DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
1. Kode Huruf Kepanjangan
Bsu = Bahasa
Sumber Bsa =
Bahasa Sasaran
CS = Cukup
Sesuai CJ =
Cukup Jelas
ICT KJ
= =
Information and Commnication Technology Kurang Jelas
S = Sesuai
SJ = Sangat
Jelas TS =
Tidak Sesuai
TSSS =
Tidak Sesuai Sama Sekali TT =
Tidak Tepat
2. Lambang Angka Romawi Arti
I = Varian
Tunggal II =
Varian Kuplet
III = Varian
Triplet IV =
Varian Kwartet
V = Varian
Kuintet VI =
Varian Sekstet
Universitas Sumatera Utara
DAMPAK TEKNIK PENERJEMAHAN TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN BUKU
BILINGUAL INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY KE DALAM BAHASA INDONESIA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1 mendeskripsikan teknik penerjemahan
yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada buku bilingual
ICT ke dalam bahasa Indonesia, 2 mengkaji
dampak penerapan teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual
ICT, serta 3 mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT. Jenis penelitian yang
diterapkan adalah penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual ICT pada bab 1 serta beberapa informan ahli dibidang penerjemahan dan
informan ahli dibidang komputer. Data yang dikaji berupa satuan lingual yang telah diperoleh, dikumpulkan dengan teknik simak catat dan wawancara
mendalam terhadap seluruh responden. Teknik analisis data menggunakan model interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan
simpulanverifikasi. Berdasarkan temuan hasil penelitian, teridentifikasi sebanyak 13 teknik penerjemahan yang didominasi oleh teknik penerjemahan harafiah
sebanyak 112 data atau 22,40 , peminjaman murni 101 data 20,20, amplifikasi 62 data 12,40, peminjaman alamiah 58 data 11,60, kalke 57 data 11,40,
modulasi 36 data atau 7,20, transposisi 27 data atau 5,40, reduksi 22 data 4,40, kesepadanan lazim 18 data 3,60, partikularisasi 4 data 0,80,
adaptasi 1 data 0,20, deskripsi 1 data 0,20, dan generalisasi 1 data 0,20. Dari 163 data yang diteliti, hasil analisis menunjukkan bahwa dampak dari
penerapan teknik penerjemahan tersebut menghasilkan tingkat ketepatan terjemahan yang didominasi oleh kategori terjemahan yang sesuai sebanyak 121 data
74,23, cukup sesuai 36 data 22,09, tidak sesuai 5 data 3,07 dan kategori terjemahan tidak sesuai sama sekali 1 data 0,61. Pada tingkat
kejelasan, teridentifikasi sebanyak 132 data 80,98 didominasi oleh kategori terjemahan yang sangat jelas, 22 data 13,50 cukup jelas, 8 data 4,91
kurang jelas, dan 1 data 0,61 sebagai kategori terjemahan yang tidak tepat atau salah terjemahan. Ketidaktepatan dan ketidakjelasan terjemahan dipengaruhi oleh
pesan yang disampaikan dari Bsu tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan ke dalam Bsa, serta bahasa yang diterapkan sulit dipahami. Teknik penerjemahan
yang disarankan untuk menghasilkan terjemahan yang baik terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan buku bilingual ICT yaitu teknik harafiah,
peminjaman murni, peminjaman alamiah, kalke, amplifikasi modulasi, transposisi, reduksi, kesepadanan lazim, partikularisasi, adaptasi dan deskripsi.
Kata Kunci: Teknik Penerjemahan, Ketepatan dan Kejelasan, Buku Bilingual ICT
Universitas Sumatera Utara
THE IMPACT OF TRANSLATION TECHNIQUES ON THE QUALITY OF TRANSLATION OF BILINGUAL BOOK “INFORMATION AND
COMMUNICATION TECHNOLOGY” INTO BAHASA INDONESIA
ABSTRACT
This study aims to 1 describe the translation techniques which is applied by the translator in translating the text on bilingual book ICT into bahasa
Indonesia, 2 review the impact of translation techniques toward the level of translation accuracy and clarity on bilingual book ICT, 3 reveal the
recommended
translation
techniques toward the accuracy and clarity of translation
on bilingual book ICT. The type of research which is applied is qualitative research. The data sources of this study are bilingual book ICT chapter one, and
some talented informants who field in translation and computer expert. The data gathering used a content analysis and in-dept interview technique with all respondents.
