Keselamatan Kerja Tinjauan Pustaka

Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 146

2.4 Kesehatan Kerja

Menurut Budiono 2003 kesehatan kerja adalah kondisi fisik dan mental seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan pekerjaanya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 1948 menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai” suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan bukanya penyakit atau kelemahan. Menurut Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa, sosial dan mental yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain: 1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secar objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. 2. Kesehatan mental jiwa mencakup tiga komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,gembira, khawatir, sedih dan sebagainya. c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebaginya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spritual adalah keadaan dimana sesorang menjalankan ibadah dan semua aturan agama yang dianutnya. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, BAB 1 pasal 2, kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derjat kesehatan yang setingi-tinginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi perhatian karena pekerja adalah pengerak aset perusahaan konstruksi Widodo, 2014. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak menganggu proses kerja seperti peryataan ILOWHO 1995 bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtraan fisik, mental dan soial yang setingi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpanan kesehatan di antara pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaanya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kebutuhan psikologi karyawan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Lestari 2007 melakukan penelitian tentang hubungan keselamatan dan kesehatan kerja K3 dengan Produktivitas kerja karyawan di bagian pengolahan PTPN VIII Gunung Mas Bogor. Analisa data dengan mengunakan analalis Rank Spearmanmenujukan bahwa semua faktor K3 memiliki hubungan yang positif dengan produktivitas karyawan. Hasil penelitian Mulyawati 2008 mengenai Analisis Tingkat Karyawan terhadap program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Aneka Tambang TBK UBPP LM Jakarta. Mengunakan analisis Indeks Kepuasan Karyawan dan Importance performance analisis. Hasil pengujian validitas pertanyaan dengan product momen Pendekatan Keperilakuan Dalam Riset Manajemen Bisnis” 147 pearson menyatakan bahwa 40 pertanyaan dalam kuesioner baik untk kepentingan dan kepuasan adalah valid. Hal ini dapat diihat dari nilai korelasi dengan totalnya yag ditunjukan oleh p-valuecukup signifikan. Hasil penelitian Fathoni 2008 mengenai Hubungan antara Persepsi Karyawan terhadap Program Keselamatan dan Kesehatan kerja dengan kepuasan kerja, berdasarkan hasil hitungan diperoleh nilai koefisien korelasi r sebesar 0,635; p=0,000 p0,001. Hasil tersebut menujukan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja dengan kepuasan kerja. Hal ini berati variabel persepsi karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja dapat digunakan sebagai prediktor variabel bebas untuk mengukur variabel kepuasan kerja. Semakin tinggi baik persepsi karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja semakin rendah kepuasan kerja. Dari penelitian sebelumnya dikatakan bahwa keterkaitan kepuasan kerja karyawan dengan program keselamatan dan kesehatan kerja diukur melalui alat dan metode masing-masing. Karakteristik responden dalam penelitian tersebut diambil secara umum. Untuk melihat kesenjangan tersebut penelitian ini membedakan dari status karyawan tetap dan tidak tetap karena dengan membedakan statustersebut dapat dilihat bagaimana kepuasan karyawan berdasarkan status yang mereka dapatkan ketika bekerja dengan acuan teori kepuasan kerja yaitu teori keadilan. Teori keadilan dipilih sebagai acuan agar tidak ada perbedaan antara karyawan terhadap program keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap hasil pencapaian kerja karyawan. Kepuasan karyawan terhadap program K3 akan bermanfaat bagi perusahaan sebab dengan mengukur dan membedakan dari status karyawan dapat dilihat tingkat kepuasan mereka setelah bekerja. Hal ini berati kepuasan karyawan menjadi indikator dalam sebuah peniliaan kinerja karyawan terkhusus perusahaan industri. Pada bagian produksi tentunya karyawan yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini sebab rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi karyawan. Untuk itu pemilahan antara karyawan tetap dan tidak tetap dipilih supaya dapat mengetahui kinerja karyawan berdasarkan status yang mereka peroleh. PT. TMSIbergerak di bidang tekstil, perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. PT TMSI salah satu perusahaan yang telah menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja K3, dapat dilihat bahwa PT. TMSI memperhatikan K3 karyawanya Penerapan program K3 di PT. TMSI dapat diketahui melalui wawancara langsung, pengamatan, beberapa dokumen perusahaan dan kuesioner. Adapun faktor-faktor K3 yang menjadi dasar pencarian data penelitian yaitu, 1 Pendidikan dan Pelatihan K3, 2 Publikasi dan Kontes K3, 3 Kontrol Lingkungan kerja, 4 Pengawasan dan disiplin, 5 Peningkatan dan kesadaran K3. Penelitian ini dipilih berdasarkan status karyawan antara karyawan tetap dan tidak tetap yang bekerja di dalam produksi pabrik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian diananlisis dengan dengan mengunakan Indeks Kepuasan Karyawan IKK. IKK digunakan untuk mengetahui seberapa puas karyawan terhadap adanya program K3 yang diterapkan oleh perusahaan. Melalui alat analisis IKK dapat diketahui bagaimana perbandingan tingkat kepuasan karyawan tetap dan tidak tetap di PT. TMSI terhadap program K3 di PT. TMSI. Dengan diketahuinya tingkat kepuasan tersebut, maka perusahaan dapat menentukan apa saja yang dapat dilakukan guna menjaga dan meningkatan kepuasan karyawan berdasarakan status karyawan antara karyawan tetap dan tidak tetap.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini mengunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi jumlah karyawan tetap sebesar 705 sedangkan jumlah karyawan tidak tetap sebesar 80. Maka dari mengunakan rumus

Dokumen yang terkait

M01939

0 16 418