Strategi pengembangan agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global

(1)

DALAM MENGANTISIPASI BISNIS HALAL GLOBAL

DWI PURNOMO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global” adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2011

Dwi Purnomo NRP F361070011


(4)

DWI PURNOMO. Halal Agro-industry Development Strategy In Anticipating Global halal Business. Under Supervision of E. GUMBIRA SA'ID, ANAS M. FAUZI, KHASWAR SYAMSU, and MUHAMMAD TASRIF.

The increasing trend of the world halal products and Muslim population had reached 1.8 billion of 6.5 billion people showed an enormous potential business. It was estimated that 12% or USD 347-500 billion of the global food and agricultural products trading per year was halal products. This study aimed to assess halal agro-industrial development strategy by using a combination of observations, direct comparisons method, SWOT analysis (strength, weakness, opportunity, threats) and AHP (Analytic Hierarchy Process) to increase Indonesian competitiveness on global halal business and products. The review began with the identification of global halal agro-industry and its business trend development as by observing and identifying five groups of halal products in Malaysia International halal Showcase (MIHAS) in 2009-2011 period. Accordingly, halal agro-industry development external and internal criteria were identified using SWOT analysis to be compared among six ASEAN countries to determine ASEAN halal agro-industry competitiveness position. Finally, Indonesian halal agro-industry strategy alternatives were formulated under SWOT-AHP method. Data was collected by conducting focus group discussions, depth interviews, questioners which were involving 34 respondents in total consisted of experts, policy makers, industrialists, international customers, associations and academicians. The results showed that the developments of Indonesian halal halal were potentially strategic. Indonesian halal agro-industry premised in a strategic position, but it was situated in the fifth position among other six ASEAN countries. The development of Indonesian halal agro-industry was formulated to protect halal domestic market and gradually to increase its national competitiveness to become a global halal business excellence. The strategies chosen were developing halal compatible logistics infrastructure, improving legislation and long-term development plans, increasing coordination among the policies and interests, developing advocacy on trading and networking skills, increasing the competitiveness of the domestic halal products, increasing the halal agro-industry research and development mastery, increasing public awareness and the creation of the halal industry champions. The results of this study expected to be used as a reference for various stakeholders for strategic decision making to increase Indonesian halal agro-industry competitiveness.

Keywords: Agro-industry, Halal, Development Strategy, SWOT analysis, Quantitative-SWOT-, SWOT-AHP


(5)

DWI PURNOMO. Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis halal Global. Dibimbing oleh E. GUMBIRA SA’ID, ANAS M. FAUZI, KHASWAR SYAMSU, dan MUHAMMAD TASRIF.

Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar dunia dengan pasar halal terbesar di dunia (Karim, 2010), selain hal tersebut Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai negara agraris dan maritim yang menjadi potensi perkeonomian yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi kegiatan bernilai tambah. Salah satunya adalah dengan pembangunan agroindustri yang berkelanjutan. Agroindustri yang memiliki tren meningkat di tingkat internasional adalah agrondustri halal. Produk-produk halal memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata tujuh persen per tahun (Sungkar, 2009) serta tumbuhnya kesadaran konsumen muslim terhadap produk-produk halal dan meningkatjnya jumlah penduduk muslim yang mencapai 1,8 milliar jiwa dari 5,5 milliar jiwa penduduk dunia (Kettani, 2009).

Dengan perkembangan di atas, produsen dan pelaku bisnis halal telah memiliki rencana ekspansi pasar secara internasional, termasuk untuk ekspansi pasar produk halal Indonesia. Sedangkan Indonesia yang memiliki visi pengembangan agroindustri halal hanya melingkupi perlindungan konsumen muslim dalam negeri serta. Untuk jangka panjang, Indonesia terancam menjadi tujuan pasar halal terbesar di dunia, bukan sebagai pelaku dan produsen produk halal utama dunia, hal ini dikarenakan Indonesia tidak memiliki langkah strategis untuk meningkatkan daya sainggnya untuk dapat bersaing di tingkat internasional.

Industri halal merupakan bisnis yang melibatkan 122 negara, setara dengan nilai bisnis senilai US$ 500 Miliar dan dalam hal ini, komunitas Muslim bukanlah satu-satunya yang mengkonsumsi produk halal tetapi merambah ke komunitas lain yang mengenal halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi. Pasar halal internasional tumbuh pesat dan berpotensi mencapai dua miliar konsumen Muslim di seluruh dunia (HDC, 2009).

Tujuan penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis halal Global ini adalah untuk menghasilkan deskripsi kondisi terkini perkembangan

Penelitian ini dibagi menjadi tiga sub kajian utama, yaitu 1) kajian untuk menentukan posisi daya saing agroindustri halal dengan menggunakan analisis SWOT kuantitatif serta dengan metoda pengamatan langsung yang menganalisa tren perkembangan agroindustri halal internasional pada eksibisi halal internasional MIHAS tahun 2009 hingga 2011 di Malaysia, 2) kajian faktor intrisnik produk dan ekstrinsik kelembagaan agroindustri halal pada enam negara ASEAN dan 3) kajian dengan menentukan prioritas strategi yang dilakukan dalam pengembangan agroindustri dengan metode analisis SWOT-AHP.

agroindustri halal Indonesia, menghasilkan analisis situasional dan menyusun strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN.

Perkembangan pasar produk halal global menunjukkan bahwa nilai pasar halal menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Besarnya pangsa pasar produk halal telah mencapai 16 persen dari pasar produk makanan dunia. Sebanyak 63 persen produk halal global dibelanjakan di pasar Asia, 23,8 persen di kawasan Afrika, 10,2 persen di kawasan Eropa dan sisanya di Amerika dan Oseania. Pasar halal dunia saat ini mencapai USD 634 Miliar (World halal Forum, 2009). Wilayah Asia, Asia Barat atau Timur Tengah merupakan pasar terbesar bagi perdagangan


(6)

penduduk muslim (Che-Man, 2009). Dari segi produk,produk-produk bersertifikat halal yang telah dikembangkan secara global antara lain daging, buah-buahan, coklat, makanan beku, hewan laut, makanan kaleng, permen, makanan ringan, pasta dan mi, saus, kue, sereal, seasoning, bumbu, biskuit dan minuman (Gumbira-Sa’id, 2008). Selain itu, para pelaku bisnis global seperti Nestle, KFC, Mc Donald’s, Coca Cola, Pizza Hut dan lain-lain juga sudah terlibat dalam bisnis global (Kassim, 2010).

Pengamatan langsung yang dilakukan pada Malaysia International halal Showcase (MIHAS) periode tahun 2009 sampai dengan 2010 yang mem

Posisi daya saing Indonesia dalam agroindustri halal ditentukan dengan metode analisis SWOT-Kuantitatif dengan membandingkan enam negara ASEAN yang mengembangkan agroindustri halal. Faktor internal terdiri dari sumber daya alam sebagai sumber bahan baku, kemampuan lembaga sertifikasi, sistem sertifikasi halal, tingkat keyakinan kehalalan produk-produk halal (level of trust), jumlah pelaku industri halal, advokasi internasional dan lokal, sarana dan prasarana riset dan teknologi, infrastruktur logistik dan jejaring kelembagaan. Untuk faktor eksternal terdiri dari peluang kebijakan dan komitmen pemerintah, tingkat kesadaran masyarakat dan industri, tingkat inovasi dan daya saing produk, nilai tambah dan dampak ekonomi, besarnya potensi pasar produk-produk halal, pengaruh pasar bebas, tingkat penerimaan lembaga internasional atas standar yang dikembangkan, dinamika global dan makroekonomi dunia serta sistem sertifikasi halal asing.

perlihatkan kekuatan bisnis halal dari negara-negara internasional dan melibatkan 81 negara. Fenomena yang terjadi pada pameran bisnis halal MIHAS yang berlangsung dari tahun 2007 hingga tahun 2011 menujukkan bahwa bisnis halal semakin membesar. MIHAS telah memberikan efek bola salju secara internasional dengan nilai bisnis halal yang semakin membesar. Konsumen juga semakin terbuka menerima produk halal sebagai produk global.

Lima negara ASEAN memiliki posisi daya saing yang strategis dimana terletak di kuadran S-O (kekuatan-peluang). Pada kuadran S-O strategi pengembangan agroindustri akan cenderung atau lebih mengutamakan pemanfaatan potensi internal yang berupa kekuatan untuk meraih peluang-peluang eksternal yang luas sehingga strategi akan bersifat agresif. Satu negara yang berada pada kuadran (S-W) hanya ditempati oleh Filipina yang jauh tertinggal dibandingkan dengan lima negara ASEAN lainnya dalam pengembangan agroindustri halal. meskipun Indonesia berada pada kuadran S-O (kekuatan-peluang) bersama dengan lima negara yang lain, namun terlihat bahwa posisi Indonesia masih tertinggal. Malaysia dan Thailand. Malaysia menjadi negara dengan posisi daya saing yang paling tinggi, sedangkan Indonesia memiliki posisi daya saing yang relatif dekat dengan Brunei Darussalam dan Singapura. Analisis SWOT-kuantitatif menghasilkan delapan alternatif kelompok strategi dengan nilai tertinggi yang diyakini mampu memberikan dampak yang luas pada faktor-faktor lain yang dibutuhkan dalam pengembangan agroindustri halal Indonesia.

Faktor-faktor intrinsik produk dalam pengembangan agroindustri halal merupakan faktor-faktor penting yang menjadi fokus perhatian utama konsumen dalam memilih produk halal yang akan dikonsumsi atau digunakannya serta berkaitan langsung dengan karakteristik produknya. Faktor-faktor intrinsik produk yang digunakan meliputi 1) Penampilan Produk, 2) Rasa, 3) Harga, 4) Mutu, 5) Variasi, Produk, 6) Cara Penyajian, 7) Apresiasi Konsumen dan 8) Level of trust. Penilaian terhadap faktor intrinsik produk dilakukan pada lima kelompok produk-produk halal yang dikaji yakni 1) Produk Daging, (2) Produk makanan dan minuman


(7)

kosmetik dan obat-obatan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa, Malaysia dan Thailand memiliki tingkat kematangan faktor intrinsik produk yang jauh lebih maju. Indonesia berada pada posisi yang cukup baik dalam penguasaan fakor-faktor intrinsik produk dengan skor rata-rata di atas tiga. Indonesia cukup unggul dalam hal harga, rasa, variasi produk dan level of trust. Dalam hal mutu, penampilan produk dan cara penyajian, Indonesia perlu memberikan perhatian lebih dalam agar mampu ditingkatkan atau menyamai kekuatan produk-produk halal kompetitor dari negara lain.

