Strategi penggunaan teknologi pengelolaan kawasan mangrove
dapat dilakukan dengan: 1 Pengendalian dampak abrasi pantai, banjir pasang rob,
dan interusi air laut, 2Menerapkan teknologi dan sekaligus meningkatkan kualitas mangrove Muara Angke., 3 Penerapan teknologi pengelolaan limbah
cair dan limbah padat sampah perlu dikembangkan untuk mengurangi pencemaran lingkungan, baik di wilayah hulu dan hilir.
8.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan, disarankan untuk melakukan kajian kelayakan kelembagaan pengelolaan Taman Hutan Raya pada
kawasan mangrove Muara Angke Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah daerah perlu menyusun progam pengelolaan kawasan
mangrove Muara Angke terpadu dan berkelanjutan, agar potensi dana CSR dapat dioptimalkan, serta sebagai acuan bersama dalam meningkatkan kapasitas
pengelolaan. Disamping itu perlu menyusun peraturan yang mewajibkan stakeholder
pemanfaat mangrove lembaga pendidikan untuk memanfaatkan kawasan mangrove Muara Angke sebagai laboratorium alam, agar kegiatan
ekowisata berkembang dan kawasan mangrove terkelola. Pemerintah Pusat Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan dan
Perikanan, Kementrian Lingkungan Hidup, dan Kementrian Dalam Negeri perlu mengalokasikan program terkait dengan peningkatan partisipasi pengelolaan
kawasan mangrove Muara Angke.
DAFTAR PUSTAKA
Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves. IUCN Wetlands Programme. Bangkok.
Alder J, TJ Pitcher, D Preikshot, K Kaschner, and B Feriss. 2000. How good is good? A Rapid appraisal technique for evaluation of the sustainable status
of fisheriesof the North Atlantic. In Pauly and Pitcher eds. Methods for evaluation the impact of fisheries on the North Atlantic ecosystem. Fisheries
Center Research Reports. Vol 8 No. 2.
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan Satwaliar. Jilid I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jendral Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor. Bogor. Barkosurtanal. 2009. Luas Kawasan Mangrove Indonesia. Barkosurtanal, Bogor
Barton DN. 1994. Economic Factors and Valuation of Tropical Coastal
Resources. SMR_Report 1494. Center for Studies of Environment and Resources. University of Bergen. Norway.
Budhisantoso S. 1998. Sistem Kekerabatan dan Pola Pewarisan. Jakarta: PT. Pustaka Grafita Kita.
Bunt JS and Wolanski E. 1980. Hydraulics and Sediment Transport in a Creek - Mangrove Swamp System. Brisbane: Australasian Conference on
Hydraulics and Fluid Mechanics. [BPS] Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2010. Jakarta: DKI Jakarta Dalam
Angka Tahun 2009. [BPS Jakarta Utara] Badan Pusat Statistik Jakarta Utara. 2007. Jakarta: Jakarta
Utara dalam Angka Tahun 2006. Badan Pelaksana Reklamasi Pantura Jakarta. 1999. Analisis Dampak
Lingkungan Regional Reklamasih dan Revitalisasi Pantura Jakarta. Jakarta: LPPM IPB.
[CSD] Commission on Sustainable Development. 2001. Indicators of Sustainable Development: Framework and Methodology. Commission on
Sustainable Development. Background Paper No.3 Division for Suatainable Development. New York.
de Groat Rudolf. 1992. Functions of Nature: Evaluation of Nature in Environmental Planning, Management, and Decision Making. Amsterdam:
Walters – Noordh Office.
Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi RTR Daerah Pantai.
Jakarta: Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan.
Dinas Kehutanan DKI Jakarta dan Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika Lembaga Penelitian IPB. 1997. Laporan Akhir: Perencanaan
Konservasi Sumberdaya Alam di Kawasan Pantai Utara DKI Jakarta. Dinas Kehutanan DKI Jakarta Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika
Lembaga Penelitian IPB.
Diposaptono S dan Budiman. 2005. Tsunami. Bogor: PT. Sarana Komunikasi Utama.
Direktorat Jenderal Perikanan. 1991. Statistik Perikanan Indonesia. Jakarta: Departemen Pertanian.
