b. Kipas Gunung Api Bogor
Dataran antara Bogor, Tanggerang, dan Cikarang merupakan daerah berbentuk kipas dengan Bogor sebagai puncaknya. Daerah ini merupakan
tumpukan rempah-rempah gunung api berupa debu gunung api, tufa, komlongmerat, dan breksi yang sebagian besar sudah mengalami pelapukan yang
kuat Suwijanto 1977. Garis lurus yang menghubungkan antara Bogor-Jakarta kurang lebih
merupakan poros dari kipas gunung api dengan kimiringan kurang dari 1
o
dengan ketinggian 450 meter di atas muka laut.
Di bagian selatan, kipas gunung api Bogor berawal dari hulu lembah Cisadane antara Gunung Salak dan Pangrango, menyebar ke utara melalui celah
perbukitan tersier jalur Bogor antara Citeurep dan leuwiliang. Daerah tinggi dari jalur Bogor muncul sebagai pulau-pulau dalam dataran ini seperti yang
ditunjukkan oleh Gunung Paok, Gunung Bubut, Gunung Tapos dan sebagainya.
c. Daerah perbukitan bergelombang
Daerah perbukitan dari Jalur Bogor memisahkan dataran pantai dengan jajaran gunung api. Dari utara relief meninggi secara berangsur karena bagian
utara dari jalur Bogor umumnya terdiri dari batuan lunak. Arah memanjang dari perbukitan umumnya searah dengan arah jurus struktur perlapisan dari batuan
keras dengan lembah di antaranya seperti terlihat di sekitar Citeureup dan Purwakarta. Arah ini sesuai dengan arah jurus struktur perlipatan dari jalur Bogor
yang berarah barat-timur. Di sekitar daerah Banten di sebelah barat, jurus struktur membelok ke arah utara-selatan.
Sungai-sungai yang mengalir pada daerah ini umumnya berawal dari komplek gunung api di bagian selatan, mengalir sepanjang daerah cekungan antar gunung api ke
utara. Sampai di daerah jalur Bogor arah alirannya seringkali dikontrol oleh struktur dengan membuat kelokan tajam. Bahan rombakan dari daerah yang dilalui diangkut
dalam alirannya dan dari sungai-sungai inilah dataran pantai Utara Jawa terbentuk.
d. Kelompok Gunung Api Muda
Secara Geologis, Jakarta berkedudukan pada wilayah dataran kipas alluvial, dataran sungai, dataran banjir, dataran wara, dan dataran pantai.
Kedudukan Jakarta juga dipengaruhi oleh kondisi geomorfologi wilayah yang lebih luas yang meliputi Gunung Pangrango, Gunung Gede, dan Gunung Salak di
wilayah Bogor. Batuan yang membentuk wilayah atas dan Jakarta terdiri dari batuan hasil kegiatan vulkanik tersier yang bersifat agak keras dan permeabel
sehingga kurang permeabel serta endapan berbagai dataran alluvial Jakarta yang terdiri batuan yang tidak terkonsolidasi sampai terkonsilidasi yang dapat bersifat
cair, plastis sampai kenyal agak keras. Batuan yang terkonsolidasi dan keras meliputi batuan gamping, batu pasir, batu lempung yang berumur tersier yang
merupakan batuan dasar yang dalam. Secara umum morfologi daerah gunung api muda dicirikan oleh bentuk
kerucut dengan alasnya yang membalut. Sungai yang mengalir pada badan gunung api menyebar membentuk pola aliran radial yang khas. Relief bervariasi
tergantung derajat erosi yang berlangsung yang menunjukan umur relatif dari pembentukannya Suwijanto 1977.
Urutan stratigrafi daerah Jawa Barat bagian utara disusun berdasarkan singkapan batuan pada jalur Bogor yang berumur antara Miosen sampai Resen.
Batuan terdiri dari sedimen klastik seperti konglomerat, batu pasir, lempung, napal, pada beberapa tempat berupa batu gamping terumbu. Pada akhir Neogen
aktivitas vulkanis berlangsung intensif dengan diendapkannya material tersebut hampir sepanjang jalur ini yang berlangsung sampai sekarang Suwijanto 1977,
yang terdiri atas: a Endapan Neogen. Batuan sedimen tersier tertua di daerah Jawa Utara
hanya diketahui dari sumur pemboran oleh Pertamina di daerah Jatibarang yang ditemukan sebagai batuan perangkap minyak bumi yang selanjutnya
disebut sebagai formasi Jatibarang. Batuan penyusun terdiri dari tufa, andesit porfir, basalt, dan lempung merah dari endapan vulkanis yang
mengisi bagian-bagian rendah dari permukaan daratan Pratersier Suwijanto 1977.
b Endapan Kwarter. Stratigrafi Kwarter di Indonesia paling tidak diketahui secara pasti. Batas dengan Neogen pada umumnya didasarkan pada fosil
vertebrata yang ditemukan di dalam batuan yang pada umumnya sangat jarang.