Faktor-faktor ekstrinsik kelembagaan yang dikembangkan dari kriteria yang dihasilkan pada analisis SWOT-kuantitatif terdahulu terdiri dari 1) Kebijakan dan komitmen pemerintah, 2) Tingkat kesadaran masyarakat dan industri, 3) Advokasi internasional dan lokal, 4) Tingkat inovasi dan daya saing produk, 5) Kemampuan lembaga sertifikasi, 6) Riset dan penguasaan teknologi, 7) Ketersediaan bahan baku, 8) Potensi pasar, 9) Jejaring kelembagaan, 10) Infrastruktur logistik, 11) Sistem sertifikasi halal, dan 12) Kekuatan dan jumlah pelaku industri halal. Hasil perbandingan hasil analisis kekuatan, kelemahan, potesi dan ancaman secara keseluruhan menunjukkan bahwa, Malaysia dan Thailand menjadi negara yang memiliki kelengkapan faktor ekstrinsik kelembagaan yang jauh lebih maju dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Perumusan strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia, lebih lanjut menggunakan metode AHP. Agroindustri halal Indonesia memiliki beberapa faktor yang kondisinya mendekati ideal seperti potensi pasar yang besar, kemampuan lembaga sertifikasi, ketersediaan bahan baku dan sistem sertifikasi yang paling unggul di dunia, sedangkan faktor infrastruktur menjadi faktor dengan kondisi eksiting terburuk dan tingkat urgensi yang paling tinggi. Faktor lain yang perlu segera diatasi adalah kemampuan riset atau penelitian dan pengembangan, tingkat inovasi, kemampuan advokasi, serta komitmen pemerintah yang rendah. Hasil yang diperoleh dari penentuan prioritas strategi dalam pengembangan agroindustri halal, adalah 1) Pembangunan infrastruktur logistik yang kompatibel dengan konsep halal, 2) Perbaikan perundang-undangan dan rencana pembangunan jangka panjang, 3) Peningkatan koordinasi antar pemangku kebijakan dan kepentingan, 4) pengembangan kemampuan advokasi dan jejaring kerjasama perdagangan, 5) Peningkatan daya saing produk halal dalam negeri, 6) Peningkatan penguasaan penelitian dan pengembangan agroindustri halal, 7) Peningkatan kesadaran masyarakat dan industri dan 8) Penciptaan halal champions.

Kata Kunci : agroindustri, halal, strategi pengembangan, analisis SWOT, SWOT-Kuantitatif, SWOT-AHP.


(8)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan kepada khalayak dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(9)

DALAM MENGANTISIPASI BISNIS HALAL GLOBAL

DWI PURNOMO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(10)

:

Penguji pada Ujian Tertutup 1. Dr. Ir. Liesbetini Hartoto, M.S. 2. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng

Penguji pada Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr. Dedi Fardiaz, M. Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2. Dr. Dedi Mulyadi, M.Si

Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Kementrian Perindustrian Republik Indonesia 3. Dr. Ir. Sam Herodian, M.S.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

4. Dr.Eng. Taufik Djatna, S.TP, M.Si.

Sekretaris Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor


(11)

Mengantisipasi Bisnis Halal Global

Nama : Dwi Purnomo

Nomor pokok : F361070011

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa’id, M.A.Dev.

Anggota

Prof. Dr. Anas M. Fauzi, M.Eng. Prof. Dr. Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc.St.

Anggota

Anggota

Dr. Ir. Muhammad Tasrif

Mengetahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Teknologi Industri Pertanian

Dr. Ir. Machfud, MS. Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr.


(12)

(13)

Pencapaian ini secara khusus saya dedikasikan untuk Ibunda tercinta dan tersayang Rr. Sri Widodo sebagai hadiah ulang tahun yang ke-70. Terimakasih atas doa yang senantiasa terus mengalir disertai dengan dorongan semangat yang tak pernah padam, serta bantuan materi dan cinta kasih yang telah Ibunda sehingga penulis mampu menyelesaikan program Doktor ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi juga penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA selaku Rektor Universitas Padjadjaran yang telah memberikan ijin, bantuan serta dukungan penelitian selama menempuh Program Doktor ini.

2. Prof Dr. Ir. Nurpilihan Bafdal, Prof.Dr. M. Ade Moetangad Kramadibrata, Dipl.,Ing. M.Res.Eng., Sc., Prof Dr. Ir. Roni Kastaman, Prof. Dr.Ir. Imas Siti Setiasih, S.U., Prof. Carmencitta, Guru Besar Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

3. Ir. Mimin Muhaemin, M.Eng., Ph.D., Sudaryanto, Ir.M.S., Tati Sukarti Ir.,M.S., dan seluruh civitas akademika Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran.

4. Bapak Alexi B. Adi, Bapak Bambang Suhada, Bapak Suhardjito serta rekan-rekan mahasiswa Program Doktor Program Studi Teknologi Industri Pertanian angkatan 2007.

5. Keluarga Besar R. Djikun Tjokroatmodjo (Alm), Brigjen. Pol. Purn.H. Murhadi,S.H.,M.H., Kombes Pol. Purn. Hj. Sri Sudarmi, Hj. Sri Muryati, Sri Kusmiati, Sri Sugiarti, S.E., Letkol (Inf) TNI AD Suharto,S.Sos., Drs. Nono Sukirno Dadang Suherman, S.Pd. dan seluruh sepupu, dan keluarga besar Pawiro Utomo (Alm). Bapak Drs. Heryanto, Dr. Widjajani, Dian Aquarita S.T , Ir. Belli Belinda, Ir. Dandi Budiman, Bambang Bayu Febbyanto, Ibu Rerry Andriany, Kukuh Tohadiyono, Widdy Kardiansyah, Siti Amalia, Rizky, Puni..

6. Ibu Nurjanah dan karyawan Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB dan SPS IPB.


(14)

(15)

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, disertasi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Disertasi ini berjudul Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Menantisipasi Bisnis halal Global, yang diselesaikan dengan maskud memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan bisnis berbasis agroindustri halal di Indonesia seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat serta tren pasar internasional terhadap produk-produk halal.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada para personalia di bawah ini :

1. Prof. Dr. Ir. E. Gumbira-Said, MA.Dev selaku ketua komisi pembimbing yang telah memberikan curahan ilmu, waktu, pembelajaran dan motivasi bagi penulis. 2. Prof. Dr. Ir. Anas M. Fauzi, M.Eng., Prof. Dr. Ir. Khaswar Syamsu dan Dr. Ir.

Muhammad Tasrif, M.Eng selaku anggota komisi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan disertasi ini.

3. Dr. Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, Ms., M.Sc, Ph.D, Ir. Suroso Natakusuma, MM, Ibu Ning Rahayu, Ibu Sussy Dyah Widowati, Ir.,MT, Ir. Meiriyanto, Drh. Basir Nainggolan, MM, Ir. Hassanuddin Yasni, MM, Irfan Fauzani, MM, Gunawan Abitama, Ir, Drs. Zafrullah Salim, M.H, Rhadeya Setiawan, Ir.,MBA, Agus Susanto, SE., Tamzil Muhammad, Bapak AA Aikma serta personalia lainnya yang telah menjadi nara sumber serta memberikan bantuan fasilitas dan pengetahuan dalam penyelesaian penelitian ini.

4. Dr. Ir. Sam Herodian, M.S. dan Dr. Ir. Sugiyono, M.App.Sc, Dekan dan Wakil dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan pimpinan ujian tertutup dan terbuka dan tertutup.

5. Dr. Dedi Mulyadi, M.Si., Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementrian Perindustrian R.I. dan Prof. Dr. Dedi Fardiaz, M.Sc dari SEAFAST Center IPB, Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng dan Dr. Ir. Dr. Ir. Liesbetini Hartoto, M.S. selaku penguji luar komisi dalam ujian terbuka dan tertutup. Akhirnya, semoga disertasi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2011 Dwi Purnomo


(16)

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 9 Mei 1980, anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Supardjo (Alm) dan Rr. Sri Widodo. Adik dari Yulia Eka Pujiati (Almh) ini meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian diperoleh dari Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran pada tahun 2003. Penulis menyelesaikan pendidikan S2 pada Departemen Teknik dan Manajemen Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung pada tahun 2005. Selanjutnya, pada tahun 2007 menempuh pendidikan program Doktor di Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sejak tahun 2006 sampai sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Selain sebagai pengajar, penulis juga aktif sebagai peneliti dan penulis serta dan menjadi fasilitator pengembangan kelembagaan industri menengah dan kecil di Provinsi Jawa Barat.

Selama mengikuti pendidikan program Doktor, penulis telah menulis dan melakukan publikasi beberapa artikel ilmiah sebagai berikut :

1. Purnomo D, Gumbira-Sa’idE., Fauzi A.M, SyamsuK., Tasrif

2. Purnomo D, Gumbira-Sa’id

M. 2011. Analisis Kekuatan Keunggulan Komparatif dan Kompetitif Indonesia Dalam Meningkatkan Daya Saing Agroindustri Halal. Dipublikasikan pada Jurnal Teknotan Universitas Padjadjaran (September 2011)

E., Fauzi A.M, SyamsuK., TasrifM. 2011. Kajian Peningkatan Peran Kelembagaan Sertifikasi Halal dalam Pengembangan Agroindustri halal di Indonesia. Dipublikasikan pada Jurnal Fatwa Volume I Nomor 1 Tahun 2011, dipublikasikan pada Buku Fatwa Ulama Indonesia Dalam Sorotan (terbitan Majelis Ulama Indonesia, Juli 2011) serta dipresentrasikan pada

3. Purnomo D, Gumbira-Sa’id

Islamic Conference on MUI Studies, 25 - 26 Juli 2011. E., Fauzi A.M, Syamsu K., Tasrif

4. Purnomo D, Gumbira-Sa’id

M. 2011. Posisi Daya Saing Produk Dan Kelembagaan Agroindustri Halal ASEAN. Diterbitkan pada Jurnal Warta Kebijakan LIPI. Terakrditasi. (Diterima, September 2011)

E., Fauzi A.M, Syamsu K., TasrifM. 2011. Posisi Daya Saing Produk dan Kelembagaan Agroindustri Halal Asean. Dipublikasikan pada Jurnal Teknik Industri Universitas Trisakti (Maret 2012)


(17)

6. Purnomo D, Gumbira-Sa’id

Konsep Program Pengembangan Pertanian Norton pada Agroindustri Halal Dalam Peningkatan Daya Saing Agroindustri halal Indonesia. Dipublikasikan pada Jurnal Teknologi Pertanian, Universitas Andalas (September 2011)

E., Fauzi A.M, Syamsu K., Tasrif

7. Purnomo D, Gumbira-Sa’id

M. 2010. Indonesian Halal-Based Agro Industry Products Development Strategy in Anticipating ASEAN halal-Hub. telah dipublikasikan pada Prosiding International Annual Symposium on Sustainabilty Science and Management. Universiti Malaysia Trengganu. Malaysia 8-11 Mei 2010

E., Fauzi A.M, Syamsu K., Tasrif M. 2011. Indonesian Halal Agro-industry Products Competitiveness Development Strategy. Telah dipublikasikan pada Prosiding International Annual Symposium on Sustainabilty Science and Management. Universiti Malaysia Trengganu. Malaysia 10-13 Juli 2011.

Karya-karya ilimiah tersebut merupakan bagian dari Disertasi program doktor penulis.


(18)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………...…... xiii

DAFTAR TABEL ………... xvi

DAFTAR GAMBAR …..……… xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………... viii

1 PENDAHULUAN……….……… 1

1.1.Pengembangan Agroindustri Nasional………... 1

1.2.Terminologi Halal, Agroindustri Halal dan Halal-Hub………... 4

1.2.1. Halal……… 4

1.2.2. Agroindustri Halal……… 4

1.2.3. Halal-Hub……… 8

1.3. Perkembangan Bisnis Halal Global………. 8

1.4. Perumusan Permasalahan……….. 13

1.5. Tujuan Penelitian……… 15

1.6. Manfaat Penelitian………. 15

1.7. Kebaruan Penelitian………...………. 16

1.8. Ruang Lingkup Penelitian……….. 17

2 TINJAUAN PUSTAKA……….……… 19

2.1. Agroindustri………. 19

2.2. Kecenderungan Pertambahan Penduduk Muslim……….……… 24

2.3. Tren Permintaan Produk Agroindustri Halal Global……… 26

2.4. Strategi dan Perencanaan Startegi………. 27

2.4.1. Pengembangan Strategi………..………. 27

2.4.2. Strategi dan Kebijakan………. 29

2.4.3. Manajemen Strategi dalam Peningkatan Kinerja……….. 30

2.4.4. Elemen-elemen Kunci Proses Pembuatan Kebijakan………. 34

2.4.5. Prinsip Pengembangan Kebijakan Berbasis Pertanian………. 36

2.4.6. Hubungan Pembuatan Kebijakan dengan Analisis Kebijakan……. 37

2.4.7. Fasilitas Pengembangan Agroindustri……….. 39

2.5. Analisis SWOT……….. 45

2.6. Analytical Hierarchy Process (AHP)……… 47

3 METODE PENELITIAN………..…. 49

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian……… 49

3.2. Langkah-langkah Penelitian……… 52

3.3. Jenis dan Sumber Data………. 53

3.4. Instrumen Penelitian………...……… 54

3.5. Tahapan Penelitian……… 55


(19)

xiv 61 66 67 69 71 73 74 77 84 86 88 93

5.1. Perkembangan Umum MIHAS………. 93

5.2. Penyelenggaraan Pameran Produk……… 94

98 101 102 105 105 117 121 121 125 7.2.1. Penampilan Produk ………... 127

128 129 130 130 131 132 133 135 7.3.1. Malaysia……… 137

7.3.2. Thailand……… 138

7.3.3. Brunei Darussalam……… 139

7.3.4. Singapura……… 140

7.3.5. Indonesia……… 140

7.3.6. Filipina……… 142

7.4. Dampak Kekuatan Intrsinsik ASEAN Terhadap Indonesia……… 143 7.2.7. Apresiasi Konsumen. ………..………

7.2.8. Level of Trust………

7.2.2. Rasa...

7.2.6. Cara Penyajian………

6 ANALISIS POSISI DAYA SAING AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA.

6.1. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia……… 6.2. Konsep Program Pengembangan Agroindustri Halal………

7 POSISI DAYA SAING PRODUK AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA

7.2.3. Harga ………. .……… 7.2.4. Mutu……… 4.2.4. Amerika……… 4.3.1. Thailand………... 4.3.2. Malaysia……… 4.3.3. Brunei Darussalam………

4.3. ASEAN Halal-Hub………

7.2.5. Variasi Produk ……….……… 4.4. Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT) ……… 4.1. Pasar Halal Dunia……… 4.2. Kemajuan Agroindustri Halal Global………

5.3. Pertemuan Bisnis……… 5.4. Pengunjung MIHAS……… 5.5. Produk-Produk yang Ditampilkan………

5 ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS………...

4.2.1. Asia ……… 4.2.2. Uni Eropa ……… 4.2.3. Timur Tengah ………

7.1. Faktor Intrinsik Produk……… 7.2. Analisis Kondisi Faktor-Faktor Intrinsik di Setiap Negara...


(20)

xv 145 147 150 151 153 153 154 154 155 156 156 157 157 158 159 159 160

8.5.1. Malaysia……… 163

8.5.2. Thailand……… 165

8.5.3. Brunei Darussalam……… 167

8.5.4. Singapura……… 168

8.5.5. Indonesia……… 170

8.5.6. Filipina……… 172

173 175 177 185 209 209 210 DAFTAR PUSTAKA……… 219 AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA………….……...…... 145

LAMPIRAN……….

213

10 KESIMPULAN DAN SARAN... 10.1 Kesimpulan... 10.2 Saran...

175 8.4.8. Pasar……… 8.4.9. Jejaring Kelembagaan……… 8.4.10. Infrastruktur Logistik……… 8.4.11. Sistem Sertifikasi Halal……… 8.4.12. Kekuatan Pelaku Bisnis Agrondustri Halal……… 8.5. Analisis Kekuatan Faktor- Faktor Ekstrinsik Di Setiap Negara………

8.6. Dampak Kekuatan Intrinsik ASEAN Terhadap Indonesia ...

9 PENENTUAN PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI HALAL INDONESIA………...

8.4.5. Kemampuan Lembaga Sertifikasi……… 8.4.2. Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri……… 8.4.3. Advokasi Internasional dan Lokal………

9.3. Implementasi Strategi……… 9.1. Kondisi Eksisting dan Urgensi Permasalahan Agroidustri Halal Indonesia… 9.2. Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan……… 8.1. Faktor Ekstrinsik kelembagaan Agroindustri Halal…...

8.4.6. Riset dan Penguasaan Teknologi……… 8.4.7. Ketersediaan Bahan Baku……… 8.4.1. Kebijakan dan Komitmen Pemerintah……… 8.2. Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor Ekstrinsik Agroindustri Halal... 8.3. Penilaian Kekuatan Faktor-Faktor Ekstrinsik di Setiap Negara ……… 8.4. Analisis Kondisi Faktor-faktor Ekstrinsik di Setiap Negara………


(21)

xvi

Halaman

1. Jumlah Penduduk Muslim Dunia Tahun 2010………..……… 10

2. Perkiraan Jumlah Penduduk Muslim Hingga Tahun 2075….………...… 10

3. Ragam Produk Global Bersertifikat Halal …….………….…... 13

4. Perkiraan Jumlah Populasi Muslim Dunia Tahun 2010………..……… 24

5. Tipologi Peluang dalam Inisiatif Nilai Tambah…..………... 43

6. Prinsip-prinsip AHP……….…... 47

7. Responden Penelitian…...………... 60

8. Perkiraan Optimistik Ukuran Pasar Halal Tahunan………... 62

9. Nilai Pasar Halal Global ………... 64

10. Perusahaan Besar Dunia yang Sudah Terlibat Dalam Bisnis Halal Global... 65

11. Komparasi Perkembangan Kebijakan Pendorong Bisnis Halal di Tiga Negara ASEAN………... 12. Jumlah Pabrik Makanan Thailand………..……... 82

13. Negara-Negara Utama Peserta MIHAS……….……….. 95

14. Rumusan Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Halal………. 109

15. Hasil Identifikasi dan Pembobotan Kriteria Masing... 111

16. Bobot Nilai Dari Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal... 115

17. Hasil Pengelompokkan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri……… Halal Berdasarkan Analisis SWOT... 18. Kriteria Pemenuhan Faktor Intrinsik Produk... 122

19. Penilaian Bobot Terhadap Faktor Intrinsik Produk ……... 123

20. Penilaian Kekuatan Faktor-Faktor Intrinsik produk di Setiap Negara ... 124

21. Kriteria Penilaian Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal di Enam Negara ASEAN ……... 22. Tingkat Kekuatan Faktor-Faktor Ekstrinsik kelembagaan Agroindustri Halal di Enam Negara ASEAN ... 23. Perolehan Skor Faktor Ekstrinsik Kelembagaan Agroindustri Halal di Enam Negara ASEAN... 24. Nilai Tingkat Pencapaian dan Tingkat Urgensi Faktor-Faktor Pengembangan Agroindustri Halal Indonesia ... 25. Koordinat SWOT Enam Negara ASEAN Pelaku Agroindustri Halal ... 177

26. Kriteria Daya Saing dan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal… 178 27. Pengelompokan Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Halal... 180

28. Prioritas Perhatian Pengembangan Agorindustri Halal Indonesia………... 182

29. Urutan Altenatif Strategi dengan Metode AHP... 184 76

116

150

176 146


(22)

xvii

1. Elemen-Elemen Potensi Pasar Produk Agroindustri Halal... 6 2. Distribusi Pasar Produk Agroindustri Halal... 7 3. Representasi Tren Pencarian Kata Halal Di Internet... 9 4. Sebaran Penduduk Muslim Dunia... 25 5. Tahap Perumusan Strategi... 32 6. Proses Manajemen Strategi... 33 7. Manajemen Strategik Dalam Penetapan Visi Dan Strategi... 35 8. Taksonomi Kebijakan Pertanian... 36 9. Prinsip Dasar Keberlanjutan Kebijakan Pertanian... 36 10. Elemen-Elemen Pembuatan Kebijakan... 37 11. Kerangka Model Analisis Klaster Berbasis Pertanian... 38 12. Klaster Industri Berbasis Pertanian... 40 13. Peranan Program Pengembangan Pertanian Dalam Pengembangan Ekonomi… 42 14. Ilustrasi Matriks SWOT dalam Indentifikasi Alternatif... 45 15. Kerangka Pemikiran Pengembangan Agroindustri Halal………... 49 16. Kerangka Analisis Kebijakan Agroindustri Halal... 52 17. Alur Pelaksanaan Penelitian... 53 18. Langkah-Langkah Penelitian... 56 19. Alur Tahapan Prosedur Penelitian... 57 20. Tahapan Pengolahan Data Kuantitatif... 59 21. Negara-Negara Konferensi Islam... 63 22. Tren Peningkatan Pasar Halal Dunia... 65 23. Potensi Pasar Halal Terbesar di Asia... 68 24. Jumlah Produk yang Dikembangkan Thailand... 83 25. Lingkup Kerjasama IMT-GT, HDC dan Pengembangan ASEAN Halal-Hub… 89 26. Wilayah Kerjasama Forum IMT-GT... 90 27. Lingkup Kerjasama IMT-GT... 91 28. Jumlah Booths, Peserta dan Negara Asal Peserta... 96 29. Jumlah Peserta Kelompok Perusahaan pada MIHAS Tahun 2007-2011……… 97 30. Jumlah Pertemuan Bisnis Selama MIHAS Tahun 2007-2011... 99 31. Perbandingan Jumlah Negara Peserta Pameran dan Jumlah Negara

Pada Pertemuan Bisnis dalam MIHAS... 32. Jumlah Buyers dan Perusahaan yang Terlibat Transaksi... 100 33. Jumlah Pengunjung dan Asal Negara Pengunjung... 101 34. Matriks SWOT Agroindustri Halal... 106 35. Tingkat Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT)

Agroindustri Halal di Enam Negara ASEAN... 36. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal ASEAN………. 108 37. Posisi Daya Saing Agroindustri Halal Indonesia...…... 113 38. Matriks Strategi Utama ...…... 114 Agroindustri Halal…….………...……… 40. Kondisi Faktor-Faktor Intrinsik Produk di Enam Negara ASEAN... 126

119 100

106


(23)

xviii

Halaman

1. Pengolahan Data Faktor-Faktor Ekstrinsik……….. 220 2. Pengolahan Data Faktor-Faktor Intrinsik………...………… 224

3. Perhitungan SWOT……….………. 228


(24)

1

I.

