Kawasan Muara angke terletak di pesisir utara Pulau Jawa yang termasuk dataran pantai yang penyebarannya umumya dapat dilihat pada endapan pematang
pantai yang sebagian besar terdapat di sebelah timur dataran delta. PT. Mandara Permai 1994, pada umumnya bagian Utara dataran rendah
DKI  Jakarta  merupakan  rawa  hutan  mangrove  bakau.  Bahkan  sampai  tahun 1956, baru sebagian kecil wilayah ini dibuka sebagai pertambakan. Setahap demi
setahap, bagian Selatan dataran ini berubah menjadi rawa dengan tumbuhan yang hidup  pada  perairan  yang  berair  lebih  tawar.  Kemudian  sungai-sungai  bagian
Selatan  berevolusi  menjadi  dataran  rendah  yang  lebih  tinggi  karena  memperoleh tambahan sedimen.
Semakin  ke  Barat  Daya,  ketinggian  dataran  pantai  semakin  tinggi.  Di bagian  Selatan,  tinggi  pematang  pantai  ini  dapat  mencapai  5  meter,  semakin  ke
Barat  Laut  tingginya  hanya  mencapai  2  meter.  Elevasi  daerah  Jakarta  pada umumnya dan daerah Kapuk serta dataran pantai  pada khususnya, kurang dari 5
meter.  Khusus  untuk  daerah  Kapuk,  selain  terdapat  saluran-saluran  untuk pengairan pertambakan terutama dari arah laut, sungai-sungai  yang ada dari arah
Timur ke Barat meliputi Angke, Cengkareng Drain, Kamal, dan Dadap. Di Barat Daya Kamal terdapat bekas pulau karang yang sekarang telah berada pada sekitar
500  m  dari  garis  pantai  dan  tertutup  sedimen  setelah  melalui  proses penyambungan  dengan  dataran  pantai  tombol  terlebih  dulu.  Pada  tepi  pantai
yang  masih  ditutupi  mangrove,  bagian  depan  fore  shore  pantai  berupa  rataan mud  flat  dengan  lebar  sekitar  100  m,  bagian  atasnya  berupa  lumpur  lunak
dengan tebal mencapai 1 meter. Di bagian belakang back shore rawa mangrove terdapat tanggul-tanggul untuk pertambakan.
e. Perubahan Garis Pantai
Pada  mulanya  daratan  pantai  Kapuk  selalu  berkembang  ke  arah  laut dengan  laju  sekitar  1  meter  per  tahun  yang  dipacu  oleh  adanya  hutan  mangrove
yang  lebat  karena  perakarannya  dapat  mengurangi  terjadinya  erosi  dan  memacu sedimentasi.  Lebatnya  mangrove  juga  lebih  memungkinkan  tersebarnya  tunas
baru.  Sejak  tahun  1980,  perubahan  garis  pantai  mulai  berbalik  arah  dengan kecenderungan  abrasi  pantai.  Pada  tahun  1980,  tepi  Barat  muara  Sungai  Angke
dibangun  break  water  sepanjang  200  m  dengan  maksud  menjaga  kedalaman perairan  muara,  namun  akibatnya  adalah  terjadi  abrasi  dengan  laju  sekitar  25  m
per  tahun  antara  tahun  1980-1983.  Pada  periode  yang  sama,  kondisi  pantai  di sekitar Kelurahan Kamal Muara mengalami erosi berat dengan laju sekitar 19 m
per  tahun.  Hal  ini  disebabkan  aliran  arus  sepanjang  pantai  membawa  sedimen tersebut ke arah Timur dan mengendapkannya di sebelah barat jetti tersebut.
Pilar  batas  wilayah  DKI  Jakarta-Jawa  Barat  nomor  381  yang  pada  tahun 1979  masih  terletak  sekitar  40  m  dari  garis  pantai,  pada  tahun  1983  telah  jatuh
terendam air  pada jarak  2  m  dari  garis  pantai.  Dewasa ini,  pilar  tersebut  terletak sekitar 100 m dari garis pantai PT. Mandara Permai 1994.
f. Pemanfaatan Lahan
Pada  tahun  1910  an,  dataran  Kapuk  masih  berupa  rawa  mangrove  dan sebagian  kecil  yang  dibuka  untuk  tambak.  Sekitar  tahun  1963  wilayah  tersebut
dibuka  secara  besar-besaran  untuk  pertambakan  dan  pada  tahun  1987,  sebagian besar  rawa ini telah  berubah menjadi area  pertambakan.  Mangrove  hanya  tersisa
di Cagar Alam Angke seluas 15 ha dan di tepi Utara yang berbatasan dengan laut. Sejak awal tahun 1982 sebagian tambak yang ada di Timur Sungai Angke mulai
diurug  untuk  perumahan  nelayan  dan  perumahan  teratur  sebagai  perluasan kegiatan  Badan  Pengawas  Pelaksanaan  Pengembangan  Lingkungan  BPPPL
Pluit.    Sebagian  mangrove  yang  ada  di  Utara  delta  angke  mulai  ditebang  dan  di bagian  Timurnya  pada  tahun  1981  telah  digunakan  untuk  pelabuhan  ikan  Muara
Angke. Hutan mangrove yang ada dewasa ini merupakan jalur di sepanjang pantai
dari  sekitar  Muara  Sungai  Angke  sampai  dengan  sebelah  Timur  sungai  Kamal. Sekitar satu dekade yang lalu, di tepi Timur sungai Kamal tersebut terdapat jalur
tipis  mangrove,  namun  dewasa  ini  daerah  sekitar  sungai  Kamal  tererosi  berat sehingga  selain  tambak  dan  mangrove  tererosi,  sebagian  rumah  penduduk  desa
Kamal yang terletak di tepi pantai hancur tererosi. Pada tahun 1982 bagian tengah daerah pertambakan kapuk dipotong untuk
dibangun  saluran  Cengkareng  Drain.  Pemotongan  tersebut  juga  mengenai  jalur mangrove  yang  ada  di  tepi  pantai  Utara  tersebut.  Pada  tahun  1981  juga  telah
dibuat kanal tempat pendaratan pelabuhan batu dan pasir di Desa Dadap untuk keperluan  pengembangan  pelabuhan  udara  Soekarno-Hatta  dan  jalan  tol  Prof.
Sediatmo. Hasil  analisis  laboratorium  menunjukkan  bahwa  sifat  fisik  tanah  di
kawasan  hutan  mangrove  Muara  Angke  mengandung  39,5  ,  liat  31,5  ,  dan pasir 29 .
Tabel 6  Hasil analisis laboratorium sifat fisik dan kimia tanah Cagar Alam Muara Angke
No Komponen Kimia
Simbol Satuan
Katagori
1 Kalium
K 0,40 me100 gr
Sedang 2
Natrium Na
0,34 me100 gr Rendah
3 Calsium
Ca 5,36 me100 gr
Rendah 4
Magnesium Mg
1,09 me100 gr Rendah
5 Carbon Organik
C 2,1
Sedang 6
Nitrogen Organik N
0,19 Rendah
7 Besi
Fe 60,15 ppm
- 8
Timbal Pb
4,04 ppm -
9 Tembaga
Cu 8,01 ppm
-
Sumber : Laporan Akhir Proyek Pembinaan Cagar Alam dan Hutan Lidung  1996
g. Hutan Lindung Muara Angke