Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesalahan dalam pemilihan arti ketika menerjemahkan akan sangat fatal akibatnya pada level yang berbeda-beda. Peristiwa pengeboman Hiroshima pada tanggal 6 Agustus dan disusul Nagasaki 9 Agustus 1945 merupakan salah satu dampak kesalahan penerjemahan yang mengakibatkan ribuan manusia cacat, luka, bahkan meninggal. Perdana mentri Jepang, Suzuki Kantarou saat itu, mengadakan pidato kenegaraan di radio yang disiarkan ke seluruh penjuru bumi. Pidatonya berbunyi, Seifu wa kore o mokusatsu shi, aku made sensou kanchiku ni maishin suru. Kantor berita Doumei menerjemahkan menjadi Goverment is ignoring the declaration and until then we still go forward with the war solution. Pemerintah AS yang mendengarnya mengira ignoring sama dengan rejecting dan 10 hari kemudian menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang berakibat akhirnya Jepang menyerah pada sekutu. Menurut Torikai Kumiai, ahli penerjemahan Jepang, memang dalam bahasa Jepang pun arti mokusatsu memiliki dua arti yang aimai bermakna bias yakni menolak dan tidak mau berkomentar dulu atau ingin berdiam diri sejenak. www.kingtranz.com Salah satu contoh data pada kalimat yang merupakan kesalahan penerjemahan buku bilingual ICT dapat dilihat pada halaman 14:C tentang multimedia pada kalimat sebagai berikut, Bsu:” Microsoft Windows Vista provides Windows Media Player 11 as an application to play multimedia files” diterjemahkan ke dalam Bsa menjadi “Windows Media Player 11 sebagai aplikasi Universitas Sumatera Utara file-file pemutar multimedia” yang seharusnya diterjemahkan menjadi Windows Media Player 11 sebagai aplikasi pemutar file-file multimedia” hasil terjemahan pada buku bilingual ICT hal. 14: C menurut hemat peneliti, penerjemah menerapkan teknik modulasi yang tidak ada kaitannya sama sekali ke dalam Bsu namun justru menyebakan distorsi makna yang terdapat pada frasa nomina Bsa aplikasi file-file pemutar multimedia, sebab menurut pendapat salah seorang ahli di bidang komputer dikatakan bahwa bukanlah file yang memutar multimedia, melainkan aplikasi multimedia seperti windows media player yang mampu memutar atau membaca file bertipe multimedia baik audio, video maupun gambar. Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia sangat perlu dikaji secara mendalam melalui proses penelitian agar diperoleh informasi yang tepat dan akurat. Apakah penyampaian pesan atau informasi yang terdapat dalam bahasa sasaran bahasa Indonesia, sudah tepat atau belum? Kesalahan penerjemahan buku-buku teks pelajaran yang berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dikhawatirkan bukannya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, namun justru menyesatkan para peserta didik. Di era globalisasi saat ini penerjemahan buku-buku berbahasa asing khususnya teknologi informasi komputer sering kali menyisakan kesulitan sendiri bagi para ahli bahasa dikarenakan ilmu komputer merupakan teknologi baru yang terus menerus berkembang dan menciptakan istilah-istilah baru yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam ilmu linguistik. Bahasa Inggris yang dipergunakan Universitas Sumatera Utara dalam komputer, baik dalam perangkat lunak maupun perangkat kerasnya, diduga telah menyulitkan pengguna dalam memanfaatkan komputer. Oleh karena itu tidak jarang terjemahan langsung suatu istilah terasa janggal untuk diucapkan maupun ditulis. Sebagai contoh istilah mouse terasa janggal bila diterjemahkan menjadi tikus, begitu juga dengan istilah memory menjadi kenangan atau menu menjadi daftar makanan dalam bahasa Indonesia, sehingga hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas hasil terjemahannya. Berkualitas tidaknya suatu terjemahan tentu dipengaruhi oleh kompetensi seorang penerjemah dalam melakukan proses penerjemahan khususnya pener- jemahan teks bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam bahasa Indonesia sangat diperlukan, terutama dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang memiliki dampak yang besar bagi pembelajaran. Masing-masing penerjemah memiliki ukuran dan pandangan berbeda mengenai terjemahan yang baik yang bisa saja berbeda satu sama lain walaupun mereka sama-sama ingin menghasilkan terjemahan yang memberikan informasi dan diterima dengan baik oleh masyarakat. Dalam proses penerjemahan, apapun tujuannya, tidak luput dan merupakan cerminan dari ideologi yang dimiliki dan berfungsi dalam masyarakat. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai jenis penerjemahan yang memiliki muatan budaya, misalnya: teks sastra, berita surat kabar, film dan ilmu pengetahuan dan teknologi Hoed 2004:1 Menjadi seorang penerjemah khususnya menerjemahkan bidang teknologi tentunya menuntut beberapa kompetensi. Neubert 2000:6 mengidentifikasikan lima parameter kualitatif kompetensi penerjemahan, yaitu kompetensi kebahasaan, Universitas Sumatera Utara kompetensi tekstual, kompetensi bidang keilmuan yang diterjemahkan, kompetensi budaya, dan kompetensi transfer. Hal senada juga diungkapkan Sakri, 1999:1 yang mengatakan bahwa siapapun yang berminat melakukannya asalkan mereka memenuhi kompetensi-kompetensi seperti berikut ini: 1 menguasai materi yang akan diterjemahkan, 2 menguasai bahasa asing bahasa sumber