4. Penggunaan Teknologi Pengelolaan Kawasan Mangrove
Pengendalian  dampak  abrasi  pantai,  banjir  pasang  rob,  dan  interusi  air laut  perlu  dilakukan  dengan  menerapkan  teknologi  dan  sekaligus  meningkatkan
kualitas  mangrove  Muara  Angke.  Penerapan  teknologi  pengelolaan  limbah  cair dan  limbah  padat  sampah  perlu  dikembangkan  untuk  mengurangi  pencemaran
lingkungan, baik di wilayah hulu dan hilir.
7.4 Kesimpulan
Hasil  penelitian  ini  telah  merumuskan  arahan  kebijakan  pengelolaan kawasan  mangrove  Muara  Angke  untuk  kegiatan  wisata  alam  dengan
memperhatikan  faktor  eksternal  dan  internal  yang  mempengaruhinya.  Arahan kebijakan  pengelolaan  kawasan  mangrove  Muara  Angke  berkelanjutan  dalam
penelitian  ini  merumuskan  empat  kebijakan  pengelolaan,  yaitu:  1  Penguatan kelembagaan  pengelolaan  kawasan  mangrove,  2  Peningkatan  partisipasi
masyarakat  dalam  pengelolaan  mangrove,  3  Konservasi  mangrove,  dan  4
Teknologi pengelolaan kawasan mangrove.
Pilihan  kelembagaan  pengelolaan  kawasan  mangrove  Muara  Angke menjadi  Taman  Hutan  Raya  merupakan  status  kelembagaan  yang  sesuai  dengan
kondisi  pengelolaan  saat  ini  dan  tuntutan  untuk  mengatasi  permasalahan  dan pengembangan pengelolaan di masa mendatang.
8   KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Kondisi  ekosistem  mangrove  Muara  Angke  tidak  mampu  menjalankan fungsinya  dengan  baik,  yang  disebabkan  oleh:  tingkat  pencemaran  yang  tinggi,
kandungan logam berat  baku mutu kualitas air, penurunan kelimpahan individu burung, salinitas air pada beberapa lokasi 0 ooo air tawar dan  terjadinya abrasi
pantai,  dan  banjir  pasang  rob.    Walaupun  tutupan  vegetasi  NDVI  meningkat, namun  masih  belum  mampu  meningkatkan  fungsi  ekologi  kawasan  mangrove
Muara Angke. Partisipasi,  dan  kesadaran  masyarakat  sekitar  Kelurahan  Kamal  Muara,
Kelurahan  Kapuk,  dan  Kelurahan  Kapuk  Muara  masih  rendah,  serta  kesadaran berpartisipasi  masih  berupa  kesediaan  bekerja  bakti,  serta  belum  ada  kesadaran
masyarakat lokal yang secara sukarela membantu pengelolaan kawasan mangrove Muara  Angke.  Penilaian  keberadaan  masyarakat  terhadap  kawasan  mangrove
sebagai  kawasan  hutan  lindung,  suaka  margasatwa,  taman  wisata  alam,  dan sebagai  tanah  negara  cukup  tinggi,  namun  tidak  diikuti  dengan  partisipasi
pengelolaannya. Nilai  ekonomi  total  kawasan  mangrove  Muara  Angke  DKI  Jakarta
478  ha  sekitar  Rp.  100.009.463.994,-tahun  yang  terdiri  atas  nilai  manfaat langsung
Rp. 19.103.256.000,-tahun,
manfaat tidak
langsung Rp.
80.033.690.876,-tahun,  nilai  pilihan  Rp.  46.205.700,-tahun,  nilai  pewarisan Rp. 35.000.000,-tahun dan nilai keberadaan Rp. 791.311.418,2tahun.
Kondisi pengelolaan kawaan mangrove  Muara Angke DKI Jakarta belum berkelanjutan,  yang  ditunjukkan  dengan  nilai  skor  dimensi  ekologi,  dimensi
ekonomi,  dimensi  sosial,  dimensi  teknologi  dan  dimensi  kelembagaan    75. Faktor-faktor  pengungkit  keberlanjutan  yang  perlu  didorong  adalah  dimensi
ekologi  abrasi  pantai,  pencemaran  lingkungan,  fungsi  konservasi  menurun,  dan sedimentasi,  dimensi  ekonomi  anggaran  pemerintah  untuk  pengelolaan
mangrove,  dukungan  dana  CSR,  dan  aksesibilitas  kawasan  mangrove,  dimensi sosial  partisipasi  pengelolaan  masyarakat,  kesadaran  masyarakat,  dan  perhatian
peneliti,  dimensi  kelembagaan  komitmen  pemerintah  daerah,  keterpaduan
program,  dan  legalitas  kawasan  mangrove,  dan  dimensi  teknologi  teknologi rehabilitasi  mangrove,  teknologi  penanggulangan  pencemaran,  teknologi
pencegahan, dan penanggulangan abrasi atau banjir atau rob. Arahan  kebijakan  pengelolaan  kawasan  mangrove  Muara  Angke
berkelanjutan  dalam  penelitian  ini  merumuskan  4  kebijakan  pengelolaan,  yaitu: 1  Penguatan  kelembagaan  pengelolaan  kawasan  mangrove,  2  Peningkatan
partisipasi  masyarakat  dalam  pengelolaan  mangrove,  3  Konservasi  mangrove, dan  4  Teknologi  pengelolaan  lingkungan  mangrove.  Kelembagaan  pengelolaan
Taman  Hutan  Raya  dinilai  merupakan  pilihan  tepat  dalam  menjawab permasalahan pengelolaan dan tantangan pengembangan pada masa mendatang.