The data analysis technique uses an interactive model that includes data reduction, data presentation, and making conclusionverification. The findings of
the research show that, there are 13 translation techniques are identified, which is dominated by literal translation as many as 112 data 22.40, pure borrowing
101 data 20.20, amplification 62 data 12.40, natural borrowing 58 data 11.60, calque 57 data 11.40, modulation 36 data 7.20, transposition 27
data 5.40, reduction 22 data 4.40, establish equivalence 18 data 3.60, particularization 4 data 80, adaptation 1 data 0.20, description 1 data
0.20, and so is generalization only 1 data 0.20. From 163 of the examined data, the result of this analysis shows that, the impact of translation techniques
application, produce the aspect of accuracy which is dominated by accurate translation category as many as 121 74.23, quite accurate translation
category 36 data 22.09, less accurate translation category 5 data 3.07 and 1 data 0.61 as the obviously inaccurate translation category. From the aspect
of clarity translation data, it has been identified 132 data 80.98 which is dominated by a very clear translation category, and followed by 22 data 13.50
as quite clear translation category, 8 data 4.91 as not clear translation category, and there is also 1 data 0.61 is found as not appropriate or
incorrect translation category. The inaccurateness and obscurity translation categories are influenced by the transferring message from the source language is
not equivalent to the target language as well as the applied of elusive languages. The translation techniques which are recommended to produce good translation
toward the accuracy and clarity of bilingual book ICT are literal technique, pure borrowing, natural borrowing, calque, amplification, modulation, transposition,
reduction, established equivalence, particularization, adaptation and description.
Key Words: Translation Techniques, Accuracy and Clarity, Bilingual Book ICT
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada
tanggal 6 Agustus dan disusul Nagasaki 9 Agustus 1945 merupakan salah satu dampak kesalahan penerjemahan yang mengakibatkan ribuan manusia cacat, luka,
bahkan meninggal. Perdana mentri Jepang, Suzuki Kantarou saat itu, mengadakan pidato kenegaraan di radio yang disiarkan ke seluruh penjuru bumi. Pidatonya
berbunyi, Seifu wa kore o mokusatsu shi, aku made sensou kanchiku ni maishin suru. Kantor berita Doumei menerjemahkan menjadi Goverment is ignoring the
declaration and until then we still go forward with the war solution. Pemerintah AS yang mendengarnya mengira ignoring sama dengan rejecting dan 10 hari
kemudian menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang berakibat akhirnya Jepang menyerah pada sekutu. Menurut Torikai Kumiai, ahli penerjemahan Jepang,
memang dalam bahasa Jepang pun arti mokusatsu memiliki dua arti yang aimai bermakna bias yakni menolak dan tidak mau berkomentar dulu atau ingin
berdiam diri sejenak. www.kingtranz.com Salah satu contoh data pada kalimat yang merupakan kesalahan
penerjemahan buku bilingual ICT dapat dilihat pada halaman 14:C tentang multimedia pada kalimat sebagai berikut, Bsu:” Microsoft Windows Vista
provides Windows Media Player 11 as an application to play multimedia files” diterjemahkan ke dalam Bsa menjadi “Windows Media Player 11 sebagai aplikasi
Universitas Sumatera Utara
file-file pemutar multimedia” yang seharusnya diterjemahkan menjadi Windows Media Player 11 sebagai aplikasi pemutar file-file multimedia” hasil terjemahan
pada buku bilingual ICT hal. 14: C menurut hemat peneliti, penerjemah menerapkan teknik modulasi yang tidak ada kaitannya sama sekali ke dalam Bsu
namun justru menyebakan distorsi makna yang terdapat pada frasa nomina Bsa aplikasi file-file pemutar multimedia, sebab menurut pendapat salah seorang ahli
di bidang komputer dikatakan bahwa bukanlah file yang memutar multimedia, melainkan aplikasi multimedia seperti windows media player yang mampu
memutar atau membaca file bertipe multimedia baik audio, video maupun gambar.
Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia sangat
perlu dikaji secara mendalam melalui proses penelitian agar diperoleh informasi yang tepat dan akurat. Apakah penyampaian pesan atau informasi yang terdapat
dalam bahasa sasaran bahasa Indonesia, sudah tepat atau belum? Kesalahan penerjemahan buku-buku teks pelajaran yang berbahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia dikhawatirkan bukannya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun justru
menyesatkan para peserta didik. Di era globalisasi saat ini penerjemahan buku-buku berbahasa asing
khususnya teknologi informasi komputer sering kali menyisakan kesulitan sendiri bagi para ahli bahasa dikarenakan ilmu komputer merupakan teknologi baru yang
terus menerus berkembang dan menciptakan istilah-istilah baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam ilmu linguistik. Bahasa Inggris yang dipergunakan
Universitas Sumatera Utara
dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Oleh karena itu
tidak jarang terjemahan langsung suatu istilah terasa janggal untuk diucapkan maupun ditulis. Sebagai contoh istilah mouse terasa janggal bila diterjemahkan
menjadi tikus, begitu juga dengan istilah memory menjadi kenangan atau menu menjadi daftar makanan dalam bahasa Indonesia, sehingga hal tersebut sangat
berpengaruh pada kualitas hasil terjemahannya. Berkualitas tidaknya suatu terjemahan tentu dipengaruhi oleh kompetensi
seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan khususnya pener- jemahan teks bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam bahasa Indonesia
sangat diperlukan, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memiliki dampak yang besar bagi pembelajaran. Masing-masing penerjemah memiliki ukuran dan pandangan
berbeda mengenai terjemahan yang baik yang bisa saja berbeda satu sama lain walaupun mereka sama-sama ingin menghasilkan terjemahan yang memberikan
informasi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam proses penerjemahan, apapun tujuannya, tidak luput dan merupakan cerminan dari ideologi yang
dimiliki dan berfungsi dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai jenis penerjemahan yang memiliki muatan budaya, misalnya: teks sastra, berita
surat kabar, film dan ilmu pengetahuan dan teknologi Hoed 2004:1 Menjadi seorang penerjemah khususnya menerjemahkan bidang teknologi
tentunya menuntut beberapa kompetensi. Neubert 2000:6 mengidentifikasikan
lima parameter kualitatif kompetensi penerjemahan, yaitu kompetensi kebahasaan,
Universitas Sumatera Utara
kompetensi tekstual, kompetensi bidang keilmuan yang diterjemahkan, kompetensi budaya, dan kompetensi transfer. Hal senada juga diungkapkan Sakri, 1999:1 yang
mengatakan bahwa siapapun yang berminat melakukannya asalkan mereka
memenuhi kompetensi-kompetensi seperti berikut ini: 1 menguasai materi yang akan diterjemahkan, 2 menguasai bahasa asing bahasa sumber yang
diterjemahkan, 3 menguasai bahasa sasaran dengan baik, dan 4 menguasai teknik penerjemahan.
Benny Hoed dalam artikel tentang penerjemah pada situs http:penerjemah.setneg.go.id mengatakan bahwa fasih berbahasa asing tidak
dengan sendirinya mampu menerjemahkan. Penguasaan bahasa sasaran sangat penting. Kemampuan menerjemahkan bertumpu pada pengalaman, bakat, dan
pengetahuan umum: gabungan pengetahuan atau inteligensi kognitif, rasa bahasa emotif, dan ketrampilan menggunakan bahasa retoris. Seorang penerjemah
tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang. Penerjemah harus menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi,
budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Larson 1984: 532 menyatakan bahwa terjemahan harus diuji karena
penerjemah ingin memastikan keakuratan, kejelasan dan kewajaran terjemahannya. Akurat berarti terjemahannya adalah sepadan dengan teks Bsu.
Jelas berarti terjemahannya mudah dipahami oleh pembaca. Wajar berarti terjemahannya merupakan ungkapan-ungkapan yang wajar atau berterima
menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahpahaman pembaca teks bahasa sasaran.
Universitas Sumatera Utara
S ebagai negara berkembang, Indonesia banyak membutuhkan infomasi
mengenai perkembangan terbaru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara-negara maju. Seiring perkembangan zaman, informasi tersebut dapat
diperoleh dari buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang banyak diterbitkan dan diperjualbelikan baik di luar maupun di dalam negeri. Namun
permasalahanya, buku-buku tersebut sebagian besar ditulis dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Sementara, pengguna buku-buku tadi belum mampu
memahami bahasa asing tersebut dengan baik. Hal ini diperparah dengan minimnya ilmuwan dan teknokrat Indonesia yang mampu menulis bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari minimnya buku- buku dari penulis Indonesia Nababan, 2003:2.
Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu
aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas. Bahasa yang dimiliki oleh bangsa yang unggul dalam bidang ekonomi, politik,
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peluang menjadi wahana komunikasi global. Bahasa Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam percaturan
komunikasi global Huda, 1999:118. Komunikasi antar budaya tidak selalu mudah dan tergantung pada besarnya perbedaan antara kebudayaan yang
bersangkutan. Walaupun secara teoretis penerjemahan tidak mungkin dilaksanakan akibat adanya kesenjangan linguistik dan budaya, secara praktik
kegiatan penerjemahan sampai batas-batas tertentu bisa dilakukan dengan cara mencari dan menemukan padanan di dalam bahasa sasaran. Hal ini dimungkinkan
Universitas Sumatera Utara
karena adanya sifat-sifat universal bahasa serta konvergensi kebudayaan- kebudayaan di dunia Hoed, 1992:80.
Pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya terjemahan baik bahasa pengantar komputer, perangkat lunak, perangkat keras telah dilakukan oleh
pemerintah khususnya pusat bahasa yang bekerja sama dengan Microsoft untuk
mengalihkan lebih dari 250.000 kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Upaya ini memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan
generasi muda dalam memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi informasi http:www.tempo.com. Namun pengalaman selama ini berdasarkan
fakta dilapangan bahwa pengalihan kataistilah bahasa Inggris, yang telah lama digunakan ke dalam bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat. Tidak
demikian halnya dengan kataistilah yang baru masuk dalam kehidupan masyarakat langsung dialihkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperkenalkan
kepada masyarkat pengguna bahasa Indonesia. Kataistilah itu langsung diterima dan digunakan oleh masyarakat Sugono, 2005:2.
Masuknya istilah-istilah asing sebetulnya tak terelakkan. Komunikasi semakin gencar dan global, terlebih lagi ke dalam bahasa Indonesia setelah
dikatalisasi oleh revolusi Internet. Mayoritas dari apa yang tersedia di web adalah dalam bahasa Inggris. Materi yang berbahasa Indonesia mungkin tidak akan
mencapai seperseratusnya. Acara televisi impor, majalah dan buku asing, jumlahnya semakin banyak saja. Semua ini pun masih berkembang amat cepat,
sehingga kadang tak ada waktu untuk mensosialisasikan padanan istilah yang telah dibuat. Bisa saja sebuah teknologi hanya bertahan sesaat, sehingga
Universitas Sumatera Utara
jangankan padanannya, istilah asli di bidang teknologi tersebut pun lebih dahulu tersingkir sebelum sempat populer di masyarakat Haryanto, 2002:4
Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya peranan ilmu komputer sebagai teknologi informasi dan komunikasi yang dituangkan dalam buku
bilingual, sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antar bangsa
khususnya bagi pengguna fasilitas teknologi di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Dampak teknik penerjemahan terhadap
kualitas terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia”
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Teknik penerjemahan apakah yang diterapkan dalam menerjemahkan teks
buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam
bahasa Indonesia? 2.
Bagaimanakah dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and
Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia
? 3.
Teknik penerjemahan manakah yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication
Technology ke dalam bahasa Indonesia?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
Sekaitan dengan masalah, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
mendeskripsikan teknik penerjemahan yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks pada
buku Bilingual Information and Communication Technology
ke dalam bahasa Indonesia, 2. mengkaji dampak teknik penerjemahan terhadap tingkat ketepatan dan
kejelasan terjemahan pada buku Bilingual Information and Communication Technology
ke dalam bahasa Indonesia , dan
3. mengemukakan teknik penerjemahan yang disarankan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan buku Bilingual Information and Communication
Technology ke dalam bahasa Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis temuan penelitian 1. dapat memberikan masukan teoretis tentang cara seorang penerjemah
melakukan teknik penerjemahan bidang teknologi komputer agar makna yang tersampaikan tepat dan jelas dalam bahasa sasaran,
2. sebagai masukan dalam pengembangkan kosa kata mengingat masih banyaknya istilah-istilah komputer yang masih belum mempunyai
padanan. 3. sebagai kajian agar bahasa Indonesia tidak dipandang sebagai bahasa
yang miskin dilingkungan masyarakat bahasanya sendiri khususnya
Universitas Sumatera Utara
pelajar terhadap padanan istilah-istilah teknologi dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.