PENDAHULUAN

1.1.Pengembangan Agroindustri Nasional

Indonesia mempunyai keunggulan komparatif sebagai negara agraris dan maritim. Keunggulan komparatif tersebut merupakan fundamental perekonomian yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing. Dengan demikian, perekonomian yang dikembangkan memiliki landasan yang kokoh pada sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdayaguna bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif tersebut berkembang di Indonesia, salah satunya dalam bentuk pembangunan agroindustri. Pengalaman di masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak mampu mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing yang kuat. Meskipun Indonesia berhasil menjadi salah satu produsen terbesar pada beberapa komoditas pertanian dunia tetapi Indonesia belum memiliki kemampuan bersaing di pasar Internasional. Selain itu, nilai tambah yang diraih dari pemanfaatan keunggulan komparatif tersebut masih relatif kecil, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap rendah.

Belajar dari pengalaman masa lalu tersebut, pendekatan pembangunan ekonomi dalam rangka mendayagunakan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif perlu diubah dari pembangunan pertanian kepada pembangunan agroindustri, di mana pertanian, industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta sektor yang menyediakan jasa yang diperlukan, dikembangkan secara simultan dan harmonis. Berdasarkan Pedoman Umum Pelaksanaan Program/Proyek Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2004) pembangunan pertanian ditujukkan untuk: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani; (2) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada sumberdaya pangan, kelembagaan dan budaya pangan lokal; (3)


(25)

meningkatkan daya saing produk pertanian dan ekspor hasil pertanian; (4) mengembangkan aktivitas ekonomi perdesaan; dan (5) meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha secara adil melalui pengembangan agribisnis.

Saat ini, pengembangan agroindustri memerlukan langkah nyata untuk merangsang investasi, meningkatkan nilai tambah dan mencari pasar-pasar baru di dalam dan luar negeri. Keseriusan upaya merangsang pertumbuhan tinggi di sekor pertanian adalah suatu keharusan apabila pengembangan agroindustri berkerakyatan yang lebih modern dan responsif terhadap perubahan global akan dijadikan prioritas.

Untuk mentransformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing, salah satunya adalah dengan mengembangkan kemampuan agroindustrinya. Agroindustri mampu mengubah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir, termasuk di dalamnya adalah penanganan pasca panen, industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bio-energi, industri pengolahan hasil ikutan serta industri agrowisata (Arifin, 2004).

Keunggulan komparatif Indonesia berupa potensi sumber daya alam yang sangat besar, dengan jumlah penduduk terbesar ke-empat secara global, dan terbesar nomor satu berpenduduk muslim di Dunia merupakan fundamental perekonomian yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing dan dapat dikembangkan menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Memadukan sumber daya alam yang kaya dengan populasi muslim terbesar di dunia secara komprehensif dapat diwujudkan melalui konsep pengembangan agroindustri halal. Hal tersebut merupakan bentuk yang tepat untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki sehingga menjadi penghasil produk-produk bernilai tambah, berdaya saing tinggi dan dalam rangka memenuhi potensi kebutuhan pasar halal domestik dan internasional. Agroindustri halal diharapkan dapat menjawab keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.


(26)

Cakupan produk agroindustri halal meliputi produk-produk bernilai tambah yang diolah sebagai produk makanan halal atau bahan konsumtif yang halal dimakan atau digunakan, adalah jawaban atas permintaan pasar yang besar terutama bagi negara-negara berpenduduk muslim. Potensi yang dimiliki dan tren dunia akan meningkatnya kesadaran konsumen muslim terhadap produk-produk halal dan tumbuhnya jumlah penduduk muslim yang mencapai 1,8 miliar jiwa dari 6,5 miliar jiwa penduduk dunia semakin menguatkan permintaan akan produk-produk halal internasional. Perkembangan produk-produk halal tidak hanya terjadi di negara yang mayoritas penduduknya Islam saja tetapi juga di negara-negara barat, karena perusahaan-perusahaan internasional yang berpusat di negara-negara tersebut kini menggunakan konsep halal sebagai salah satu strategi bisnis dan pemasarannya. Hal tersebut dilakukan, mengingat secara global, pasar halal dunia sangat menjanjikan, dan diperkirakan mencapai sekitar 12 persen dari total perdagangan global produk pangan dan pertanian dengan nilai antara USD 347-500 milyar per tahun (Che-Man, 2006).

Dengan besarnya pertumbuhan rata-rata pasar produk halal yang mencapai tujuh persen per tahun dan diperkirakan mencapai dua kali lipat di beberapa negara Asia dengan jumlah penduduk muslim besar seperti Indonesia, Republik Rakyat China, Pakistan dan India dalam 10 tahun ke depan (Sungkar, 2009), maka banyak negara muslim maupun non muslim berupaya mengembangkan dan meningkatkan produksi produk halal untuk mengisi pasar dunia. Hal ini menjadi suatu masalah yang serius jika potensi masyarakat muslim Indonesia hanya dijadikan pasar oleh negara lain. Keadaan tersebut juga sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia agar dapat memanfaatkan pertumbuhan pasar halal dunia untuk menyiapkan produk halal yang dapat diserap dalam memenuhi kebutuhan produk halal yang semakin meningkat.

Dengan semakin berkembangnya pasar pangan halal global, berbagai negara telah membangun strategi untuk memasuki, memanfaatkan peluang dan mengembangkan bisnis pangan halal domestik, regional maupun global. Upaya pengembangan produk dan pasar halal global salah satunya dilakukan dengan membangun jalinan kerjasama berupa Global Halal-Hub.


(27)

1.2.Terminologi Halal, Agroindustri Halal dan Halal-Hub

1.2.1. Halal

Produk halal, secara syariah Islam adalah produk yang baik, atau dikenal dengan istilah halaalan, thayyiban dan mubaarakan dan tidak terdiri dari najis atau bercampur najis (Ibrahim, 2008), sedangkan menurut Menurut Dahlan (2009), halal memliki arti diperbolehkan untuk dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim. Lebih jauh, pangan halal harus aman bagi seluruh konsumen (aspek kesehatan) tanpa unsur yang tidak diperbolehkan (haram) dan kotoran (najis) bagi umat muslim (aspek keamanan spiritual).

Dalam terminologi Islam, pada prinsipnya semua bahan makanan dan minuman adalah halal, kecuali yang diharamkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Bahan yang diharamkan Allah SWT adalah bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah (QS. Al-Baqarah; 173), sedangkan minuman yang diharamkan Allah adalah semua bentuk khamar (minuman beralkohol) (QS. Al-Baqarah; 219).

Hewan yang dihalalkan akan berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena tercekik, terbentur, jatuh ditanduk, diterkam binatang buas dan yang disembelih untuk berhala (QS. Al-Maidah; 3). Jika hewan-hewan tersebut sempat disembelih dengan menyebut nama Allah sebelum mati, maka akan tetap halal kecuali diperuntukkan bagi berhala (LPPOM- MUI, 2009).

1.2.2. Agroindustri halal

Agroindustri adalah bagian atau salah satu sub-sistem agribisnis yang memperoleh dan mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi yang langsung dikonsumsi (Gumbira-Sa’id dan Intan, 2004).

Dikaitkan dengan kehalalan produk, maka bagian-bagian dalam sistem yang menghasilkan dan mentransformasikan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi seperti dalam definisi agroindustri di atas, harus memenuhi prinsip-prinsip mendasar yang harus diperhatikan atau khamsu halaalaat mengenai kehahalan suatu produk. Kehalalan suatu produk ditentukan oleh empat faktor yang dijelaskan sebagai berikut (Dahlan, 2009).


(28)

1. Sumber Daya Manusia (Man).

Abattoirs yang menjadi pemotong hewan merupakan penganut agama Islam 2. Bahan Baku (Materials).

Bahan baku yang dikategorikan sebagai bahan baku halal adalah yang dijelaskan dalam syariat Islam, terutama dari sumber perolehannya. Hewan yang halal dimakan tidak dapat dimakan secara serta merta, tetapi harus melalui proses penyembelihan, pengulitan dan proses penanganan yang sesuai dengan syariah Islam dengan tidak melibatkan unsur yang tidak diperbolehkan (haram) atau ditambahkan dengan bahan-bahan yang tidak jelas asal-usulnya termasuk kotoran (najis), serta tidak boleh terkontaminasi dengan zat-zat haram, minuman beralkohol, darah dna hewan atau tanaman beracun.

3. Mekanisme (Mechanism).

Dalam melakukan pengolahan produk halal, persiapan, proses, transportasi dan penyimpanannya tidak boleh dicampuradukkan dengan bahan-bahan atau ramuan yang tidak halal. Alat-alat memasak seperti belanga, periuk, sendok dan sebagainya. harus suci, bersih dan halal. Tempat membasuh segala perkakas masakan dan hidangan harus dipisahkan antara yang halal dengan yang haram.

4. Keuangan (Monetary).

Produk yang dihasilkan harus terbebas dari sumber-sumber kauangan yang haram.

Dengan definisi agroindustri, halal dan persyaratan produk halal di atas, maka dapat dirumuskan bahwa arti agroidustri halal yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian atau salah satu sub-sistem agribisnis yang memperoleh dan atau mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi, yang selama prosesnya, baik itu pemotongan hewan, penggunaan bahan baku, mekanisme, sumber keuangan dan atau manejemennya mempertimbangkan hukum Islam untuk menciptakan produk yang baik dengan pemenuhan terhadap persyaratan kemanan secara religious khususnya bagi umat muslim (spiritual safety concern), serta secara umum


(29)

memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kesehatan (quality and health concern) yang dapat dikonsumsi atau digunakan oleh umat Muslim ataupun non-Muslim, dimana tidak terdiri dari unsur-unsur yang diharamkan, najis atau bercampur najis.

Dalam pengembangan pasar produk agroindustri halal, kecermatan terhadap kondisi bisnis dan perdagangan produk agroindustri halal yang meliput i elemen-elemen konsumen, produk, maupun praktik perdagangan perlu dicermati. Terdapat empat hal yang penting dalam menentukan potensi pasar produk-produk agroindustri halal (Gambar 1) yaitu kondisi permintaan produk saat ini dan yang akan datang, kompetisi internal dan struktur industri, adaptasi pasar terhadap rasa, pilihan, dan lainnya serta hambatan tarif dan non tarif di wilayah domestik maupun global.