Secara umum tatanan stratigrafi daerah Teluk Jakarta dan sekitarnya berkaitan dengan cekungan sedimen tersier di Jawa Barat yang terdiri dari 3 tiga
mandala sedimentasi, yaitu Mandala Paparan Benua, Mandala Sedimentasi Cekungan Bogor, dan Mandala Sedimentasi Banten. Mandala Paparan Benua
dicirikan oleh endapan paparan, berupa batu pasir kuarsa, batu gamping, dan batu lempung yang terendapkan di laut dangkal. Mandala Sedimentasi Cekungan
Bogor dicirikan oleh endapan aliran gravitasi yang terdiri dari komponen batuan andesitan hingga basalan, tufa, dan batu gamping. Mandala ini meliputi Zona
Bandung, Bogor, dan Pegunungan Selatan. Mandala Sedimentasi Banten, pada Miosen Awal endapan sedimennya menyerupai endapan Cekungan Bogor,
sedangkan pada Akhir Tersier menyerupai endapan Benua. Pembentukan Teluk Jakarta sangat dipengaruhi oleh pengaruh proses
terbentuknya endapan delta dan interdelta secara bersama-sama. Bentuk teluk Jakarta yang unik di sebabkan oleh perbedaaan kecepatan proses pengendapan
bahan-bahan endapan yang dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di teluk Jakarta.
Sungai Cisadane yang terletak di bagian Barat dan Sungai Citarum yang terletak di bagian Timur. Keduanya mengendapkan bahan-bahan yang jauh lebih
banyak dari pada sungai-sungai yang mengalir di bagian tengah dataran itu sendiri, sehingga kecepatan perubahan garis pantai berkembang tidak selaras, dan
teluk Jakarta seolah-olah berbentuk busur. Berdasarkan peta geologi lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, geologi
wilayah pantai dan lepas pantai perairan Teluk Jakarta dan sekitarnya tersusun oleh Tim Teluk Jakarta 1996:
a Aluvium yang terdiri dari lempung, pasir, kerikil dan bongkahan. Endapan
tersebut merupakan endapan pantai sekarang, endapan sungai, dan rawa b
Endapan pematang pantai terdiri dari pasir halus hingga kasar, warna kelabu tua, dan terpilah bagus. Berdasarkan kenampakan morfologi dan batuan
penyusunnya, diduga satuan ini terbentuk karena endapan angin yang membentuk onggokan pasir sand dune.
Kawasan Muara angke terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang termasuk dataran pantai yang penyebarannya umumya dapat dilihat pada endapan pematang
pantai yang sebagian besar terdapat di sebelah timur dataran delta. PT. Mandara Permai 1994, pada umumnya bagian Utara dataran rendah
DKI Jakarta merupakan rawa hutan mangrove bakau. Bahkan sampai tahun 1956, baru sebagian kecil wilayah ini dibuka sebagai pertambakan. Setahap demi
setahap, bagian Selatan dataran ini berubah menjadi rawa dengan tumbuhan yang hidup pada perairan yang berair lebih tawar. Kemudian sungai-sungai bagian
Selatan berevolusi menjadi dataran rendah yang lebih tinggi karena memperoleh tambahan sedimen.
Semakin ke Barat Daya, ketinggian dataran pantai semakin tinggi. Di bagian Selatan, tinggi pematang pantai ini dapat mencapai 5 meter, semakin ke
Barat Laut tingginya hanya mencapai 2 meter. Elevasi daerah Jakarta pada umumnya dan daerah Kapuk serta dataran pantai pada khususnya, kurang dari 5
meter. Khusus untuk daerah Kapuk, selain terdapat saluran-saluran untuk pengairan pertambakan terutama dari arah laut, sungai-sungai yang ada dari arah
Timur ke Barat meliputi Angke, Cengkareng Drain, Kamal, dan Dadap. Di Barat Daya Kamal terdapat bekas pulau karang yang sekarang telah berada pada sekitar
500 m dari garis pantai dan tertutup sedimen setelah melalui proses penyambungan dengan dataran pantai tombol terlebih dulu. Pada tepi pantai
yang masih ditutupi mangrove, bagian depan fore shore pantai berupa rataan mud flat dengan lebar sekitar 100 m, bagian atasnya berupa lumpur lunak
dengan tebal mencapai 1 meter. Di bagian belakang back shore rawa mangrove terdapat tanggul-tanggul untuk pertambakan.
e. Perubahan Garis Pantai