4. dapat dijadikan salah satu referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis temuan penelitian
1.
dapat memberikan pandangan atau masukan khususnya bagi dunia pendidikan dan penerjemah bahwa penggunaan buku bilingual oleh pelajar
dapat dijadikan sebagai momentum dalam mensosialisasikan istilah-istilah komputer dari Bsu bahasa Inggris yang pada dasarnya telah memiliki
padanan istilah baku dalam Bsa bahasa Indonesia yang selama ini kurang tersosialisasi.
2.
dapat memberikan pandangan atau masukan bagi penerjemah buku bilingual agar lebih teliti dalam menerapkan teknik penerjemahan.
1.5 Batasan Masalah Penelitian
Pembatasan masalah dalam penelitian dilakukan agar penelitian ini akan terarah dan teranalisa secara mendalam. Pembatasan masalah dilakukan dengan
cara: 1.
Penelitian ini diorientasikan pada produk atau karya terjemahan
2. Membatasi kajian pada masalah dampak teknik
pener jemahan
terhadap kualitas terjemahan. Satuan terjemahan translation unit yang
dikaji dibatasi pada tataran
kata, frasa, klausa, kalimat, yang terdapat pada buku
Bilingual Information and communication technology dalam teks
Universitas Sumatera Utara
terjemahan bahasa Indonesia.
3. Membatasi data yang akan diteliti Dengan demikian, pernyataan tentang teknik penerjemahan, dampak
teknik penerjemahan terhadap ketepatan dan kejelasan terjemahan serta teknik penerjemahan yang disarankan terkait ketepatan dan kejelasan
terjemahan disimpulkan berdasarkan kajian terhadap produk tanpa mengkaitkannya dengan penerjemah secara langsung dan dengan proses
penerjemahan yang telah dilakukan oleh penerjemah.
1.6 Klarifikasi Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman tentang makna istilah-istilah yang digunakan, maka istilah-istilah tersebut perlu diklarifikasi sebagai berikut
1. Bahasa sumber Bsu
Bahasa sumber merujuk pada bahasa yang diterjemahkan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris tersebut menempati posisi sebagai
bahasa sumber. 2.
Bahasa sasaran Bsa . Bahasa sasaran adalah bahasa yang menjadi tujuan
penerjemahan. Jika seseorang menerjemahkan teks dari bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia, maka bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa sasaran.
3. Komputer
adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas, yaitu menerima input, memproses input sesuai dengan instruksi
yang diberikan, menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahannya, serta menyediakan output dalam bentuk informasi Blissmer, 1985:2.
Universitas Sumatera Utara
4. Kompetensi penerjemah
dapat diartikan sebagai sistem yang mendasari pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan agar seseorang dapat
menerjemahkan Nababan, 2004:4. 5.
Teknik penerjemahan merupakan prosedur untuk menganalisis dan
mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual Molina Albir 2002:509.
6. Kualitas terjemahan
merupakan hasil terjemahan yang memiliki tiga ciri utama terjemahan yaitu tepat, jelas dan wajar. Tepat berarti pesan yang
terdapat dalam bahasa sumber itu sama dengan amanat yang terdapat dalam terjemahannya. Jelas berarti
mudah dipahami, memiliki struktur kalimat yang sederhana, memperhatikan ejaan dan memilih kosakata yang
lazim dan tepat dipakai. Wajar berarti b
ahasa terjemahan
itu lancar, wajar dan tidak
terasa ada keganjilan
Syihabuddin, 2002: 207. 7.
Buku bilingual merupakan s
ebuah buku yang menyeimbangkan penggunaan dua bahasa yang berbeda
. B uku
Bilingual Information and communication technology merupakan buku bilingual yang menggunakan
dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan
serta penilaian kualitas terjemahan, pengertian bilingual dan manfaat bilingual serta mengaitkannya dengan
buku bilingual Information and communication
technology, pengertian terjemahan dan penerjemahan serta teori tentang penerjemah dan kompetensi penerjemah. Selain itu untuk menggambarkan alur
berpikir peneliti, akan disajikan kerangka pikir yang mencakup analisis dan hubungannya dengan teori.