Gambar 1. Elemen-Elemen Potensi Pasar Produk Agroindustri Halal (Sungkar, 2007)


(30)

Kecermatan pemasaran produk terhadap keinginan dan kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan dan mempertahankan pasar produk agroindustri halal. Konsumen mengharapkan produk agroindustri halal bermutu tinggi dengan harga kompetitif. Pemenuhan terhadap kesesuaian keinginan konsumen perlu diutamakan, sehingga produsen maupun pelaku bisnis perlu memahami karakteristik permintaan terhadap produk halal.

Untuk menghindari kegagalan pasar, produsen maupun pelaku bisnis perlu mencermati keseluruhan rantai perdagangan, tidak saja hanya pada konsumen. Kegagalan pasar produk agroindustri yang terjadi pada umumnya disebabkan oleh kegagalan memilih strategi pemasaran terbaik, kegagalan dalam pengarahan manajemen strategis, kegagalan dalam mengidentifikasi potensi secara tepat, kegagalan dalam berhubungan dengan petugas pemerintah yang tepat, serta kegagalan untuk mengerti perilaku pembelian pelanggan (Gumbira-Sa’id, 2008). Pada Gambar 2 diperlihatkan rantai audit, distribusi dan pemasaran produk agroindustri halal (khususnya untuk produk peternakan).

Industri Pakan

Jagung

Zat Tambahan Pakan Kedelai

Budidaya

Penumbuhan

Pemrosesan Primer

Pemrosesan Sekunder

Distribusi Pasar Tradisional

IMPOR 1. Beku 2. Pemrosesan

Lebih Lanjut Jasa Pangan

Pengecer Bahan Makanan

Ekspor

Pelanggan Akhir DIDORONG OLEH PERMINTAAN

TERPUSAT PADA


(31)

1.2.3. Halal-Hub

Halal-hub merupakan simpul-simpul kerjasama kegiatan dalam hal manajemen, produksi, sertifikasi dan konsultasi yang dilakukan oleh negara-negara yang memiliki kepentingan dalam pengembangan dan pemasaran produk halal. Dalam implementasinya, halal-hub mengarah pada aspek-aspek peraturan dan lembaga yang berwenang atas penanganan dan pengembangan produk halal.

halal-hub diselenggarakan atas peran dan persetujuan dari berbagai organisasi atau badan-badan Islam di negara-negara bersangkutan, para produsen produk halal, pedagang, pembeli dan pihak lainnya yang secara global menyepakati aspek halal sebagai dasar pelaksanaannya. Tujuan utama dari halal-hub adalah menyediakan platform yang dapat dipercaya yang diharapkan mampu menjembatani rantai pasok produk halal global. Hal ini akan menjadi upaya yang sangat bermanfaat bagi setiap individu maupun organisasi yang memiliki pandangan jauh kedepan dalam mengembangkan bisnis halal secara global (Mariam, 2006).

1.3.Perkembangan Bisnis Halal Global

Di dunia terdapat beberapa negara yang memiliki keinginan untuk menjadi halal-hub internasional yakni Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam bahkan negara-negara non-Muslim seperti Inggris, Belanda dan Kanada. Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar cenderung hanya menjadi pasar yang besar bagi produk-produk halal internasional, sehingga harus segera menyiapkan strategi untuk bersaing dengan negara-negara yang telah menjadikan halal-hub sebagai strategi bersaing industrinya.

Sistem perdagangan dan paradigma masyarakat yang senantiasa berubah menuntut perlindungan atas produk yang dikonsumsinya menjadi tuntutan yang tidak dapat dielakkan lagi. Tuntutan akan standar mutu tinggi yang menjamin kemanan dan asal-usul menjadi perhatian masyarakat internasional pada saat ini. Kondisi yang sama juga mulai terjadi pada komunitas Muslim internasional yang semakin kritis untuk mendapatkan produk yang terjamin mutu dan kehalalannya, sehingga mengharuskan produsen untuk dapat memproduksi produk halal sesuai dengan standar sertifikasi halal yang diakui oleh negaranya masing-masing.


(32)

Tren jaminan halal tersebut dikaji dari semakin banyaknya pameran halal internasional yang diselenggarakan oleh berbagai negara. Hingga tahun 2009 produk halal telah dipromosikan dalam 48 pameran internasional di 49 negara dan melibatkan 1,838 pelaku usaha (daganghalal.com, 2009). Bahkan di dunia maya tingkat popularitas pencarian kata ”halal” semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa isu halal semakin mendunia. Gambar 3 berikut menerangkan beberapa kata yang berhubungan dangan halal yang menjadi terminologi yang paling dicari di dunia maya yang didasari oleh keingintahuan masyarakat akan bisnis halal.

Gambar 3. Representasi Pencarian Kata halal di Internet (HDC, 2009)

Selain bukti di atas, perkembangan jumlah penduduk Muslim dunia yang mencapai 1,65 Miliar jiwa pada tahun 2010 (Tabel 1 dan 2) dan yang bergerak cepat menjadi tantangan dan peluang untuk melindungi konsumen Muslim. Upaya perlindungan konsemen muslim perlu dilaksanakan bersamaan dengan upaya meningkatkan daya saing dan standar produksi, sekaligus menjadikannya sebagai momen untuk memanfaatkan potensi bisnis halal yang sangat besar.


(33)

Tabel 1. Jumlah Penduduk Muslim Dunia Tahun 2010 (Kettani, 2010)

Benua Populasi

(Jiwa)

Persentase Muslim (%)

Jumlah Muslim (Jiwa)

Rasio Penduduk Muslim (%)

Asia 4.184.149.728 27,44 1.148.173.347 69,38 Afrika 1.031.761.881 43,33 447.042.815 27,01 Eropa 734.602.633 6,74 49.545.462 2,99 Amerika 939.510.388 1,03 9.704.062 0,59

Oceania 35.799,477 1,33 475.708 0,03

Dunia 6.925.824,107 23,90 1.654.941.394 100

Tabel 2. Perkiraan Jumlah Penduduk Muslim Hingga Tahun 2075 (Kettani, 2010)

Tahun Total Penduduk

(Jiwa)

Populasi Muslim (Jiwa)

Rasio Terhadap Penduduk Dunia

(%)

2000 6.150.471.087 1.397.526.691 22,72 2010 6.925.824.107 1.654.941.394 23,9 2020 7.798.921.234 1.959.770.095 25,13 2030 8.782.084.481 2.320.746.124 26,43 2040 9.889.189.225 2.748.211.429 27,7 2050 11.135.860.028 3.254.412.872 29,22 2075 14.984.127.319 4.966.253.886 33,14

Industri halal, terutama pasar pangan halal merupakan bisnis yang melibatkan 150 negara, mencakup 1,65 miliar populasi Muslim, setara dengan total konsumsi Muslim sebesar US$ 458 Miliar per tahun dan menghasilkan aktivitas perdagangan halal internasional sebesar USD 183 Miliar per tahun (Dahlan, 2009). Komunitas Muslim bukanlah satu-satunya yang mengkonsumsi produk halal tetapi telah merambah ke komunitas lain yang mengenal halal sebagai produk yang memiliki mutu yang tinggi. Pasar halal internasional tumbuh pesat dan berpotensi meraih dua miliar konsumen Muslim di seluruh dunia (HDC, 2009).

Bisnis halal global bahkan berkembang lebih jauh karena jangkauannya mengarah ke arah industri barang dan jasa, kemudian menjadi kekuatan besar dalam arena perdagangan dan keuangan dunia. Jika produk halal dan jasa keuangan Islam disatukan akan mencapai lebih dari satu triliun USD per tahun,


(34)

dan dari pemantauan pasar menunjukkan bahwa tren pertumbuhan yang kuat saat ini meningkat hingga lima sampai sepuluh tahun (Che-Man, 2009).

Dengan berkembang pesatnya populasi Muslim saat ini yang mencapai seperempat dari populasi dunia, menjadikan pasar halal mulai memiliki dampak yang signifikan di pasar global. Kekuatan pasar baru tersebut didorong oleh beberapa faktor berikut: Pertama, banyaknya negara-negara Muslim yang mencapai tahap perkembangan yang dapat mulai mempengaruhi pasar dunia, baik sebagai produsen maupun konsumen. Kedua, secara signifikan, barang-barang seperti daging halal dan layanan perbankan syariah semakin populer di kalangan non-Muslim, sehingga cepat memperluas dan meningkatkan pertumbuhan dalam sektor industri (Che-man, 2006)

Di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand merupakan negara-negara yang sangat aktif dalam memanfaatkan peluang pasar halal global, sedangkan Indonesia meskipun populasi Muslim–nya terbanyak di dunia justru hanya berperan sebagai pasar, bukan sebagai produsen pangan halal global. ASEAN dipelopori Malaysia berkembang sebagai pusat produksi dan pemasaran produk halal global yang dilakukan dengan kerjasama antar negara ASEAN atau dikenal sebagai ASEAN Halal-Hub. Di lain pihak, negara-negara non muslim yang sangat kuat sektor peternakannya seperti

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia menjadi sasaran pasar yang sangat besar potensinya untuk dipenetrasi oleh produk-produk halal internasional. Dengan besarnya potensi di atas, sayangnya pemerintah Indonesia kurang fokus dalam mengembangkan industri halal-nya. Oleh karena itu, pengembangan agroindustri halal di Indonesia perlu dijadikan sebagai landasan pengembangan industri yang kemudian dilengkapi dengan sistem pengembangan strategisnya. Kekuatan yang dimiliki Indonesia tersebut dapat dijadikan peluang untuk dapat memperkuat kemampuan kompetitifnya dalam menghasilkan produk-produk bermutu tinggi serta melindungi pasar domestik dari serangan produk asing, dan dalam jangka panjang Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan peluang pasar global dan menangkap pasar halal dunia.


(35)

Australia, Brazil, dan Kanada saat ini telah menjadi pemasok pangan halal utama dunia untuk produk daging, unggas serta produk peternakan lain dan turunannya dikarenakan telah sadar sepenuhnya akan potensi pasar produk halal yang ada (Gumbira-Sa’id, 2008).

Di wilayah ASEAN, Malaysia adalah negara yang paling serius untuk memposisikan diri menjadi Halal-Hub di kawasan Asia dan pelopor dalam globalisasi sertifikasi halal. Malaysia menjadi negara pertama yang memiliki badan pengelola industi halal dan cetak biru yang memberikan tujuan jelas dan pedoman dalam industri halal-nya. Saat ini, Malaysia tengah mempersiapkan tahap pembuatan cetak biru pengembangan industri halal. Pemerintah Malaysia aktif memberikan insentif, skema atau hibah serta fasilitas lain yang didedikasikan untuk mengembangkan industri halal (Che-man, 2006).

Di lain pihak, Thailand yang menjadi salah satu produsen pangan utama di wilayah Asia, mendirikan industri pangan halal di wilayah mayoritas muslim provinsi Pattani dan melakukan negosiasi dengan hipermarket Carrefour untuk memasok pangan halal di berbagai cabangnya di wilayah Asia Tenggara (Musalmah, 2009). Negara Asia lainnya adalah Taiwan yang mengembangkan produk halalnya bekerja sama dengan Malaysia dalam hal sertifikasi pangan halal dan berencana meningkatkan ekspor pangan halalnya untuk tujuan negara-negara Timur Tengah. Saat ini juga Republik Rakyat China secara agresif mengambil peluang pasar produk halal, termasuk Indonesia yang dijadikan sebagai pasar utama produk halalnya.