Dunn WN. 1998. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dunn, W.N. 1999. Public Policy An Introduction, Second Edition, University of Pittsburg, Prentice Hall inc, New Jersey.
Dona ld J. Morr isey1, Andre w Swales2, Sa bine Dittmann 3, Mar k A. Morr ison4, Cat her ine E. Lovelock5 Cat her ine M. Beard 6. 2010. 1National
Institute of Water and Atmospheric Research Ltd.,P.O. Box 893, Nelson, New Zealand.
FAO 1982. Management and utilization of Mangrove in Asia and the Pasific. FAO Environmental Paper. FAO, Rome
Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumbredaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fauzi A dan S. Anna. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Lautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Fisher P and Spalding MD. 1993. Protected Areas with Mangrove Habitat. Cambridge: Draft Report World Conservation Centre UK. 60pp.
Giesen W. 1991. Checklist of Indonesian Fresh Water Aquatic Herbs. PHPAAWB Sumatra Wetland Project Report No. 27. Jakarta: Asian
Wetland Bureau-Indonesia. Gunawan R. 2010. Gagalnya Sistem Kanal Pengendalian Banjir Jakarta dari
Masa ke Masa. Jakarta: Kompas Penerbit Buku. Haan JH De. 1935. De Tjilatjapsche vloedhossechen. Tectona 24:39 - 76.
Hanna S. 1999. Strengthening Governance of Ocean Fishery Resources. Ecological Economics Vol. 31 : pp. 275-286.
Islamy MI. 1997. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
[ITTO] International Tropical Timber Organization. 2000. Mewujudkan Pengelolaan Hutan Lestari di Indonesia: Kalkulasi Nilai Kayu. Seri 4 hasil
Laporan Misi Teknis ITTO untuk Indonesia. Jakarta: Departemen Kehutanan dan ITTO.
JICA. 1999. Model Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari alih bahasa: editor Oki Hadiyati dan Ni Luh Kompyang Sri Marsheni. Departemen Kehutanan dan
Perkebunan dan Japan International Cooperation Agency. Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta. 1998. Pemantauan
Kualitas Air Tanah di DKI Jakarta Tahun 1997-1998. Jakarta: Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan DKI Jakarta.
Kartawinata K and Waluyo. 1977. A Preliminary Study of The Mangrove Forest
on P. Rambut. Jakarta. Mar. Res. Indon. 18:119-129.
Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Kusmana C. 1983. Analisa Vegetasi Hutan Mangrove di Muara Angke Jakarta [skripsi]. Bogor: Departemen Menejemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Kusmana C. 1995. Teknik Pengukuran Keanekaragaman Tumbuhan. Pelatihan Tehnik Pengukuran dan Monitoring Biodiversity di Hutan Tropika
Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Kusmana C. dan Istomo. 1993. Arahan Pemanfaatan Ekosistem Mangrove untuk Rekreasi. Makalah Seminar Nasional Manajemen Kawasan Pesisir untuk
Ekoturisme. Bogor: Magister Manajemen IPB. tidak dipublikasikan. Kusmana C. 2001. Respon Mangrove Terhadap Perubahan Iklim Global: Aspek
Biologi dan Ekologi Mangrove. Bogor: Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB.
Kusmana C. 2002. Pengelolaan Ekosistem Mangrove secara Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove LPP Mangrove. 1998.
Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Bogor.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove LPP Mangrove. 2000. Rencana Pengelolaan Suaka Margasatwa Muara Angke. Bogor.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove LPP Mangrove. 2008. Valuasi Ekonomi Kawasan Mangrove Batu Ampar, kabupaten Kubu Raya,
Provinsi Kalimantan Barat. Bogor. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove LPP Mangrove. 2004.
Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Bengkalis. LPP Mangrove- Bogor. Lewis III, R.R. 2004. Ecological engineering for successful management and
restoration of mangrove forests. Lewis Environmental Services, Inc., P.O. Box 5430, Salt Springs, FL 32134, USA
Lugo A and SC Snedaker. 1974. The Ecology of Mangroves. Annual Review of Ecology and Systematics 5: 39-64.