yang diterjemahkan, 3 menguasai bahasa sasaran dengan baik, dan 4 menguasai teknik penerjemahan. Benny Hoed dalam artikel tentang penerjemah pada situs http:penerjemah.setneg.go.id mengatakan bahwa fasih berbahasa asing tidak dengan sendirinya mampu menerjemahkan. Penguasaan bahasa sasaran sangat penting. Kemampuan menerjemahkan bertumpu pada pengalaman, bakat, dan pengetahuan umum: gabungan pengetahuan atau inteligensi kognitif, rasa bahasa emotif, dan ketrampilan menggunakan bahasa retoris. Seorang penerjemah tidak dapat menerjemahkan naskah untuk segala bidang. Penerjemah harus menguasai pengetahuan umum, seperti tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Larson 1984: 532 menyatakan bahwa terjemahan harus diuji karena penerjemah ingin memastikan keakuratan, kejelasan dan kewajaran terjemahannya. Akurat berarti terjemahannya adalah sepadan dengan teks Bsu. Jelas berarti terjemahannya mudah dipahami oleh pembaca. Wajar berarti terjemahannya merupakan ungkapan-ungkapan yang wajar atau berterima menurut tata bahasa baku bahasa Indonesia untuk menghindari kesalahpahaman pembaca teks bahasa sasaran. Universitas Sumatera Utara S ebagai negara berkembang, Indonesia banyak membutuhkan infomasi mengenai perkembangan terbaru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari negara-negara maju. Seiring perkembangan zaman, informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku ilmu pengetahuan dan teknologi terkini yang banyak diterbitkan dan diperjualbelikan baik di luar maupun di dalam negeri. Namun permasalahanya, buku-buku tersebut sebagian besar ditulis dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Sementara, pengguna buku-buku tadi belum mampu memahami bahasa asing tersebut dengan baik. Hal ini diperparah dengan minimnya ilmuwan dan teknokrat Indonesia yang mampu menulis bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari minimnya buku- buku dari penulis Indonesia Nababan, 2003:2. Kemajuan ilmu dan teknologi menuntut setiap orang untuk terus menerus melakukan usaha peningkatan diri. Penguasaan bahasa asing menjadi salah satu aspek penting sebagai modal utama keunggulan sumber daya manusia berkualitas. Bahasa yang dimiliki oleh bangsa yang unggul dalam bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peluang menjadi wahana komunikasi global. Bahasa Inggris nampaknya menjadi pemenang dalam percaturan komunikasi global Huda, 1999:118. Komunikasi antar budaya tidak selalu mudah dan tergantung pada besarnya perbedaan antara kebudayaan yang bersangkutan. Walaupun secara teoretis penerjemahan tidak mungkin dilaksanakan akibat adanya kesenjangan linguistik dan budaya, secara praktik kegiatan penerjemahan sampai batas-batas tertentu bisa dilakukan dengan cara mencari dan menemukan padanan di dalam bahasa sasaran. Hal ini dimungkinkan Universitas Sumatera Utara karena adanya sifat-sifat universal bahasa serta konvergensi kebudayaan- kebudayaan di dunia Hoed, 1992:80. Pengalihan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui karya terjemahan baik bahasa pengantar komputer, perangkat lunak, perangkat keras telah dilakukan oleh pemerintah khususnya pusat bahasa yang bekerja sama dengan Microsoft untuk mengalihkan lebih dari 250.000 kosakata atau istilah bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Upaya ini memperkaya bahasa Indonesia dan memberi kemudahan generasi muda dalam memanfaatkan komputer dan mengakses teknologi informasi http:www.tempo.com. Namun pengalaman selama ini berdasarkan fakta dilapangan bahwa pengalihan kataistilah bahasa Inggris, yang telah lama digunakan ke dalam bahasa Indonesia cenderung tidak diterima masyarakat. Tidak demikian halnya dengan kataistilah yang baru masuk dalam kehidupan masyarakat langsung dialihkan ke dalam bahasa Indonesia dan diperkenalkan kepada masyarkat pengguna bahasa Indonesia. Kataistilah itu langsung diterima dan digunakan oleh masyarakat Sugono, 2005:2. Masuknya istilah-istilah asing sebetulnya tak terelakkan. Komunikasi semakin gencar dan global, terlebih lagi ke dalam bahasa Indonesia setelah dikatalisasi oleh revolusi Internet. Mayoritas dari apa yang tersedia di web adalah dalam bahasa Inggris. Materi yang berbahasa Indonesia mungkin tidak akan mencapai seperseratusnya. Acara televisi impor, majalah dan buku asing, jumlahnya semakin banyak saja. Semua ini pun masih berkembang amat cepat, sehingga kadang tak ada waktu untuk mensosialisasikan padanan istilah yang telah dibuat. Bisa saja sebuah teknologi hanya bertahan sesaat, sehingga Universitas Sumatera Utara jangankan padanannya, istilah asli di bidang teknologi tersebut pun lebih dahulu tersingkir sebelum sempat populer di masyarakat Haryanto, 2002:4 Berdasarkan latar belakang di atas dan pentingnya peranan ilmu komputer sebagai teknologi informasi dan komunikasi yang dituangkan dalam buku bilingual, sebagai wahana untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal, kemudahan untuk kecepatan saling mengerti antar bangsa khususnya bagi pengguna fasilitas teknologi di Indonesia, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ”Dampak teknik penerjemahan terhadap kualitas terjemahan buku Bilingual Information and Communication Technology ke dalam bahasa Indonesia”

I.2. Rumusan Masalah