Pasar produk halal Indonesia adalah salah satu tujuan pasar bagi beragam produsen pangan halal impor produsen global, khususnya di hypermarket dan supermarket besar, antara lain meliputi produk pangan fungsional, produk pangan siap saji, produk bahan tambahan makanan, kosmetik dan bahan-baku industri. Beragam produk yang bersertifikat halal yang telah dikembangkan secara global diperlihatkan pada Tabel 3 berikut.


(36)

Tabel 3. Ragam Produk Bersertifikat Halal Yang Telah Dikembangkan dan Dipasarkan Secara Global (Gumbira-Sa’id, 2008)

Produk Halal Global

Daging Buah-Buahan Olahan Coklat Makanan Beku Hewan Laut Olahan Makanan Kaleng Permen Makanan Ringan

Pasta dan Mi Saus Kue Sereal

Seasoning Bumbu Biskuit Minuman

Perkembangan global diatas menjadi tantangan bagi produk agroindustri halal Indonesia untuk mengisi potensi pasar halal global secara optimal. Oleh karena itu selayaknya Indonesia mampu mengisi potensi pasar yang sangat besar tersebut dengan modal utama berupa sumber daya alam yang mendukung sekaligus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

1.4.Perumusan Permasalahan

Perkembangan produk halal di dunia menjadi suatu trend bisnis yang berkembang dengan pesat. Negara-negara yang maju agroindustri halal-nya diantaranya adalah Malaysia, Brunei Darussalam dan negara-negara lain yang populasi muslim-nya merupakan penduduk minoritas seperti Thailand, Filipina dan Perancis. Negara-negara tersebut mengedepankan produk halalnya sebagai produk yang dipandang sangat penting, sehingga menimbulkan suatu pertanyaan mengenai bagaimana strategi pengembangan produk halal yang perlu dilakukan Indonesia agar tidak hanya dijadikan sebagai target pasar produk halal terbesar.

Urgensi atas permasalahan di atas semakin mengemuka ketika negara-negara ASEAN lainya sudah melangkah jauh lebih maju untuk mengembangkan agroindustri halal-nya. Malaysia dan Brunei Darusalam sejak beberapa tahun yang lalu telah memprediksi bahwa nilai pasar produk halal global segera akan mencapai USD 2.1 Trilyun dengan pertumbuhan sebesar USD 500 Milyar per tahun, dan kemudian menyikapinya dengan berbagai kebijakan untuk mengembangkan industri halalnya sebagai pelopor industri halal di dunia. Pada tahun 2010, Malaysia memposisikan diri menjadi satu-satunya pintu bagi seluruh produk makanan halal yang hendak dipasarkan oleh negara-negara lain (Che-man, 2009)


(37)

Jika rencana Malaysia terlaksana, maka akan sangat banyak sisi negatif yang akan dialami dunia usaha Indonesia, khususnya bagi kalangan industri makanan. Setiap produk Indonesia yang hendak dipasarkan ke luar negeri, terutama ke negara-negara Islam, harus dilegalisasi halal dahulu di Malaysia sebelum dapat dipasarkan ke pasar internasional. Selama ini, indikasi Malaysia membatasi ruang gerak Industri halal, khususnya makanan halal nasional sudah terasa. Misalnya, dengan menciptakan prosedur yang sulit bagi produk Indonesia untuk masuk ke Malaysia serta membatasi jumlahnya. Malaysia juga selalu berusaha mendapatkan berbagai produk dari pelaku usaha pangan Indonesia untuk diduplikasi, walaupun pola tersebut tidak menyimpang dari ketentuan bisnis, karena modusnya adalah kerja sama (Wiliasih, 2008).

Selain negara-negara ASEAN, produk halal ternyata juga mampu menarik minat negara-negara maju yang mayoritas penduduknya non muslim untuk memberikan labelisasi halal pada produknya, hal ini karena halal dinilai sebagai patok duga tertinggi dalam hal standar mutu. Banyak rakyat negara maju yang produk makanan dan jasanya sudah mendapatkan label halal (Dahlan, 2009).

Perkembangan pasar halal global yang tumbuh pesat, didasari dengan potensi pasar, sumber daya yang dimiliki Indonesia dan pergerakan negara-negara lain menjadi latar belakang perlunya untuk segera melakukan perencanaan strategi untuk mengantisipasi perkembangan industri halal dunia. Indonesia, dengan segala potensi yang ada perlu dengan segera berkonsolidasi untuk memberdayakan segenap stakeholder yang terlibat dalam pengembangan agroindustri halal nasional, yakni pengekspor, pengecer, penyedia input produksi, produsen label, perusahaan transportasi, perusahaan logistik pendukung, jasa manajemen, jasa konsultansi, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga pemasaran dan promosi perdagangan, institusi pemerintah serta institusi bisnis pada umumnya.

Potensi lain yang dapat dikembangkan adalah dengan menjalin kerjasama dengan sektor-sektor penting terkait, antara lain kalangan perbankan, perusahaan teknologi informasi dan akademisi. Kerjasama yang dilakukan perlu dilengkapi dengan pengembangan sistem komunikasi dan teknologi informasi bagi industri


(38)

produk halal, antara lain pusat pertukaran informasi produk-produk halal, pusat penelitian dan pengembangan serta sertifikasi halal.

Konsolidasi dari berbagai pihak yang terkait diperlukan untuk merumuskan kebijakan yang tepat sebagai tindakan antisipatif dan strategis dalam pengembangan produk agroindustri halal nasional. Perubahan pola pikir dilakukan untuk mendorong potensi bisnis dan perdagangan produk halal sehingga memberikan manfaat baik secara sosial maupun ekonomis bagi banyak orang. Hal ini dilakukan dengan tujuan menjadikan Indonesia bukan hanya sekedar pasar terbesar, namun juga pelaku utama produsen produk halal di dunia.

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Strategi Pengembangan Agroindustri Halal Dalam Mengantisipasi Bisnis Halal Global ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan deskripsi kondisi terkini dari perkembangan bisnis dan

2. Menghasilkan analisis situasional dan kemampuan daya saing agroindustri halal Indonesia.

agroindustri halal ASEAN.

3. Menyusun strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia dalam mengembangkan produk halal yang dapat bersaing di tingkat internasional, khususnya di ASEAN.

1.6.Manfaat Penelitian

Kerangka strategi yang dikembangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah dalam melakukan perencanaan kebijakan pengembangan agroindustri, serta bagi lembaga-lembaga yang memiliki perhatian khusus bagi pengembangan agroindustri halal di Indonesia. Dalam penelitian ini juga digunakan pendekatan perbandingan secara langsung dengan negara pelaku agroindustri halal lain untuk mengevaluasi struktur integrasi agroindustri halal yang sesuai untuk memperkuat posisi Indonesia dalam mengantisipasi bisnis halal global, terutama dalam kerangka ASEAN halal-hub.


(39)

Implikasi utama dari kerangka penelitian ini di masa depan adalah untuk menekankan pentingnya menciptakan kesesuaian kebijakan pemerintah yang dijalankan dengan orientasi strategis pengembangan agroindustri halal.

1.7. Kebaruan Penelitian

Strategi pengembangan agroindustri halal yang dihasilkan ditujukan agar dapat melindungi pasar dalam negeri dari membanjirnya produk-produk halal asing, serta meningkatkan peran penting Indonesia dalam perdagangan produk agroindustri halal internasional.

Penelitian strategi pengembangan produk agroindustri halal dalam mengantisipasi bisnis halal global ditekankan pada pengembangan potensi dan daya saing Indonesia. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang didukung oleh potensi pemanfaatan sumber daya alam yang tinggi, untuk dikembangkan menjadi salah satu pelaku bisnis dan agroindustri halal global. Meskipun saat ini banyak pelaku dalam negeri yang berkomitmen memajukan industri halal, namun belum ada strategi dan kebijakan khusus untuk meningkatkan peranan, komitmen pengembangan dan pengawasan yang jelas dan berkelanjutan terhadap agroindustri halal.

Terkait dengan kondisi di atas, penelitian yang dilakukan menghasilkan kebaruan pada pemahaman agroindustri halal, karakteristik bisnis dan agroindustri halal sebagai pondasi dalam pemanfaatan potensi dalam negeri untuk dikembangkan menjadi kegiatan industri yang bernilai tambah dan berdaya saing. Penelitian ini juga menghasilkan hasil analisis berupa pertumbuhan bisnis dan agroindustri halal secara global, rincian keterlibatan sektoral pada pelaku agorindustri halal, indeks kinerja agroindustri halal serta desain pengembangan agroindustri halal Indoneisa yang merupakan hasil analisis dan sintesa dari data-data yang diperoleh dengan metode pengamatan langsung, analisis SWOT-Kuantitif dan analisis SWOT-AHP.


(40)

1.8. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk merancang strategi pengembangan agroindustri halal Indonesia menggunakan metoda analitik deskriptif, pengamatan langsung pada pameran MIHAS, survey, wawancara dan Focus Group Discusion, analisis SWOT Kuantitatif, dan analisis SWOT-AHP. Namun karena luasnya cakupan agroindustri halal Indonesia maka dalam penelitian ini ditentukan batasan permasalahan yang digunakan dalam penelitian ini.

Kajian dilakukan dengan batasan pada terminologi agroindustri halal dengan produk-produk halal yang dikaji dibatasi ke dalam lima kelompok, yakni 1) Produk daging, (2) Produk makanan dan minuman olahan, (3) Produk mikrobial, (4) Produk seasoning dan flavour, serta (5) Produk kosmetik dan obat-obatan. Perumusan strategi yang dikaji terbatas pada bagaimana memastikan ke-lima kelompok produk halal tersebut teridentifikasi dari faktor intrinsik produk dan faktor ekstrinsik kelembagaannya untuk diarahkan pada peningkatan daya saing agroindustri halal nasional dalam pasar global.