Mazda Y, Wolanski E, and Ridd PV. 2007. The Role of Physical Processes in Mangrove Environments: Manual for the preservation and utilization of
mangrove ecosystems . Tokyo: Terrapub. Sponsored and supported by
Keidanren Nature Conservation Fund, Action for Mangrove Reforestation, The International Sociery for Mangrove Ecosystems, Tohoku Ryokka
Kankyohozen Co. Ltd., and Mikuniya Corporation.
Naamin N. 2002. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. VIII No. 2. Nurifdinsyah J. 1993. Studi Kualitas Sungai Cikaranggelam Menggunakan
Makrozoobentos sebagai Indikator Pencemaran Lingkungan Perairan [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Nybakken JW. 1992. Biologi laut, suatu pendekatan ekologis. Alih bahasa : H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Jakarta:
PT. Gramedia. Pagiola, S.von Ritter, K. and J. Bishop. 2004. Assessing The Economic Value of
Ecosystem Conservation . Environment Department Papers No 101.
Washington, D.C: The World Bank. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1996. Rencana Tata Ruang Wilayah
DKI Jakarta 2010. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Fakultas Kehutanan IPB. 2000.
Laporan Akhir: Penyususnan Identifikasi Pemanfaatan Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara. Pemerintah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta-Fakultas Kehutanan IPB.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan. 1998. Studi Penggunaan Sistem Informasi Geografis SIG
dalam Menyusun Basis Data Potensi Kawasan Perairan Teluk Jakarta. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan Kantor Pengkajian
Perkotaan dan Lingkungan.
Pomeroy RS and MJ Williams. 1994. Fisheries Co-management and Small-scale Fisheries: A Policy Brief. Manila: ICLARM.
[PKSPL-IPB] Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Institut Pertanian Bogor. 2001. Kebijakan Pelestarian Ekosistem Mangrove sebagai Jalur Hijau Pantai
Green Belt dalam Konteks Era Otonomi Daerah. Berkerjasama dengan Kantor Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
PT. Mandara Permai. 1994. Draft Laporan Akhir : Kajian Ulang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL dan Pembaharuan Rencana
Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan
RKLRPL Rencana
Pengembangan Kawasan Rekreasi dan Perumahan Kapuk-Jakarta Utara. Jakarta: Riptikon.
Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2007 tentang Pemanfaatan Kawasan hutan, Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan kawasan Suaka Alam dan kawasan pelestarian Alam.
Primavera, J.H and Esteban, J.M.A. 2008. A review of mangrove rehabilitation in the Philippines: successes, failures and future prospects. Wetlands Ecol
Manage 2008 16:345 –358. DOI 10.1007s11273-008-9101-y.
Ongkosongo et al. 1986. Pemikiran Awal Kriteria Penentuan Jalur Hijau Mangrove. Diskusi Panel Daya Guna dan Batas Lebar Jalur Hijau
Mangrove. Jakarta: MAB-LIPI. Ostrom Elinor. 1990. Governing the Commons: The Evolution of Institutions for
Collective Action . New York: Cambridge University Press.
Ruitenberk JH. 1994, Modelling economy-ecology linkages in mangroves: Economic evidence for promoting conservation in Bintuni Bay, Indonesia.
Ecological Economics 10:223-247. Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin Proses Hierarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalan Situasi Kompleks. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Santoso N. 2002. Desain Pengelolaan Kawasan Lindung di Muara Angke DKI Jakarta. Draft Disertasi Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Santoso N. 2011. Hutan dan Lingkungan, Solusi Krisis Masa Depan. Jakarta: PT. Pustaka Ababil.
Satria Arif et al. 2002. Menuju Desentralisasi Kelautan. Jakarta: PT. Pustaka Cidesendo.
Schimper AFW. 1898. Pfalnzengeographic auf Physiological Basis. Oxford University Press.
Silvius M J, Djuharsa E, Taufik AW, Steeman APJM, and Berczy ET. 1987. The Indonesian Wetland Inventory: A Preliminary Compilation of Information
on Wetlands of Indonesia. Singarimbun M dan S Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:
LP3ES. Soemodiharjo S. 1993. Proceedings of The Regional Seminar on Ecosystem
Rehabilitation of Ecotone II. Jakarta: Indonesian National MAB Committee. Soerianegara I. 1971. Characteristics of Mangrove Soils of Java. Rimba Indonesia
15: 141 - 150. Spalding MD, Blasco and Field CD Editors. 1997. World Mangrove Atlas.
