suara, keinginan atau aspirasi
pelanggan, sekaligus kesediaan untuk selalu menyampaikan informasi baru kepada masyarakat; 10.
Understanding the customer, melakukan segala usaha untuk mengetahui kebutuhan pelanggan.