(41)

(1)

Penampilan

Produk Rasa Harga Mutu

Variasi Produk

Cara Penyajian

Apresiasi Konsumen

Level of trust

1

Indonesia

3,06

3,53

3,94

3,00

3,29

2,82

2,82

3,59

2

Malaysia

4,18

3,65

4,35

4,53

4,00

4,06

4,29

4,47

3

Brunei Darussalam

4,24

3,41

3,47

4,29

3,12

3,88

3,65

4,53

4

Thailand

4,53

3,94

4,18

4,59

4,41

4,24

2,47

2,94

5

Filipina

2,29

3,18

3,06

2,88

2,88

2,88

2,88

2,53

6

Singapura

4,47

3,82

2,53

4,00

3,12

3,94

2,53

2,71

Skor Masing-masing negara terhadap faktor intrinsik

Skor Masing-masing n

Ind

Mal

Bru

Thai

Phi

Sin

1

Penampilan Produk

3,06

4,18

4,24

4,53

2,29

4,47

2

Rasa

3,53

3,65

3,41

3,94

3,18

3,82

3

Harga

3,94

4,35

3,47

4,18

3,06

2,53

4

Mutu

3,00

4,53

4,29

4,59

2,88

4,00

5

Variasi Produk

3,29

4,00

3,12

4,41

2,88

3,12

6

Cara Penyajian

2,82

4,06

3,88

4,24

2,88

3,94

7

Apresiasi Konsumen

2,82

4,29

3,65

2,88

2,47

2,53

8

Level of trust

3,59

4,47

4,53

2,94

2,53

2,71

Skor Masing-masing negara terhadap faktor intrinsik; Transposed

ing Responden Terhadap Bobot Faktor Intrinsik

FAKTOR INTRINSIK 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Penampilan Produk 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2

Rasa 4 3 5 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4

Harga 3 4 2 6 2 3 3 3 1 4 2 2 4 2 2 1 1

Mutu 5 5 4 5 5 5 6 4 5 5 5 6 5 5 5 5 5

Variasi Produk 8 6 6 4 7 8 5 6 8 6 6 5 6 8 4 7 6

Cara Penyajian 2 1 3 3 4 2 2 5 4 1 4 4 2 3 8 6 3

Apresiasi Konsumen 7 8 8 8 6 7 8 7 6 8 8 8 8 7 6 4 7

Level of trust 6 7 7 7 8 6 7 8 7 7 7 7 7 6 7 8 8

36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36

RESPONDEN

Pembobotan Berdasarkan Kepentingan

No. FAKTOR INTRINSIK

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

1

Penampilan Produk

8

7

8

8

8

8

8

8

7

7

8

8

8

8

8

7

7

2

Rasa

5

6

4

7

6

5

5

7

6

6

6

6

6

5

6

6

5

3

Harga

6

5

7

3

7

6

6

6

8

5

7

7

5

7

7

8

8

4

Mutu

4

4

5

4

4

4

3

5

4

4

4

3

4

4

4

4

4

5

Variasi Produk

1

3

3

5

2

1

4

3

1

3

3

4

3

1

5

2

3

6

Cara Penyajian

7

8

6

6

5

7

7

4

5

8

5

5

7

6

1

3

6

7

Apresiasi Konsumen

2

1

1

1

3

2

1

2

3

1

1

1

1

2

3

5

2

8

Level of trust

3

2

2

2

1

3

2

1

2

2

2

2

2

3

2

1

1

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

1 Penampilan Produk

0,22

0,19

0,22

0,22

0,22

0,22

0,22

0,22

0,19

0,19

0,22

0,22

0,22

0,22

0,22

0,19

0,19

0,21

2 Rasa

0,14

0,17

0,11

0,19

0,17

0,14

0,14

0,19

0,17

0,17

0,17

0,17

0,17

0,14

0,17

0,17

0,14

0,16

3 Harga

0,17

0,14

0,19

0,08

0,19

0,17

0,17

0,17

0,22

0,14

0,19

0,19

0,14

0,19

0,19

0,22

0,22

0,18

4 Mutu

0,11

0,11

0,14

0,11

0,11

0,11

0,08

0,14

0,11

0,11

0,11

0,08

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

0,11

5 Variasi Produk

0,03

0,08

0,08

0,14

0,06

0,03

0,11

0,08

0,03

0,08

0,08

0,11

0,08

0,03

0,14

0,06

0,08

0,08

6 Cara Penyajian

0,19

0,22

0,17

0,17

0,14

0,19

0,19

0,11

0,14

0,22

0,14

0,14

0,19

0,17

0,03

0,08

0,17

0,16

7 Apresiasi Konsumen 0,06

0,03

0,03

0,03

0,08

0,06

0,03

0,06

0,08

0,03

0,03

0,03

0,03

0,06

0,08

0,14

0,06

0,05

8 Level of trust

0,08

0,06

0,06

0,06

0,03

0,08

0,06

0,03

0,06

0,06

0,06

0,06

0,06

0,08

0,06

0,03

0,03

0,05

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

BOBOT

Total

FAKTOR

INTRINSIK


(2)

x

Indonesia Malaysia Brunei D Thailand Filipina Singapura Bobot Faktor Instrisik

1

Penampilan Produk

3,06

4,18

4,24

4,53

2,29

4,47

0,21

2

Rasa

3,53

3,65

3,41

3,94

3,18

3,82

0,16

3

Harga

3,94

4,35

3,47

4,18

3,06

2,53

0,18

4

Mutu

3,00

4,53

4,29

4,59

2,88

4,00

0,11

5

Variasi Produk

3,29

4,00

3,12

4,41

2,88

3,12

0,08

6

Cara Penyajian

2,82

4,06

3,88

4,24

2,88

3,94

0,16

7

Apresiasi Konsumen

2,82

4,29

3,65

2,88

2,47

2,53

0,05

8

Level of trust

3,59

4,47

4,53

2,94

2,53

2,71

0,05

1,00

Skor Masing-masing negara terhadap faktor intrinsik

FAKTOR INTRINSIK

No.

Skor x Bobot

Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Agroindustri Halal

No.

FAKTOR INTRINSIK

1 2 3 4 5 6

Indonesia Malaysia Brunei D Thailand Filipina Singapura

1

Penampilan Produk

0,65

0,89

0,91

0,97

0,49

0,96

2

Rasa

0,56

0,58

0,54

0,62

0,50

0,61

3

Harga

0,70

0,77

0,61

0,74

0,54

0,45

4

Mutu

0,33

0,50

0,48

0,51

0,32

0,44

5

Variasi Produk

0,25

0,31

0,24

0,34

0,22

0,24

6

Cara Penyajian

0,44

0,64

0,61

0,66

0,45

0,62

7

Apresiasi Konsumen

0,15

0,22

0,19

0,15

0,13

0,13

8

Level of trust

0,19

0,24

0,24

0,16

0,14

0,15

3,28

4,15

3,82

4,15

2,79

3,59

Total Score x Bobot

Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Daya Saing

Negara

Skor Akhir

Filipina

2,82

Indonesia

3,28

Singapura

3,59

Brunei Darussalam

3,82

Thailand

4,13

Malaysia

4,15

No. Faktor

1

2

3

4

5

6

7

8

Faktor Intrisik

Penampilan

Produk

Rasa

Harga

Mutu

Variasi

Produk

Cara

Penyajian

Apresiasi

Konsumen

Level of

trust

BOBOT

0,214

0,158

0,176

0,111

0,077

0,157

0,052

0,054

1

Indonesia

0,65

0,56

0,70

0,33

0,25

0,44

0,15

0,19

3,28

2

Malaysia

0,89

0,58

0,77

0,50

0,31

0,64

0,22

0,24

4,15

3

Brunei Darussalam

0,91

0,54

0,61

0,48

0,24

0,61

0,19

0,24

3,82

4

Thailand

0,97

0,62

0,74

0,51

0,34

0,66

0,13

0,16

4,13

5

Filipina

0,49

0,50

0,54

0,32

0,22

0,45

0,15

0,14

2,82

6

Singapura

0,96

0,61

0,45

0,44

0,24

0,62

0,13

0,15

3,59

No. Faktor

1

2

3

4

5

6

7

8

1

Indonesia

0,65

0,56

0,70

0,33

0,25

0,44

0,15

0,19

3,28

2

Malaysia

0,89

0,58

0,77

0,50

0,31

0,64

0,22

0,24

4,15

3

Brunei D.

0,91

0,54

0,61

0,48

0,24

0,61

0,19

0,24

3,82

4

Thailand

0,97

0,62

0,74

0,51

0,34

0,66

0,13

0,16

4,13

5

Filipina

0,49

0,50

0,54

0,32

0,22

0,45

0,15

0,14

2,82

6

Singapura

0,96

0,61

0,45

0,44

0,24

0,62

0,13

0,15

3,59

No.

Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Daya Saing

skor

akhir

No.

skor

akhir


(3)