International Society For Mangrove Ecosystem. Okinawa Japan. Spalding M, Kainuwa M, and Collins L. 2010. World Atlas of Mangroves.
Sponsored: ITTO, ISME, FAO, UNEP, WCMC, UNESCO and MAB, UNU-IWEH and TNC. London and Washington DC.
Specht RL. 1970. Vegetation in the Australian Environment. GW Leeper Ed. Fourth Edition. Melbourne: CSIRO.
Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Suryono T. 2006. Penilaian Ekonomi Lingkungan Terhadap Konversi Hutan Mangrove Menjadi Tambak dan Pemukiman Studi Kasus di Hutan
Mangrove Angke Kapuk Jakarta Utara [tesis]. Bogor: Pascasarjana IPB. Suwijanto. 1977. Geologi Dataran Jakarta dan Sekitarnya. Dalam : Teluk Jakarta
: Sumberdaya, sifat-sifat oseanologis, serta permasalahannya Eds.: Hutomo, M., K.Romimoharto dan Burhanuddin. Proyek Penelitian Potensi
Sumberdaya Ekonomi Lembaga Oseanologi Nasional-LIPI Jakarta.
Tim Teluk Jakarta. 1996. Penyelidikan Geologi Wilayah Pantai dan Lepas Pantai Perairan Teluk Jakarta dan Sekitarnya. Departemen Pertambangan dan
Energi Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Bandung.
Tomlinson PB. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge: Cambridge University Press.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil. Van Steenis CGGJ. 1958. Ecology Introductory Part to the Monograph of
Rizoporaceae by Ding Hou. Flora Malesiana 5:431-441. Wartapura Sutisna. 1991. Kebijaksanaan Pengelolaan Mangrove dari Sudut
Konservasi. Prosiding Seminar IV Ekosistem Mangrove. Jakarta: LIPI. Watson JG. 1928. Mangrove Forest of the Malay Peninsula Malayan Forest
Records 6; 1- 275.
Watson J.G. 1928. Mangrove Forests of The Malay Peninsula. Malaysian Forest Records No. 6. Kulala Lumpur.
Whitten T, RE Soeriatmadja dan SA Afiff. 1999. Ekologi at Jawa and Bali. Dalhouse University. Canadian International Development Agency.
Wilhm JJ 1975. Biological Indicators of Pollutions, In Witton BA Ed. River Ecology, Blockwell Scientific Pupl. Osney Mead. Oxford. pp. 375-402.
[WCED] World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. United Nation World Commission on Environment and
Development. Oxford University Press. London.
LAMPIRAN
Tingkat Pertumbuhan Semai Jalur I
No. Nama Lokal
Jumlah Ind. K
KR F
FR INP
1 Api-api
116 36250.00
35.15 0.75
18.18 53.33
2 Keremek putih
80 25000.00
24.24 0.38
9.09 33.33
3 Kerinyuh laut
28 8750.00
8.48 0.50
12.12 20.61
4 Xtba
34 10625.00
10.30 0.38
9.09 19.39
5 Buta-buta
9 2812.50
2.73 0.63
15.15 17.88
6 Rumput teki
30 9375.00
9.09 0.13
3.03 12.12
7 Deris
5 1562.50
1.52 0.38
9.09 10.61
8 Piyai
6 1875.00
1.82 0.25
6.06 7.88
9 Kangkung laut
8 2500.00
2.42 0.13
3.03 5.45
10 Beluntas
5 1562.50
1.52 0.13
3.03 4.55
11 Xtbb
4 1250.00
1.21 0.13
3.03 4.24
12 Pace
3 937.50
0.91 0.13
3.03 3.94
13 Waru laut
1 312.50
0.30 0.13
3.03 3.33
14 Xtbc
1 312.50
0.30 0.13
3.03 3.33
330 103125.00
100.00 4.13