Strategi  kebijakan  penguatan  kelembagaan  pengelolaan  mangrove
dapat dilakukan dengan cara: 1 Penyusunan konsep rencana pengelolaan Taman Hutan  Raya  berikut  dengan  program  dan  kegiatan  pengelolaan,  sinergitas
pengelolaan  mangrove  Muara  Angke  dengan  pengelolaan  pemukiman  Pantai Indah  Kapuk,  antisipasi  terhadap  reklamasi  pantai  dan  pengelolaan  hutan
konservasi yang berada di Kepulauan Seribu Cagar Alam Pulau Bokor dan Suaka Margasatwa  Pulau  Rambut,  kelembagaan  dan  sarana  pendukung  pengelolaan
insitu di Muara Angke, agar mudah dan cepat dalam implentasi pengelolaan,  2 Sosialisasi  dan  penggalangan  dukungan  dari  para  pihak  stakeholders  yang
berkaitan  dengan  pengelolaan  mangrove  Muara  Angke  dalam  kelembagaan Taman  Hutan  Raya,  3  Menyiapkan  usulan  status  pengelolaan  Taman  Hutan
Raya kepada pengambil kebijakan di tingkat pemerintah daerah Walikota Jakata Utara,  Gubernur  DKI  Jakarta,  4  Membuat  proposal  usulan  pengelolaan
kawasan  mangrove  dalam  kerangka  kelembagaan  Taman  Hutan  Raya  untuk diajukan  kepada  Menteri  Kehutanan,  5  Mempresentasikan  di  hadapan  Menteri
Kehutanan dan jajarannya.
Strategi  peningkatan  partisipasi  masyarakat  dalam  pengelolaan mangrove
dapat  ditempuh  dengan  melakukan:  1  Sosialisasi  tujuan,  program, dan  kegiatan  pengelolaan  Taman  Hutan  Raya,  berikut  manfaat  dan  keuntungan
pengelolaan,  serta  bentuk  partisipasi  yang  dapat  dilakukan  masyarakat,  2 Mengidentifikasi  peran  dan  ketersediaan  berpartisipasi  para  pihak  dalam
pengelolaan  kawasan  mangrove  Muara  Angke,  3  Merumuskan  program  dan
kegiatan  yang  dapat  dilakukan  parapihak  dalam  rangka  pengelolaan  kawasan mangrove  berkelanjutan,  4  Melakukan  dialog  dengan  DPRD  Propinsi  DKI
Jakarta,  lembaga  internasional  yang  bergerak  di  bidang  lingkungan  dan pembangunan  UNEP,  UNESCO,  WWF,  ITTO,  JICA,  OISCA,  KOICA,  ISME,
dan  sebagainya  untuk  mendapatkan  dukungan  program  dan  kegiatan,  serta peluang  pendanaan  pengelolaan,  5  Merumuskan  program  dan  kegiatan
pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar kawasan mangrove Muara Angke, 6 Merumuskan program dan kegiatan wisata alam yang menyatukan obyek di dalam
kawasan mangrove Muara Angke dengan obyek wisata di luar kawasan mangrove Muara Angke pasar ikan Kamal Muara dan Kapuk Muara, obyek wisata kota tua,
pasar Mangga Dua dan pasar Tanah Abang, serta Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya  dalam  satu  kesatuan  paket  wisata  alam  yang  disusun  dengan
pertimbangan  alokasi  atau  ketersediaan  waktu  dan  keragaman  obyek,  7 Mengusulkan kelengkapan sarana pendukung pengelolaan kawasan Taman Hutan
Raya,  seperti:  perkantoran,  peralatan,  lapangan  parkir,  pintu  gerbang,  batas kawasan, batas zonasi, papan nama dan papan himbauan, dan papan informasi.
Strategi konservasi
mangrove untuk
mempertahankan dan
meningkatkan nilai keberadaan dan nilai ekonomi mangrove
dapat dilakukan dengan; 1 Menyusun rencana program dan kegiatan rehabilitasi mangrove luas
dan  lokasi,  jenis  yang  ditanam,  penanaman  dan  pemeliharaan,  monitoring  dan evaluasi,  serta  teknik  rehabilitasi  mangrove  yang  dipergunakan,  2  Melakukan
identifikasi  jenis  yang  sesuai  untuk  kegiatan  rehabilitasi,  3  Mengalokasikan kegiatan rehabilitasi bagi parapihak yang minat dan mendukung, 4 Memperbaiki
sistem  drainase  bagi  aliran  air  laut  menuju  kawasan  mangrove  agar  salinitas  air dapat  dipertahankan  dalam  kondisi  payau  salinitas  antara  1  -  18,  5
Melakukan  pengawasan  dan  pencegahan  terjadinya  perburuan  satwaliar, penebangan  pohon  mangrove,  dan  penyerobotan  lahan,  6  Melakukan
pengendalian  populasi  satwa  yang  berpotensi  mengganggu  masyarakat,  7 Menyusun buku pengenal flora dan fauna mangrove Muara Angke, poster, booklet
dan  leaflet,  8  Melakukan  advokasi  dan  publikasi  keberadaan  dan  nilai  manfaat mangrove  Muara  Angke,  9  Melengkapi  dan  meningkatkan  sarana  prasarana
pengelolaan kawasan mangrove Muara Angke.
Strategi  penggunaan  teknologi  pengelolaan  kawasan  mangrove
dapat dilakukan  dengan:  1  Pengendalian  dampak  abrasi  pantai,  banjir  pasang  rob,
dan  interusi  air  laut,  2Menerapkan  teknologi  dan  sekaligus  meningkatkan kualitas  mangrove  Muara  Angke.,  3  Penerapan  teknologi  pengelolaan  limbah
cair  dan  limbah  padat  sampah  perlu  dikembangkan  untuk  mengurangi pencemaran lingkungan, baik di wilayah hulu dan hilir.
8.2 Saran