Analisis Status Keberlanjutan MDS

50

3.4.3 Analisis Status Keberlanjutan MDS

Perumusan kebijakan dan strategi pengembangan kawasan berkelanjutan memerlukan data dan informasi tentang kinerja pembangunan kawasan yang ada saat ini. Kinerja pembangunan tersebut ditunjukkan dalam bentuk nilai indeks keberlanjutan. Analisis keberlanjutan pembangunan kawasan Muara Angke dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahapan penentuan atribut sistem pengembangan kawasan berkelanjutan yang mencakup lima dimensi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan setiap dimensi, analisis ordinasi yang berbasis metode “multidimensional scaling” MDS, penyusunan indeks dan status keberlanjutan pengembangan kawasan existing condition yang dikaji baik secara umum maupun pada setiap dimensi Fauzi dan Anna 2002. Secara lengkap tahapan analisis keberlanjutan kawasan disajikan pada Gambar 6. Data yang dikumpulkan dalam kaitan dengan penentuan status keberlanjutan pembangunan kawasan Muara Angke adalah biogeofisik, fisiografi, hidrologi, ekosistem pesisir, potensi sumberdaya alam, dinamika penduduk, sistem tata air, tenaga kerja, penggunaan lahan, sarana dan prasarana wilayah, dan kelembagaan. Teknik pengumpulan data adalah observasi, kuesioner MDS, dan dokumentasi dari instansi terkait. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, hasil perhitungan ataupun data sekunder yang tersedia maka setiap atribut diberikan skor atau peringkat yang mencerminkan keberlanjutan dari dimensi pembangunan yang bersangkutan. Skor ini menunjukkan nilai yang “buruk” di satu ujung dan nilai “baik” di ujung yang lain Alder et al. 2000. Nilai “buruk” mencerminkan kondisi yang paling tidak menguntungkan bagi sistem pengembangan kawasan berkelanjutan. Sebaliknya, nilai “baik” mencerminkan kondisi yang paling menguntungkan. Di antara dua ekstrim nilai ini terdapat satu atau lebih nilai antara tergantung dari jumlah peringkat pada setiap atribut. Jumlah peringkat pada setiap atribut diseragamkan yakni tiga peringkat dengan skor 0, 1, dan 2. 51 Penentuan Atribut meliputi berbagai kategori MULAI Kondisi Kawasan Saat Ini Skoring Kawasan mengkonstruksi angka referensi untuk good, bad, dan anchor Multidimensional Scaling Ordination untuk setiap atribut Simulasi Monte Carlo Analisis ketidakpastian Leveraging Factor Analisis anomali Analisis Keberlanjutan Gambar 6 Tahapan analisis keberlanjutan menggunakan MDS. Pembuatan peringkat disusun berdasarkan urutan nilai terkecil ke nilai terbesar baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan bukan berdasarkan urutan nilai dari yang terburuk ke nilai yang terbaik. Dalam penentuan nilai skor baik atau buruk pada metode analisis keberlanjutan ini berkaitan dengan persepsi sehingga suatu atribut harus dilihat terlebih dahulu dari persepsi apa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan software Rapfish Rapid Appraisal for Fisheries. Teknik Rapfish adalah suatu metode multi disiplin yang digunakan untuk mengevaluasi perbandingan pengelolaan mangrove berkelanjutan berdasarkan jumlah atribut yang banyak tetapi mudah untuk dinilai. Dalam analisis Rapfish setiap data yang diperoleh diberi skor yang menunjukkan status sumberdaya tersebut. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di setiap aspek yang dikaji dalam bentuk skala 0 sampai 100 . Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks lebih dari 75 maka pengembangan tersebut berkelanjutan sustainable dan sebaliknya jika kurang dari 75 maka sistem tersebut belum berkelanjutan unsustainable. 52 Pada tahap selanjutnya, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat atribut apa yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap indeks keberlanjutan di lokasi penelitian. Pengar uh dari setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan “root mean square ” RMS ordinasi, khususnya pada sumbu X atau skala sustainabilitas Alder et al. 2000. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut tersebut dalam pembentukan nilai indeks keberlanjutan pada skala sustainabilitas, atau dengan kata lain semakin sensitif atribut tersebut dalam menentukan keberlanjutan pengembangan kawasan di lokasi studi.

3.4.4 Analisis A’WOT Integrasi SWOT dan AHP