Sarana dan Prasarana Gambaran Umum SMA Negeri 6 Yogyakarta

86 5 Sumber belajar b. Alumni, merupakan organisasi informal yang memberikan sumbangan terhadap kemajuan sekolah baik dalam bentuk material maupun nonmaterial untuk ikut serta meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Negeri 6 Yogyakarta c. Lembaga Pendidikan Tinggi baik negeri maupun swasta, antara lain dikemas dalam bentuk pemberian informasi studi lanjut Perguruan Tinggi, Peningkatan kualitas sumber daya sekolah. d. Bank Jogja, Bank Pemerintah Daerah BPD DIY, dan Bank Republik Indonesia dalam pengelolaan keuangan sekolah e. Lembaga Bimbingan Belajar, untuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan kompetensi hasil pembelajaran f. Lembaga Psikologi Indonesia, dalam penyelenggaraan tes psikologi untuk pembimbingan penjurusan maupun kelanjutan studi. g. Media massa, baik elektronik maupun cetak untuk mempublikasikan kegiatan maupun prestasi SMA Negeri 6 Yogyakarta h. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Provinsi DIY dan Toyota dalam pengelolaan limbah sekolah. i. Badan Lingkungan Hidup BLH Kota Yogyakarta dalam pengelolaan program lingkungan hidup j. Desa binaan untuk menerapkan hasil penelitian siswa sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat: 1 Gedongkiwo : Pengelolaan Ampas Tahu 87 2 Mutihan : Pengelolaan Emping Melinjo 3 Klajuran : Pengolahan Sampah 4 Paraksari Pakem : Pengolahan Pelet Tulang Ayam

B. Hasil Penelitian

1. Pendidikan Karakter di SMA Negeri 6 Yogyakarta

Sebelum adanya peraturan pemerintah terkait kebijakan pendidikan karakter, SMA Negeri 6 Yogyakarta sudah sangat lama melaksanakan pendidikan karakter. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Ibu SH yang menyatakan, bahwa “sudah, ya sudah sejak beberapa tahun sudah lama” SH, 29 Agustus 2016. Bapak AF selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, beliau mengatakan, bahwa: “Kalau pendidikan karakter itu kita pendidikan bagaimana pun juga kan meskipun ada regulasi atau tidak kan kita ada arah untuk kesana kemudian diperkuat dengan regulasi yang ada sekarang itu”AF, 24 Agustus 2016 Senada dengan pernyataan tersebut Ibu YK sebagai guru Agama Kristen yang telah lama mengajar di SMA Negeri 6 Yogyakarta sejak tahun 2001 menyatakan, bahwa: “Sebenarnya pendidikan karakter itu diajarkan terus yang nggak cuma waktu itu sudah mode mungkin anak-anak muda yang terbiasa dengan senioritas yang senior itu dan seterusnya dan seterusnya. Itu cuma kebiasaan aja yang kemudian dibentuk – dibentuk ya dibuat sistem di sekolah ini supaya anak itu teralihkan dari hal-hal yang hanya brugudak bruguduk......”YK, 15 Agustus 2016 Berdasarkan pernyataan responden di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter sudah lama ada di dalam proses pendidikan di 88 sekolah-sekolah termasuk di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Tujuan dari pendidikan serta seorang pendidik sendiri adalah untuk membentuk dan mendidik siswa agar lebih baik lagi. Sebelum adanya kebijakan pendidikan karakter, sudah sejak lama guru dalam setiap mata pelajarannya menyisipkan beberapa nilai-nilai karakter dalam proses belajar mengajarnya. Beberapa diantaranya seperti yang disampaikan oleh Ibu IA sebagai guru PKn yang menyatakan, bahwa: “Kalau kebijakan pendidikan karakter itu sebenarnya melekat di PKn mbak dan secara otomatis kita sebagai guru itu memberikan. Sebenarnya pendidikan karakter itu dicanangkan atau enggak dicanangkan oleh pemerintah setiap guru pasti setiap muatan pasti ada pendidikan karakter, itu sudah pasti”IA, 11 Agustus 2016 Pernyataan senada disampaikan oleh Bapak WS sebagai guru agama Hindu yang menyatakan, bahwa: “Kalau pendidikan karakter kalo yang sebenarnya kita lihat ehm..saya itu kalo tidak salah itu sudah ada sejak dulu. Kalau pendidikan karakter itu kan sudah ada di dalam agama itu sudah include jadi ada PERMEN atau tidak, bahwa yang namanya agama yang di bentuk itu adalah karakter. Karena memang implementasi di dalam agama itu adalah bagaimana siswa kita itu menjadi baik. Baik itu dicerminkan dalam bagaimana mereka itu bertingkah laku. Jadi baik disini di dalam tingkah laku baik itu sudah menjadi jiwanya dia, sehingga menjadi karakter dari anak itu. Jadi kalo agama ada kebijakan pendidikan karakter atau tidak itu sudah include dengan tugas dari seorang guru agama, sebenarnya tidak hanya guru agama saja semua guru membentuk karakter manusia itu yang terlandaskan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa dan nantinya bagaimana mereka menggunakan, mengimplementasikan, menerapkan ilmu-ilmu yang ada itu dilandasi oleh agama. Sehingga dia kan tidak perlu bingung lagi kalo sebenarnya kita tentang karakter itu kan. Ini kan sebenarnya lebih condong secara apa ehm..keilmuannya kan......”WS, 19 Agustus 2016 Hal tersebut diperkuat dari pernyataan Ibu DA selaku wali kelas