Apa sajakah nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa di SMA

173 dulu. Pendidikan itu tidak dapat dijalankan kalau tanpa dilandasi pendidikan karakter. Jadi pendidikan karakter itu ya pondasinya, jadi harus kuat agar tidak roboh. Tapi karena saya dapatnya SMA kan SMA itu ditengah-tengah ya. Ya sudah kita bagusin pondasinya kita perbaiki lagi supaya menjadi kokoh. Nah kalau saran saya membangun pendidikan karakter itu sejak usia dini karena yang penting disitu sebenarnya. Bahkan menurut saya level penting pendidikan karakter itu diusia bawah” Nama : AF Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Waktu Wawancara : 26 Agustus 2016 Tempat Wawancara : SMA Negeri 6 Yogyakarta Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil kepala sekolah di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Kalau di kesiswaan mulai dari 2013, dulu saya di humas sampai sekarang”

2. Sejak kapan mulai adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Pendidikan karakter di SMA 6 ini muncul sebenarnya ada dua hal ya, yang satu adalah pola pembiasaan, yang kedua mengikuti pola kurikulum atau pun peraturan baru kementrian tentang 18 karakter itu. Kemudian yang dilakukan SMA 6 ada yang memang melalui beberapa program misalnya ehmm..melalui program ketika kita dulu namanya MOS Masa Orientasi Siswa terus sekarang ganti PLS nah disitu kita masukkan program tentang karakter. PLS itu Pengenalan Lingkungan Sekolah kalau dulu MOS itu terus ganti MOB nah sekarang PLS. Nah di kelas 10 itulah kita sampaikan materi tentang apa itu karakter, bagaimana budaya sekolah, bagaimana budaya siswa. Artinya apa, tidak hanya sisi prestasi intelektual tetapi ya juga akhlak moral, budi pekerti itu kita sampaikan disitu. Tentang karakter itu kan ada karakter yang sumbernya dari agama ada, karakter yang sumbernya dari budaya ada, atau karakter yang sumbernya dari budaya nasional, itu kita sampaikan di materi di PLS atau pun karakter di SMA 6 sendiri. Contoh di SMA 6 ini ada yang harus dibangkitkan dibangun tentang karakter ehm..misalnya tentang karakter budaya meneliti, budaya research, itu budaya. Itu karakter disini beda dengan sekolah lain nggak ada. Nah itu adalah salah satu contoh. Kalau yang lainnya ya itu tadi misalnya dari sumber agama, norma, budaya, adat istiadat, itu bisa kita sampaikan lewat pendidikan atau pengenalan lingkungan sekolah. Yang kedua melalui pengembangan potensi siswa jalur ekstrakuriler. Misalnya di ekstrakurikuler itu ada pengembangan potensi misalnya jenisnya olahraga, tekwondo, badminton, basket sepak bola, itu juga pengembangan karakter melalui olah raga. Supaya mereka bisa disiplin, profesional, atau karakter yang lewat agama ehmm..semua agama Islam, Katholik, Kristen maupun 174 Hindu, namanya mentoring. Mentoring itu biasa dilaksanakan setiap hari Jumat. Hari Jumat itu mereka dibina dari sisi aklahknya, moralnya, dengan norma agama. Atau pun dengan ekstra lain yang sifatnya seni ya, seni itu ada ehmm...seni...paduan suara, karawitan, ada tari. Itu juga merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter ata yang sifatnya ehm...banyak diikuti itu tentang KIR. Itu juga karakter. Kenapa? Ketika melalui kegiatan potensi itu pengembangan bakat anak maka Insyaallah endingnya akhirnya anak itu akan punya jiwa yang dibiasakan sejak awal itu. Walaupun tidak melalui secara apa namanya knowledge ehmm...ilmu diajarkan tetapi melalui pengembangan potensi diri itu yang kita kembangkan disini disamping pembiasaan-pembiasaan di pagi hari itu” 3. Mentoring itu kegiatan seperti apa? “Mentoring itu pembekalan imtaq modelnya. Pembekalan imtaq sesuai dengan agamanya. Jadi diberikan materi tentang pendidikan agama , pendalaman agama istilahnya. Ini masuk dalam kegiatan ekstra, dilakukan sore hari untuk semua agama Islam, Katholik, Kristen, Hindu. Biasanya dilaksanakan setelah pulang sekolah. Ya kalau yang laki-laki setelah Jumatan, tapi yang lainnya sekitar jam 12.00”

4. Apa tujuan dari adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Kita kan tidak tau latar belakang siswa, makanya itu kita lewat biodata diri siswa. Tetapi kesehariannya kita belum tau. Nah maka disini dibiasakan dengan pola budaya SMA 6. Ya disini yang kita tau berapa nilai nemnya itu. Kan ada dua, reguler sama KMS, bedanya adalah kalau reguler itu nilainya lebih tinggi kalau yang KMS biasanya dibawah yang reguler itu yang kita tau persis ya. Tapi kalau catatan kepribadian kita hanya tau dari apa yang mereka isi di biodata itu. Artinya ya di dalam dunia pendidikan itu kan disamping untuk meraih lulusan yang baik sesuai dengan SKL nya tentunya dia punya prestasi tetapi juga dengan orang yang baik, pandai, pinter itu juga punya ehm..karakter atau personality atau akhlak dan moral yang baik juga sehingga kelak ketika dia satu saat menjadi seorang pimpinan maka itu akan membawa dampak pada kebijakan-kebijakannya, perilaku-perilakunya juga jadi baik, jadi tidak hanya bermanfaat sekarang tetapi justru kedepannya”

5. Bagaimana anda menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan

ekstrakurikuler siswa khususnya dalam meminimalisasi kenakalan remaja di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Di PLS ya Pengenalan Lingkungan Sekolah kita kenalkan tentang budaya, tata krama, tata tertib dan kehidupan di sekolah. Diatur mengenai jam keberangkatan, jam kepulangan, kegiatan di sekolah, cara pakai baju harinya apa pakainya apa, kegiatan yang boleh diikuti apa yang tidak apa, itu diatur di dalam tata tertib. Nah buku tata tertib atau ketentuan ini itu mengarahkan untuk anak dapat berbudaya, berkarakter sesuai dengan norma yang sudah kita tentukan jadi lebih pada pembiasaan pembiasaan, dengan aturan aturan itu”