Apa sajakah program pendidikan karakter di SMAN 6 Yogyakarta?

178 surat pun dikiranya kegiatan sekolah. Misalnya ada yang menanyakan ke saya, pak ini kok anak saya pulang sore terus ekstranya ada berapa. Saya jawab ya ekstranya cuma satu anak pilihannya ya cuma satu. Orang tua malah kaget bilang kok anak saya ikut banyak. Ya saya jawab ya itu yang ditanyakan anaknya. Nah kadang-kadang orang tua itu kalau nggak komunikasi ya sebenarnya anak-anak jamansekarang itu pinter-pinter diplomasi. Nah kalau kita sudah megontrol tapi kalau orang tua membiarkan ya sama saja. Kita ngecek anak sampai sekarang itu kelas 10 itu baru masuk dua kali apa ya, katanya berangkat sekoah tetapi ternyata nggak sampai sini. Lha kita kan nggak tau juga. Taunya pas setelah diabsen jarang masuk, artinya apa karakter itu sebenarnya dari rumah disini kita hanya melengkapi aja. Artinya apa tidak bisa secara langsung lepas tangan jadi tanggung jawab sekolah tetapi sekolah hanya menjadi sarana pendukung saja. Jadi memang seperti Ki Hajar Dewantara itu karakter itu ya sekolah, orang tua, masyarakat dan lingkungan itu menjadi penting. Itu diantara strategi-strategi lainnya yaitu dengan orang tua, dengan tata tertib dengan integrasi pendidikan karakter”

15. Jenis kenakalan remaja seperti apa yang pernah terjadi di SMAN 6

Yogyakarta? “Kalau saya ada dua kenakalan ya, ada kenakalan yang usia anak ya, anak itu misalnya ehm...ketika kita ada kegiatan dan mereka ikut tapi mereka tidak ikut. Atau mungkin modelnya bolos itu atau meninggalkan padahal itu kegiatan wajib. Ada yang kaitannya dengan di luar, mungkin bagi kita dianggap nakal, tapi dianggap anak-anak sebenarnya tidak. Misalnya itu ya menulis-nulis atau grafiti. Jadi kalau selama saya itu yang muncul baru akan terjadi tetapi belum terjadi itu sudah terselesaikan ini mislanya sudah muncul tanda-tanda itu kita komunikasi dengan kesiswaan sekolah tersebut dan kita berkumpul kalau perlu kita dengan pak lurahnya dengan polsek itu untuk anak yang dianggap rawan itu kita rapat bersama dengan sekolah lain yang kira-kira menimbulkan masalahyang dalam tanda kutip kita akurkan disitu. Tapi kalau kejadian belum. Presentasinya kecil ya itu baru ada satu kejadian ya jadi ada anak-anak naik motor di depan terus anak- anak kita terpancing nah itu langsung kita cegah ini tahun awal-awal 2013 itu”

16. Apakah semua guru paham adanya penerapan kebijakan pendidikan

karakter di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Ya paham karena apa itu kan diintegrasikan di kurikulum juga di bidang mapel yang sesuai. Jadi memang ada RPP atau silabus itu ada yang berbasis pendidikan karakter jadi mereka tau”

17. Faktor apa yang mendukung dan menghambat dalam proses kebijakan

pendidikan karakter dalam meminimilasisasi kenakalan remaja di SMAN 6 Yogyakarta? “Faktor pendukungnya adalah ehm.. adalah komitmen dari guru. Kalau siswa didik kalau melihat gurunya bagus maka akan menjadi bagus juga karakternya. Yang menghambat itu ya lingkungan baik lingkungan secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya yang langsung maupun tidak 179 langsung itu ya media khususnya media online. Media online sekarang itu ibarat pisau to, pisau yang bisa memotong tetapi juga melukai nah kita sulit mengontrol. Apalagi di gadget anak-anak itu apa saja bisa dilihat jaman sekarang. Itu faktor yang menghambat itu salah satunya. Budaya luar yang bukan dari sini muncul karena banyak terjadi di media online-online itu yang menghambat. Apalagi di media televisi itu sekarang semakin liberal kalau saya lihat berita-berita itu bukan malah berita yang bagus-bagus tetapi malah berita yang jelek-jelek semua. Ya awalnya orang itu tidak tahu menjadi tahu, dan kadang-kadang malah megikuti pola-pola itu. Ya tentang perkelahian antar pelajar, kekerasan terhadap perempuan, terhadap anak atau kejadian pembunuhan itu justru menimbulkan dampak yang nggak bagus. Kenapa? Hati nurani anak manusai itu menjadi tumpul, kalau media televisi dulu hanya satu tok, itu bukan hanya satu kasus saja tetapi beritanya besar. Sekarang ada banyak kasus-kasus itu orang biasa-biasa saja orang dibunuh biasa, pencurian biasa, artinya apa tidak muncul empati lagi. Hati kita sudah tumpul, setiap hari beritanya hanya begitu- begitu. Menjadi hilang kemanusiaan kita. Kenapa? Dikasih berita yang seperti itu, kalau dulu sudah heboh kalau sekarang biasa saja” Nama : GK Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Waktu Wawancara : 24 Agustus 2016 Tempat Wawancara : SMA Negeri 6 Yogyakarta Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil kepala sekolah kurikulum di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Sudah 5 tahun pelajaran ini sejak tahun 2011”

2. Sejak kapan mulai adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Kalau pendidikan karakter itu kita pendidikan bagaimana pun juga kan meskipun ada regulasi atau tidak kan kita ada arah untuk kesana kemudian diperkuat dengan regulasi yang ada sekarang itu”

3. Apa tujuan dari adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Pendidikan karakter itu secara umum kita sekolahan menjalankan pendidikan umu jadi ya mau tidak mau adanya regulasi atau tidak itu kita memberikan karakter. Makanya dengan regulasi yang ada pendidikan karakter lebih diperkuat lagi begitu. Tujuannya bagaimana membiasakan dari warga sekolah bukan saja siswa saja menjalankan nilai-nilai yang ada. Artinya nanti sudah itu akan menjadi budaya. Jadi biarlah untuk salam, senyum, tegur, sapa itu nanti jadi budaya. Misal di SMA 6 kalau pagi kendaraan dituntun dari gerbang sampai tempat parkir. Itu kan untuk siswa memahami etika sopan santun juga untuk mengelola lingkungan yang bersih”