33 pengelolaan diserahkan kepada masyarakat. Pemerintah hanya diinformasikan
tentang keputusan yang telah dibuat. Selanjutnya dalam pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan hukum pun sepenuhnya dilakukan masyarakat.
Kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam tidak hanya sebatas pada pembuatan keputusan dan perencanaan, namun lebih lanjut
kerjasama ini terjadi dalam pelaksanaan, pengawasan, dan penegakan hukum serta evaluasi. Melalui co-manajemen, proses pengawasan dan penegakan hukum akan
semakin efektif dan efisien karena dilakukan pada tataran lokal dan mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Co-manajemen dengan orientasi ke atas dan ke bawahnya yang lebih
seimbang dan egaliter, secara implisit menunjukkan pengakuan terhadap karakter- karakter lokal dalam mempengaruhi pola pemanfaatan sumberdaya alam.
Pertimbangan terhadap karakter dan kebutuhan lokal sangat penting dalam melakukan perencanaan pengelolaan sumberdaya, karena akan mengefektifkan
pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Selain itu prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam akan lebih dipahami dan diakui bila dibicarakan pada tingkatan
lokal Cartwight 1996 dalam Satria 2002. Berdasarkan karakter dan kebutuhan serta kemampuan masing-masing daerah, maka tipe co-managemen, untuk masing-masing
daerah pun cenderung berbeda-beda. Keberhasilan co-manajemen dalam pengelolaan sumberdaya alam sangat
tergantung pada kemauan pemerintah untuk mendesentralisasikan tanggung jawab dan kewenangan pengelolaan sumberdaya alam kepada masyarakat dan pemangku
kepentingan lainnya. Dukungan pemerintah dalam proses co-manajemen adalah misalnya kebijakan pemerintah yang mendukung co-manajemen, mendukung
masyarakat untuk mengelola dan melakukan restrukturisasi peran pelaku pengelolaan sumberdaya alam.
2.4 Analisis Kebijakan
Kebijakan adalah dasar bagi pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan. Islamy 1997 mendefinisikan bahwa
: “Suatu keputusan adalah suatu
34 pilihan terhadap berbagai alternatif yang bersaing mengenai sesuatu hal”. Selanjutnya
disebutkan pula bahwa salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengambil keputusan kebijakan adalah sulitnya memperoleh informasi yang cukup serta bukti-
bukti yang sulit disimpulkan. Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan suatu model tertentu.
Model kebijakan policy model adalah sajian yang disederhanakan mengenai aspek- aspek terpilih dari situasi problematis yang disusun untuk tujuan-tujuan khusus.
Model-model kebijakan tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik, model prosedural, model pengganti, dan model perspektif.
Analisis kebijakan adalah sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan
memindahkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah-masalah
kebijakan Dunn 1998. Tujuan analisis kebijakan adalah menganalisis dan mencari alternatif
kebijakan yang dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan bagi penentu kebijakan Suharto, 2005. Ruang lingkup dan metode-metode analisis sebagian
bersifat deskriptis dan informasi yang nyata faktual mengenai sebab dan akibat kebijakan sangat penting untuk memahami masalah-masalah kebijakan. Disebutkan
juga bahwa analisis kebijakan tidak hanya membatasi diri pada pengujian-pengujian teori deskriptif umum maupun teori-teori ekonomi karena masalah-masalah kebijakan
yang kompleks, dimana teori-teori semacam ini seringkali gagal untuk memberikan informasi yang memungkinkan para pengambil kebijakan mengendalikan dan
memanipulasi proses-proses kebijakan. Tetapi analisis kebijakan juga menghasilkan informasi yang ada hubungannya dengan kebijakan yang dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah dan juga menghasilkan informasi mengenai nilai-nilai dan arah tindakan yang lebih baik. Jadi analisis kebijakan meliputi baik evaluasi maupun
anjuran kebijakan. Analisis kebijakan adalah setiap jenis analisa yang menghasilkan dan
menyajikan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi para pengambil kebijakan
35 dalam menguji pendapat mereka.
Kata “analisa” digunakan dalam pengertian yang paling umum yang secara tidak langsung menunjukkan penggunaan intuisi dan
pertimbangan yang mencakup tidak hanya pengujian kebijakan dalam pemecahan terhadap komponen-komponen tetapi juga merencanakan dan mencari sintesa atas
alternatif-alternatif baru. Aktivitas ini meliputi sejak penelitian untuk memberi wawasan terhadap masalah atau isue yang medahului atau untuk mengevaluasi
program yang sudah selesai. Ada 3 tiga pendekatan dalam analisis kebijakan, yaitu: 1 pendekatan empiris, 2 pendekatan evaluative, dan 3 pendekatan normatif.
1. Pendekatan empiris adalah pendekatan yang menjelaskan sebab akibat dari kebijakan publik. Pertanyaan pokoknya adalah mengenai fakta yaitu apakah
sesuatu itu ada? 2. Pendekatan evaluatif adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan
penentuan harga atau nilai dari beberapa kebijakan. Pertanyaan pokoknya adalah berapa nilai dari sesuatu?
3. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang terutama berkenaan dengan pengusulan arah tindakan yang dapat memecahkan masalah kebijakan. Pertanyaan
pokoknya adalah tindakan apa yang harus dilakukan? Dunn, 1998 Sebagai proses penelitian analisis kebijakan menggunakan prosedur analisis
umum yang biasa dipakai untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan, yaitu: deskripsi, prediksi, evaluasi, dan rekomendasi. Dari segi waktu dalam hubungannya
dengan tindakan maka prediksi dan rekomendasi digunakan sebelum tindakan diambil, sedangkan deskripsi dan evaluasi digunakan setelah tindakan terjadi.
Dari sekian model yang dikenal dalam perumusan kebijakan tidak ada satu pun model yang dianggap baik, karena masing-masing model memfokuskan
perhatiannya pada aspek yang berbeda. Persoalan kebijakan tidak terletak pada menggunakan atau membuang model tapi terletak pada pemilihan di antara beberapa
alternatif. Dalam kaitannya dengan analisis kebijakan pengelolaan sumberdaya
mangrove maka model kebijakan yang paling mendekati adalah model prosedural. Model prosedural ini menggunakan serangkaian prosedur sederhana untuk
36 menunjukan dinamika hubungan antara variabel-variabel yang dipercaya memberi
ciri pada masalah kebijakan. Prediksi dan pemecahan optimal dicapai melalui simulasi dan penelusuran kendala satuan-satuan hubungan yang mungkin.
Muhammadi et al. 2001 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah pekerjaan intelektual memilah dan mengelompokkan upaya yang strategis dalam
mempengaruhi sistem mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam sistem dinamis untuk menyederhanakan sistem dalam analisis kebijakan digunakan simulasi model. Ada
dua tahap simulasi model untuk analisis kebijakan yaitu: 1 pengembangan kebijakan alternatif, yaitu suatu proses berpikir kreatif untuk menciptakan ide-ide
baru tentang tindakan yang diperlukan dalam rangka mempengaruhi sistem untuk mencapai tujuan, baik dengan cara merubah model maupun tanpa merubah model;
dan 2 analisis kebijakan alternatif, suatu upaya untuk menentukan alternatif kebijakan yang terbaik dengan mempertimbangkan perubahan sistem serta perubahan
lingkungan. Analisis kebijakan menyediakan informasi yang berguna untuk menjawab
pertanyaan: 1 apa hakekat permasalahan, 2 kebijakan apa yang sedang atau pernah dibuat untuk mengatasi masalah dan apa hasilnya, 3 seberapa bermakna hasil
tersebut dalam memecahkan masalah, 4 alternatif kebijakan apa yang tersedia untuk menjawab masalah, dan hasil apa yang dapat diharapkan. Jawaban terhadap
pertanyaan tersebut membuahkan informasi tentang: masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan dan kinerja kebijakan.
Metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu: 1 perumusan masalah
definisi menghasilkan informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan; 2 peramalan prediksi menyediakan informasi mengenai
konsekuensi di masa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan, termasuk tidak melakukan sesuatu, 3 rekomendasi preskripsi menyediakan informasi mengenai
nilai atau kegunaan relatif dari konsekuensi di masa depan dari suatu pemecahan masalah; 4 pemantauan deskripsi menghasilkan informasi tentang konsekuensi
sekarang dan masa lalu dari diterapkannya alternatif kebijakan, dan 5 evaluasi
37 menyediakan informasi mengenai nilai atau keguanaan dari konsekuensi pemecahan
masalah. Analisis kebijakan diambil dari berbagai macam disiplin dan profesi yang
tujuannya bersifat deskriptif, evaluatif dan prespektif. Sebagai disiplin ilmu terapan, analisis kebijakan meminjam tidak hanya ilmu sosial dan perilaku tetapi juga
administrasi publik, hukum, etika dan berbagai macam cabang analisis sistem dan matematika terapan. Analisis kebijakan dapat diharapkan untuk menghasilkan
informasi dan argument-argumen yang masuk akal mengenai tiga macam pertanyaan: 1 nilai yang pencapaiannya merupakan tolak ukur utama untuk melihat apakah
masalah telah teratasi, 2 fakta yang keberadaannya dapat membatasi atau meningkatkan pencapaian nilai-nilai, dan 3 tindakan yang penerapannya dapat
menghasilkan pencapaian nilai-nilai. Jennings 2003 menggunakan analisis stakeholder dan pemetaan sosial dalam
pengelolaan wilayah pesisir di Australia. Penelitian Jennings difokuskan pada konflik yang cenderung meningkat diantara stakeholder dengan menggunakan
framework dan kontribusi analisis stakeholder dan pemetaan sosial untuk mengelola dan mereduksi konflik. Analisis stakeholder dan pemetaan sosial adalah alat
partisipatif yang digunakan sebagai dokumen dan umpan balik nilai, interest, sikap, dan aspirasi stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis stakeholder
memberikan dasar bagi resolusi dan pencegahan konflik.
3 METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu