Secara umum ada 2 dua jenis bahan tanaman di dalam kegiatan penanaman mangrove, yakni : 1 propagul dan 2 berupa anakan yang berasal
dari persemaian ataupun dari alam.
a.1. Penanaman dengan Menggunakan Propagul
Penanaman dengan menggunakan bahan tanaman berupa propagul secara umum dilakukan pada jenis-jenis Rhizophora apiculata, R. mucronata, dan
R. stylosa yang mempunyai propagul yang cukup panjang. Propagul yang panjang
relatif lebih tahan terhadap genangan air pasang surut dan penggenangan air laut. Penanaman dengan menggunakan propagul disarankan untuk penanaman untuk
waktu yang cepat dan lokasi luas, alasan penggunaan propagul antara lain: Merupakan cara yang paling mudah, murah dan efektif
Sifat buah vivivar berkecambah di pohon Propagul yang ditanam mempunyai kemampuan menghasilkan tunas
tambahan apabila hipokotil bagian atas rusak dan pembentukan akar cepat Di habitat yang cocok, keberhasilannya lebih dari 90 dan tegakan
biasanya tumbuh dengan baik dan seragam.
a.2. Penanaman dengan Menggunakan Bibit Persemaian
Penanaman dengan menggunakan anakan dari persemaian merupakan cara yang efektif dalam mengatasi masalah predasi oleh kepiting, gangguan gulma
maupun pada substrat yang keras, berpasir atau lumpur yang terlalu dalam. Anakan tanaman yang telah berkayu tahan terhadap serangan kepiting maupun
kera. Sistem pucuk dan perakaran yang terbentuk tahan terhadap terjangan air pasang dan dapat berkompetisi dengan gulma.
Kriteria ini mencakup kegiatan penyulaman, pemeliharaan dan monitoring. Dengan waktu dan frekuensi yang cukup akan memberikan gambaran
yang jelas di lapangan permasalahan dan kendala yang dihadapi. Dengan demikian akan memudahkan pelaksana untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan dalam menyelamatkan hasil penanaman. Pemeliharaan dilakukan untuk meminimalkan faktor-faktor perusak yang
dapat menyebabkan kegagalan penanaman jenis pohon mangrove di antaranya adalah: kepiting, keramonyet, biawak, arus air laut, tumbuhan gulma, hama
serangga, dan erosi pantai. Faktor-faktor tersebut dimonitor secara teratur dengan memperhatikan intensitas kerusakan dan dilakukan penanggulangan terhadap
kerusakan yang terjadi. Terdapat perbedaan kondisi habitat pada lokasi yang dievaluasi sehingga
memerlukan pendekatan teknologi rehabilitasi yang berbeda pada setiap lokasi. Untuk keberhasilan rehabilitasi mangrove pelaksana harus memaksimalkan
program perencanaan, pelaksanaan dan monitoring kegiatan secara baik dan terpadu. Beberapa kegiatan rehabilitasi yang dilakukan di Kawasan hutan
mangrove di antaranya adalah:
i. Penanaman dengan
Sea Defence di Hutan Lindung Revitalisasi Hutan Lindung
Pembangunan breakwater permanen yang dibangun di lepas pantai dimaksudkan untuk menahan hempasan gelombang laut dan menahan tumpukan
urugan tanah sebagai media tumbuhnya mangrove di belakang bangunan breakwater
tersebut. Dalam hal ini persyaratan utama breakwater yang akan dibangun adalah selain dapat secara efektif menahan hempasan gelombang laut
dan media tanah, juga harus dapat menjamin masuk pasang surut air laut ke areal penanaman mangrove di belakangnya, sehingga keberadaan breakwater tersebut
tetap menjamin sirkulasi air laut untuk pertumbuhan mangrove secara optimal. Adapun breakwater yang dibangun di kiri kanan saluran air atau sungai
dimaksudkan untuk menahan tumpukan urugan tanah atau media tumbuh mangrove sekaligus sebagai penguat pematang saluran airsungai.
Berdasarkan hal tersebut di atas, breakwater yang akan dibangun adalah breakwater
model Rubber Mould. Pada dasarnya breakwater model tersebut terdiri atas tumpukan batu mulai dari ukuran besar di bagian atas kecil di bagian
dalamnya. Dimensi breakwater ini ditentukan berdasarkan pertimbangan kecepatan arus, kemiringan pantai, dan daya dukung tanah dasar laut.
Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, 2009
Gambar 11 Berbagai bentuk dimensi breakwater.
ii. Penanaman Mangrove dengan Sistem Guludan
Penanaman dengan teknis guludan dilakukan pada lokasi bekas tambak yang terdapat di hutan kawasan Angke Kapuk karena mempunyai kedalaman 1,5
meter sampai 3 meter sehingga tidak memungkinkan ditanam dengan sistem langsung.
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan DKI jakarta, 2009
Gambar 12 Penanaman mangrove dengan sistem guludan.
Pertumbuhan Tanaman dengan Metode GULUDAN adalah 90
– 95
Metode ini digunakan untuk pelaksanaan RHL pada bekas areal tambak liar yang tidak dapat
dilakukan dengan Metode Konvensional Tanam Langsung
Hak Paten Milik : Prof.Dr.Ir. Cecep Kusmana, MS Fahutan IPB
Gambar 13 Kondisi pertumbuhan tanaman mangrove dengan metode guludan.
iii. Penanaman dengan Bibit Langsung
Sumber : Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta, 2009
Gambar 14 Penanaman mangrove dengan bibit langsung.
b. Pembuatan Sarana Prasarana Pendukung di Kawasan Mangrove