2.1 Teknik Penerjemahan
Menurut Collins English Dictionary, technique is a practical method, skill, or art applied to a particular task. Teknik adalah suatu metode, keahlian atau
seni praktis yang diterapkan pada suatu tugas tertentu. Dari defenisi tersebut terdapat dua hal penting yaitu: 1 teknik sebagai hal yang bersifat praktis dan 2
teknik diberlakukan terhadap tugas tertentu dalam hal ini tugas penerjemahan, dari dua butir penting ini dapat dipahami bahwa teknik berbeda dengan metode dan
prosedur yang sifatnya kurang-lebih normatif. Sesuai dengan sifatnya yang praktis, ”teknik” secara langsung berkaitan dengan permasalahan praktis
penerjemahan dan pemecahannya daripada norma maupun pedoman penerjemahan tertentu Machali, 2009:107.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu Molina Albir 2002:509 mendefinisikan teknik penerjemahan sebagai prosedur untuk menganalisa dan mengklarifikasikan
bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual.
Penelitian ini mengadopsi 18 teknik penerjemahan yang diusulkan Molina Albir
, 2002:509
serta membandingkannya dengan pendapat ahli penerjemah
lainnya. Berikut jenis teknik-teknik penerjemahan tersebut: 1.
Adaptasi adaptation, teknik penggantian unsur budaya pada Bsu dengan hal
yang sifatnya sama pada budaya Bsa Molina Albir, 2002:509. Teknik ini sama dengan teknik yang diungkapkan oleh ahli lainnya seperti Newmark,
1988:82 disebut ’culltural equivalent, sementara Baker, 1992:31 mengungkapkannya sebagai cultural substitution, dan Hoed, 2006:12
menyebutnya sebagai padanan budaya. Konsep adaptasi di atas juga selaras dengan pendapat Newmark 1988:91. Jadi teknik adaptasi belum tentu
mengubah seluruh teks menjadi sebuah saduran, karena teknik ini hanya menerjemahkan unsur-unsur teks saja, kecuali memang semua unsur dalam
teks diadaptasi secara keseluruhan. Kalau dalam terjemahan Inggris ke Indonesia kita menjumpai terjemahan frasa Dear sir menjadi yang ’terhormat’
atau frasa Sincerely yours diterjemahkan menjadi ‘hormat saya’. Teknik penerjemahan ini disesuaikan dengan budaya sasaran dalam bahasa Indonesia.
D emikian juga halnya dengan ungkapan as white as snow, misalnya, digantikan
dengan ungkapan seputih kapas, bukan seputih salju karena salju tidak dikenal dalam bahasa sasaran.
Universitas Sumatera Utara
2. Amplifikasi
amplification, teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau
memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam Bsu Molina Albir, 2002:509. Amplifikasi merupakan lawan dari reduksi atau pengurangan. Hal
senada juga diungkapkan oleh Newmark 1988:90 sebagai Paraphrase dalam prosedur penerjemahannya, Newmark mengungkapkankan bahwa paraphrase
adalah penjelasan tambahan makna dari sebuah segmen teks karena segmen tersebut mengandung makna yang tersirat atau hilang, sehingga perlu
dijelaskan atau diparafrasa sehingga menjadi lebih jelas. Sementara itu Molina dan Albir 2002:502 menyatakan bahwa teknik penambahan dilakukan untuk
mengklarifikasi sebuah ekspresi ellipsis, menghindari ketaksaan atau ambiguitas, menambah konektor. Berikut adalah beberapa contoh teknik
penambahan: Bsu: employees of all industries took part in the conference. Bsa: karyawan-karyawan dari semua cabang industry mengambil bagian
dalam konferensi tersebut. Terdapat penambahan kata cabang untuk memperjelas industry. Demikian juga halnya dengan k
ata Ramadan, misalnya, diparafrasa menjadi Bulan puasa kaum muslim.
