yang memandang perlu dan sangat perlu dalam upaya pelestarian hutan lindung, yaitu seluruh responden 100 pada kategori masyarakat nelayan, petambak,
dan Non-PIK dan 77,8 responden dalam masyarakat PIK. Ada pun alasan mereka antara lain karena hutan mangrove memiliki kemampuan dapat:
Menjaga keseimbangan alam
Menambah estitika pantai
Mencegah abrasi pantai
Mempertahankan keanekaragman flora dan fauna
Menjaga keseimbangan udara dan lingkungan
Jadi berdasarkan atas persepsi masyarakat terhadap keberadaan hutan lindung tersebut dapat disimpulkan bahwa pada umumnya masyarakat pada
keempat kategori di atas telah memahami dan menyadari akan arti pentingnya hutan lindung tersebut. Selain itu adanya persepsi yang positif dari masyarakat
tersebut merupakan modal utama yang perlu dikembangkan untuk perberdayaan masyarakat dalam program pelestarian hutn lindung.
b. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Hutan Lindung
Sebagai salah satu sumberdaya alam, ekosistem Hutan Lindung Angke Kapuk dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat. Sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung, maka sebenarnya pemanfatan sumberdaya hutan
lindung sangat dibatasi, akan tetapi pada kenyataannya, ternyata di kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk terdapat kecenderungan pemanfaatan yang melebihi
batas, seperti pembukaan tambak dan perumahan. Guna mengetahui persepsi masyarakat manfaat Hutan Lindung Angke Kapuk, dilakukan wawancara dengan
masyarakat mengenai:
Intensitas interaksi masyarakat dengan ekosistem mangrove
Pemanfaatan hutan lindung sebagai tempat rekreasi
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan pertambakan
Tabel 37 Persepsi masyarakat terhadap manfaat kawasan lindung menurut persentase penilaian responden
No Persepsi Masyarakat
Kategori Masyarakat Nelayan
Petambak Non-PIK
PIK
1
Intensitas interaksi masyarkat dengan hutan lindung a. Sering
b. Pernah c. Belum pernah
0,0 27,3
72,7 60,0
20,0 20,0
0,0 25,0
75,0 0,0
33,3 66,7
2 Pemanfaatan hutan mangrove sebagai tempat rekreasi kelua
rga
a. Sangat setuju b. Setuju
c. Tidak tahu 9,1
81,1 9,1
10,0 90,0
0,0 0,0
100,0 0,0
22,2 55,6
22,2 3
Perbandingan manfaat keberadaan tambak dengan hutan mangrove a.Lebih besar manfaat tambak
daripada mangrove b.Lebih besar manfaat huatn
mangrove daripada tambak c.Tidak tahu
45,5 54,5
0,0 60,0
30,0 10,0
0,0 87,5
12,5 0,0
44,4 22,2
Sumber : Santoso, N 2002
Dari Tabel 37 terlihat bahwa sebagai komunitas masyarakat yang relatif dekat dengan kawasan lindung umumnya masyarakat pernah berinteraksi dengan
hutan lindung. Interaksi paling intensif terlihat pada masyarakat petambak 80,0 karena secara langsung mereka mengkonversi sebagian kawasan hutan
lindung menjadi areal pertambakan. Sedangkan pada masyarakat nelayan, Non- PIK, dan PIK umumnya merasa belum pernah berinteraksi secara intensif dengan
hutan lindung. Dalam hal ini ketidakkonsistenan terlihat pada masyarakat nelayan, dimana mereka mengaku belum pernah berinteraksi 72,2 padahal pada
kenyataanya mereka sangat tergantung pula pada potensi perairan di sekitar hutan lindung tersebut.
Selain pemanfaatan dalam bentuk pengambilan potensi sumberdaya alam, alternatif pemanfaatan aspek estitika untuk kegiatan rekreasi ternyata mendapat
tanggapan yang positif dari masyarakat. Hal ini terlihat dari besarnya persentase responden yang menyatakan setuju dan sangat setuju, yaitu 90,9 menurut
pendapat nelayan; 100,0 menurut pendapat masyarakat petambak dan Non- PIK; serta 77,8 menurut pendapat masyarakat PIK. Adapun alasan persetujuan
mereka antara lain: Mampu meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
Sarana pendidikan linkungan bagi anak
Menambah estitika Sarana beristirahat bernuansa alami
Untuk itu, masyarakat mengharapkan pihak pengelola hutan lindung untuk membangun sarana rekreasi seperti: pemancingan, wisata pantai, taman burung,
arboretum alam dll, yang dilengkapi dengan sarana penunjang antara lain seperti: masjid, jalan, tempat berteduh, transportasi, rumah peristirahatan, dan kantin.
Namun mengingat statusnya sebagai hutan lindung, maka hendaknya pembangunan sarana alternatif rekreasi tersebut jangan sampai merubah fungsi
dan kondisi hutan lindung tersebut. Berkaitan dengan adanya pemanfaatan sebagian kawasan lindung menjadi
areal pertambakan, terlihat adanya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Dari data di atas, terlihat bahwa masyarakat nelayan 54,5 ; masyarakat Non-PIK
87,6 ; dan masyarakat PIK 44,4 memiliki persepsi yang sama bahwa hutan mangrove memberikan manfaat yang jauh lebih besar daripada tambak.
Sedangkan menurut persepsi masyarakat petambak sendiri, walaupun sebagai besar 60 mereka berpendapat bahwa tambak memberikan manfaat yang lebih
besar daripada hutan mangrove, tetapi sebagian masyarakat masih memiliki pandangan yang cukup baik bahwa dari segi kelestarian sumberdaya alam sudah
barang tentu hutan mangrove memberikan manfaat yang lebih besar daripada tambak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa umumnya masyarakat sekitar hutan lindung telah memahami dan merasakan manfaat
keberadaan hutan lindung yang lebih baik secara langsung ataupun tidak. Akan tetapi, perlu diberikan pemahaman yang mendalam tentang perimbangan besarnya
manfaaat ekonomis dan ekologis dari ekosistem hutan lindung tersebut. Hal ini mengingat akan desakan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, sehingga
terdapat kecenderungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat.
c. Persepsi Masyarakat Mengenai Upaya Pelestarian