Perhitungan SWOT

Bobot IndonesiaMalaysia ei Daruss Thailand Filipina Singapura

1 S1 Ketersediaan Bahan Baku 0,036 4,83 3,33 1,33 4,33 4,17 1,00

2 S2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 0,043 4,83 3,83 3,00 4,33 1,17 2,67

2 S3 Sistem Sertifikasi Halal 0,042 5,00 4,17 2,83 4,50 1,33 2,67

2 S4 Intrinsik Produk; Level of Trust Harga, Mutu, Variasi Produk, Cara Penyajian 0,053 3,26 4,19 3,82 3,96 2,77 3,39

2 S5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal 0,055 3,00 4,67 2,50 4,83 1,33 2,00

2 W1 Advokasi Internasional Dan Lokal 0,060 3,00 0,17 1,50 1,00 3,17 1,83

2 W2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan Teknologi 0,049 2,17 0,33 2,67 0,50 3,00 2,17

2 W3 Infrastruktur Logistik 0,070 3,67 0,17 1,50 0,50 3,83 0,17

2 W4 Jejaring Kelembagaan 0,063 2,50 0,00 0,67 0,17 2,50 2,00

2 O1 Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah 0,105 2,50 4,67 4,33 4,00 1,33 2,33

2 O2 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 0,049 3,83 4,67 4,83 4,17 1,83 3,33

2 O3 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 0,057 3,33 4,33 3,17 4,50 2,17 4,17

2 O4 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan Agroindustri Halal 0,061 2,83 4,17 3,00 4,50 2,50 4,33

2 O5 Potensi Pasar 0,049 5,00 2,83 1,67 2,00 1,67 1,17

2 T1 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional 0,053 3,00 0,67 1,67 0,17 3,83 0,50

2 T2 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri 0,055 2,17 0,17 1,50 0,50 2,67 0,67

2 T3 Dinamika Global dan Makroekonomi 0,054 2,00 1,17 1,50 1,83 2,17 2,00

2 T4 Sistem Jaminan Halal Asing 0,046 1,83 2,50 2,17 2,00 1,17 1,17 1,000 58,76

1 S1 Ketersediaan Bahan Baku 0,036 4,83 3,33 1,33 4,33 4,17 1,00

2 S2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 0,043 4,83 3,83 3,00 4,33 1,17 2,67

3 S3 Sistem Sertifikasi Halal 0,042 5,00 4,17 2,83 4,50 1,33 2,67

4 S4 Intrinsik Produk; Level of Trust Harga, Mutu, Variasi Produk, Cara Penyajian 0,053 3,26 4,19 3,82 3,96 2,77 3,39

5 S5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal 0,055 3,00 4,67 2,50 4,83 1,33 2,00

6 W1 Advokasi Internasional Dan Lokal 0,060 2,00 4,83 3,50 4,00 1,83 3,17

7 W2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan Teknologi 0,049 2,83 4,67 2,33 4,50 2,00 2,83

8 W3 Infrastruktur Logistik 0,070 1,33 4,83 3,50 4,50 1,17 4,83

9 W4 Jejaring Kelembagaan 0,063 2,50 5,00 4,33 4,83 2,50 3,00

10 O1 Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah 0,105 2,50 4,67 4,33 4,00 1,33 2,33

11 O2 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 0,049 3,83 4,67 4,83 4,17 1,83 3,33

12 O3 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 0,057 3,33 4,33 3,17 4,50 2,17 4,17

13 O4 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan Agroindustri Halal 0,061 2,83 4,17 3,00 4,50 2,50 4,33

14 O5 Potensi Pasar 0,049 5,00 2,83 1,67 2,00 1,67 1,17

15 T1 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar Internasional 0,053 2,00 4,33 3,33 4,83 1,17 4,50

16 T2 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar Dalam Negeri 0,055 2,83 4,83 3,50 4,50 2,33 4,33

17 T3 Dinamika Global dan Makroekonomi 0,054 3,00 3,83 3,50 3,17 2,83 3,00

18 T4 Sistem Jaminan Halal Asing 0,046 3,17 2,50 2,83 3,00 3,83 3,83

KELEMAHAN

PELUANG

ANCAMAN KEKUATAN

KELEMAHAN

PELUANG

ANCAMAN

KEKUATAN

No. Faktor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 O1 O2 O3 O4 O5 T1 T2 T3 T4 Bobot 0,04 0,04 0,04 0,05 0,06 0,06 0,05 0,07 0,06 0,11 0,05 0,06 0,06 0,05 0,05 0,06 0,05 0,05 1 Indonesia 4,83 4,83 5,00 3,26 3,00 3,00 2,17 3,67 2,50 2,50 3,83 3,33 2,83 5,00 3,00 2,17 2,00 1,83 58,76 2 Malaysia 3,33 3,83 4,17 4,19 4,67 0,17 0,33 0,17 0,00 4,67 4,67 4,33 4,17 2,83 0,67 0,17 1,17 2,50 46,04 3 Brunei Darussalam 1,33 3,00 2,83 3,82 2,50 1,50 2,67 1,50 0,67 4,33 4,83 3,17 3,00 1,67 1,67 1,50 1,50 2,17 43,66 4 Thailand 4,33 4,33 4,50 3,96 4,83 1,00 0,50 0,50 0,17 4,00 4,17 4,50 4,50 2,00 0,17 0,50 1,83 2,00 47,79 5 Filipina 4,17 1,17 1,33 2,77 1,33 3,17 3,00 3,83 2,50 1,33 1,83 2,17 2,50 1,67 3,83 2,67 2,17 1,17 42,61 6 Singapura 1,00 2,67 2,67 3,39 2,00 1,83 2,17 0,17 2,00 2,33 3,33 4,17 4,33 1,17 0,50 0,67 2,00 1,17 37,56

S-W O-T

1 Indonesia 1,35 1,25

2 Malaysia 3,87 3,01

3 Brunei Darussalam 1,11 1,69

4 Thailand 3,85 2,71

5 Filipina -0,97 -0,56

6 Singapura 2,34 1,54 3,07 1,09 0,80 1,98

4,39 0,54 3,83 1,13

2,46

2,15 3,13 1,90

4,04 0,17 4,13 1,13

2,70 1,58 3,40 1,71

No.

4,19 2,83 3,50 2,25

STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATHS


(4)

No.

Negara

S-W

O-T

No. No. Faktor

1

Indonesia

1,35

1,25

Simbol

S

W

O

T

2

Malaysia

3,87

3,01

1 Indonesia

0,06

0,05

0,05

0,00

3

Brunei Darussalam

1,11

1,69

2 Malaysia

3,00

3,83

3,00

0,00

4

Thailand

3,85

2,71

3 Brunei Darussalam

0,17

4,67

0,67

0,00

5

Filipina

-0,97 -0,56

4 Thailand

1,50

4,83

1,67

0,00

6

Singapura

0,80

1,98

5 Filipina

1,00

4,17

0,17

0,00

6 Singapura

3,17

1,83

3,83

0,00

S

W

O

T

S-W

O-T

1

Indonesia

4,19

-2,83

3,50

-2,25

1,35

1,25

2

Malaysia

4,04

-0,17

4,13

-1,13

3,87

3,01

3

Brunei D

2,70

-1,58

3,40

-1,71

1,11

1,69

4

Thailand

4,39

-0,54

3,83

-1,13

3,85

2,71

5

Filipina

2,15

-3,13

1,90

-2,46 -0,97 -0,56

6

Singapura

2,34

-1,54

3,07

-1,09

0,80

1,98

FAKTOR Kriteria Daya Saing Agroindustri Halal Simbol

Ketersediaan Bahan Baku KI 1 0,036

Kemampuan Lembaga Sertifikasi KI 2 0,043

Sistem Sertifikasi Halal KI 3 0,042

Intrinsik Produk; Level of Trust Harga, Mutu, Variasi KI 4 0,053

Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal KI 5 0,055

Advokasi Internasional Dan Lokal KI 6 0,060

Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan Teknologi KI 7 0,049

Infrastruktur Logistik KI 8 0,070

Jejaring Kelembagaan KI 9 0,063

Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah KE 1 0,105

Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri KE 2 0,049

Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk KE 3 0,057

Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan KE 4 0,061

Potensi Pasar KE 5 0,049

Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar KE 6 0,053

Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas Standar KE 7 0,055

Dinamika Global dan Makroekonomi KE 8 0,054

Sistem Jaminan Halal Asing KE 9 0,046

FAKTOR Kriteria Daya Saing Agroindustri Halal Bobot Kriteria

KI 1 Ketersediaan Bahan Baku 0,036 0,036 0,471

KI 2 Kemampuan Lembaga Sertifikasi 0,043 0,043

KI 3 Sistem Sertifikasi Halal 0,042 0,042

KI 4 Intrinsik Produk 0,053 0,053

KI 5 Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal 0,055 0,055

KI 6 Advokasi Internasional Dan Lokal 0,060 0,060

KI 7 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan

Teknologi 0,049 0,049

KI 8 Infrastruktur Logistik 0,070 0,070

KI 9 Jejaring Kelembagaan 0,063 0,063

KE 1 Kebijakan dan Komitmen Pemerintah 0,105 0,105 0,529

KE 2 Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri 0,049 0,049

KE 3 Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk 0,057 0,057

KE 4 Nilai Tambah dan Dampak Ekonomi Pengembangan

Agroindustri Halal 0,061 0,061

KE 5 Potensi Pasar 0,049 0,049

KE 6 Pasar Bebas, Keluasan Skup dan Segmen Pasar

Internasional 0,053 0,053

KE 7 Tingkat Penerimaan Lembaga Internasional Atas

Standar Dalam Negeri 0,055 0,055

KE 8 Dinamika Global dan Makroekonomi 0,054 0,054

KE 9 Sistem Jaminan Halal Asing 0,046 0,046

1,000 1,000

Lingkungan Internal

Lingkungan Eksternal Lingkungan

Internal

Lingkungan Eksternal


(5)

Kriteria D Simbol

1

Ketersedi

KI 1

0,036

2

Kemamp

KI 2

0,043

3

Sistem

KI 3

0,042

4

Intrinsik

KI 4

0,053

5

Kesiapan

KI 5

0,055

6

Advokasi

KI 6

0,060

7

Ketersedi

KI 7

0,049

8

Infrastru

KI 8

0,070

9

Jejaring

KI 9

0,063

10

Kebijaka

KE 1

0,105

11

Tingkat

KE 2

0,049

12

Tingkat

KE 3

0,057

13

Nilai

KE 4

0,061

14

Potensi

KE 5

0,049

15

Pasar

KE 6

0,053

16

Tingkat

KE 7

0,055

17

Dinamik

KE 8

0,054

18

Sistem

KE 9

0,046

SWOT

Kriteria

Bobot

Nilai

S1

Ketersediaan Bahan Baku

0,97

S2

Kemampuan Lembaga Sertifikasi

0,97

S3

Sistem Sertifikasi Halal

1,00

S4

Intrinsik Produk; Level of Trust Harga, Mutu, Variasi

Produk, Cara Penyajian, Apresiasi, Konsumen.

0,65

S5

Kesiapan dan Jumlah Pelaku Industri Halal

0,60

4,19

W1

Advokasi Internasional Dan Lokal

-0,60

W2

Ketersediaan Sarana dan Prasarana Riset dan

Teknologi

-0,43

W3

Infrastruktur Logistik

-0,73

W4

Jejaring Kelembagaan

-0,50

-2,27

O1

Kebijakan Dan Komitmen Pemerintah

0,50

O2

Tingkat Kesadaran Masyarakat dan Industri

0,77

O3

Tingkat Inovasi dan Daya Saing Produk

0,67

O4

Agroindustri Halal

0,57

O5

Potensi Pasar

1,00

3,50

T1

Internasional

-0,60

T2

Standar Dalam Negeri

-0,43

T3

Dinamika Global dan Makroekonomi

-0,40

T4

Sistem Jaminan Halal Asing

-0,37

-1,80

Total

Threat

Strength (S)

Weakness (W)

Opportunity

(O)

Threat

(T)

Total

Strenght

Total

Weakness


(6)

Simbol

1

Kebijakan dan Komitmen Pemerintah

K1

2

Tingkat kesadaran masyarakat dan industri

K2

3

Advokasi Internasional dan Lokal

K3

4

Tingkat inovasi dan daya saing produk

K4

5

Kemampuan lembaga sertifikasi

K5

6

Riset dan pengusasaan teknologi

K6

7

Ketersediaan Bahan Baku

K7

8

Potensi Pasar

K8

9

Jejaring Kelembagaan

K9

10

Infrastruktur logistik

K10

11

Sistem Sertifikasi Halal

K11

12

Jumlah Pelaku Industri Halal

K12

13

FAKTOR

INTRINSIK

Harga, Mutu, Variasi Produk , Cara Penyajian, Apresiasi, Konsumen,

Level of trust

K13

14

K14

15

K15

16

K16

17

K17

18

K18

1

A1

2

A2

3

A3

4

A4

5

A5

6

A6

7

A7

8

A8

FAKTOR INTERNAL (SWOT ANALYSIS)

FAKTOR

EKSINTRIK

FAKTOR EKSTERNAL

Nilai tambah dan dampak ekonomi pengembangan agroindustri halal

Keluasan skup dan segmen pasar internasional

Tingkat Penerimaan lembaga internasional atas standar dalam negeri

Dinamika global dan makroekonomi

Resiko penerapan sistem jaminan halal

ALTERNATIF STRATEGI

Peningkatan Kesadaran Masyarakat Dan Industri

Peningkatan Daya Saing Produk Halal Dalam Negeri

Perbaikan Perundang-Undangan Dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Penciptaan Halal Champions

Pembangunan Infrastruktur Logistik Yang Kompatibel Dengan Konsep Halal

Pengembangan Kemampuan Advokasi Dan Jejaring Kerjasama Perdagangan

Peningkatan Penguasaan Penelitian Dan Pengembangan Agroindustri Halal

Peningkatan Koordinasi Antarpemangku Kebijakan Dan Kepentingan