3. Peminjaman
borrowing, adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Peminjaman itu bisa
bersifat murni pure borrowing atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi naturalized borrowing. Teknik peminjaman murni juga dikenal dengan
sebagai transference oleh Newmark 1988:81, sementara itu Baker 1992:36 menyebutnya sebagai loan word. Hal senada juga diungkapkan oleh Hoed
2006:12 sebagai teknik dengan tidak diberi padanan Hoed, 2006:12. Contoh dari pure borrowing adalah harddisk yang diterjemahkan menjadi
Universitas Sumatera Utara
harddisk. Teknik naturalized borrowing sama dengan teknik penerjemahan fonologis yang diungkapkan Hoed, 2006:12 dan prosedur naturalisasinya
Newmark 1988:82 yaitu dengan mengambil bunyi kata yang bersangkutan dalam Bsu untuk disesuaikan dengan sistem bunyi atau pengucapan seperti
contoh dari naturalized borrowing adalah computer yang diterjemahkan menjadi komputer, goal diterjemahkan menjadi gol.
4. Kalke calque, teknik penerjemahan dengan mentransfer kata atau frasa dari
Bsu secara harfiah ke Bsa baik secara leksikal maupun struktural Molina Albir, 2002:509; Dukate, 2007:44.
Contoh: secretariat general diterjemahkan menjadi sekretaris jendral, begitu juga dengan frasa formal education
diterjemahkan menjadi pendidikan formal. Interferensi struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah ciri khas dari teknik calque.
5. Kompensasi compensation, teknik memperkenalkan elemen informasi atau
efek stilistik lain pada tempat lain pada Tsa karena tidak ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam Tsu Molina Albir, 2002:509; Newmark,
1988:90. Contoh: Never did she visit her aunt diterjemahkan menjadi, Wanita
itu benar-benar tega tidak menemui bibinya. Sama halnya dengan Enter,
stranger, but take heed. Of what awaits the sin of the greed. Diterjemahkan menjadi Masuklah orang asing tetapi berhati-hatilah. Terhadap dosa yang
ditanggung orang serakah.
6. Deskripsi description, teknik yang mengganti istilah dengan deskripsi
bentuk atau fungsinya Molina Albir, 2002:509. Hal ini berbeda dengan amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi yang implisit. Teknik yang
termasuk jenis ini antara lain padanan deskriptif descriptive equivalent dan
Universitas Sumatera Utara
padanan fungsional functional equivalent dalam Newmark, 1988:83. Contoh: kata dalam bahasa Italia panettone diterjemahkan menjadi kue
tradisional Italia yang dimakan pada saat tahun baru. Teknik penerjemahan
tersebut dilakukan karena dalam bahasa Inggris tidak dikenal istilah atau jenis makanan Panetto, sehingga dianggap untuk menggantikan kata benda itu
dengan sebuah desripsi yang menggambarkan jenis makanan tersebut. 7.
Kreasi diskursif discursive creation, teknik Penggunaan suatu padanan
temporer yang diluar konteks atau tak terprediksikan. Dengan kata lain teknik penerjemahan yang berupaya untuk menentukan atau menciptakan sebuah
padanan sementara yang benar-benar di luar konteks yang tak terprediksi. Hal tersebut biasanya digunakan pada penerjemahan judul Molina A1bir,
2002:509. Contoh: Judul buku Si Malinkundang diterjemahkan sebagai A
betrayed son si Malinkundang 8.
Kesepadanan lazim established equivalent, Penggunaan istilah yang telah
lazim digunakan baik dalam kamus atau dalam bahasa sasaran sebagai padanan dari Bsu tersebut Molina Albir, 2002:509. Teknik ini juga
dikenal dengan recognized translationalaccepted standard translation Newmark, 1988:89 atau terjemahan resmi Suryawinata HariYanto,
2003. Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah. Contoh: kata efisien
dan efektive lebih lazim digunakan dari pada kata sangkil dan mangkus, sama halnya dengan red rose diterjemahkan menjadi mawar merah.
9. Generalisasi
generalization, teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral dalam bahasa sasaran Molina Albir, 2002:509 Neutralization
Newmark, 1988:82 dan translation by netralless expressive dan translation
Universitas Sumatera Utara
by general word Baker 1992:36 termasuk dalam teknik generalisasi. Kata
penthouse, misalnya, diterjemahkan menjadi tempat tinggal, dan becak diterjemahkan menjadi vehicle subordinat ke superordinat.
10. Amplifikasi linguistik linguistic amplification, teknik penambahan elemen