Menurut anda apa arti kebijakan pendidikan karakter ini bagi siswa?

175 6. Bagaimana pendapat anda mengenai pendidikan karakter? “Sebenarnya karakter itu lebih pada anu to mbak, bukan pendidikannya tapi contoh-contohnya seperti orang ilmunya tau. Contoh bagaikan anak tuh di traffic light lampu merah itu berhenti tetapi dia nyelonong aja. Tau kalau belum 17 itu nggak boleh naik motor ya tau, tapi toh mereka juga. Secara ilmu pengetahuan dia tahu, tapi karena mereka tidak dibudayakan di keluarga di sekolah dia tetep naik motor ya to. Mereka tau kalau namanya membolos itu nggak bagus tapi bolos. Jadi bukan pada masalah ilmunya tapi bagaimana cara kita itu membiasakan orang itu bertindak baik. Jadi pendidikan dalam pengertian memberikan materi itu, kalau saya bukan pada materinya tetapi pada pembiasaannya itu. Karena orang terbiasa sudah dari kecil sudah dibiasakan. Apalagi sekarang itu budayanya gadget itu ya, anak hanya asik dengan sendirinya, kenapa itu karena pembiasaan. Terkadang kita melihat dijalan naik motor itu kadang juga masih asik dengan hp ne. Itu kenapa, itu sebenarnya kita dibodohi sebenarnya harusnya dijalan itu nggak harus dijawab, penting kan nanti ngebel lagi kalau penting telpon lagi. Itu juga karakter. Kalau kita tidak menanamkan, memaksakan karakter tetapi ya itu tadi ya dijalan pun nek dibel kesusu nek mandek bisa terjadi kecelakaan. Artinya apa ya karakter itu dipupuk sejak kecil dengan pembiasaan dalam arti perlu pemaksaan. Jadi memang perlu pemaksaan, kenapa? Orang awalnya itu orang terpaksa awalnya, tetapi ketika sudah 1 atau 2 bulan mereka menjadi tidak terpaksa. Ketika sudah tidak terpaksa menjadi ehm..apa aya namanya ehm..budaya. budaya tidak perlu diperintah mereka jalan sendiri gitu”

7. Apa sajakah nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa di SMA

Negeri 6 Yogyakarta? “Kalau secara apa ya ehm.. per judul, per kurikulum, kita memang tidak memakai itu ya. Tetapi apa pun itu yang baik memang itu yang kita harapkan, minimal anak itu bisa jujur, kaitannya apa jujur itu ada kaitannya dengan prestasi, dengan cara belajar, ketika ulangan itu kan penting jujur, ketika menemuka barang itu disini kan misalnya ada laporan atau lapor ke sekolah, disini ada kantin kejujuran itu untuk menanamkan budaya jujur. Itu...itu yang menonjol ya disini yang ditanamkan tentang budaya jujur. Kenapa? Banyak pejabat itu yang tidak jujur masalahnya, kalau pun kecil kalau jujur orang besar akan jujur. Untuk budaya tertib, ya tertib dalam segala hal iu mbak” 8. Apa sajakah program pendidikan karakter di SMAN 6 Yogyakarta? “Program khusus itu kalau yang khusus itu ada materi di PLS itu, mentoring, ekstra itu kemudian ibadah sesuai dengan agama masing- masing. Kalau Islam kita kan istirahat setengah jam ya nah yang muslim ya ibadah shalat. Kalau Jumat ya ibadah Jumat. Kalau yang non muslim ya silahkan sesuai dengan agamanya. Nah itu dengan pembiasaan-pembiasaan itu ya. Kemudian ada bakti sosial, donor darah, semuanya melalui ekstra. Oh ya ada dua, satu lewat pramuka dan juga mentoring yang wajib untuk siswa kelas 10. Mentoring itu untuk semua kelas 10, kalau kelas 11, 12 udah 176 nggak ada. Kalau kelas 11, 12 itu ada ekstra, ekstranya pilihan semuanya. Kelas 10 ada wajib dan ada pilihan”

9. Bagaimana cara menanamkan nilai-nilai karakter dalam pelaksanaan

pembelajaran di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Itu sebenarnya terintegrasi yah, tidak muncul secara karakter sesuai dengan muatan bidang studinya masing-masing. Sejarah yang mungkin akan ada kaitannya dengan sejarah mungkin tokoh-tokohnya, atau mungkin matematika keluar dengan rumus-rumus yang namanya angka kan nggak mungkin menipu, atau pun dalam fisika. Itu semua terintegrasi, jadi tidak semua mata pelajaran harus dimunculkan karakternya tetapi pada hal-hal yang memang yang mungkin dimunculkan. Jadi modelnya terintegrasi”

10. Bagaimana gambaran output lulusan SMA Negeri 6 Yogyakarta

dengan adanya kebijakan pendidikan karakter yang telah di implementasikan selama ini? “Minimal yang bisa kita lihat itu tingkat yang sudah lulus yah, bahwa selama ini tahun 2004, 2005, 2006 dalam statistik di POLDA itu kita secara grafik itu sudah 0 kasus atau tidak ada kasus kejadian. Itu sebenarnya mulainya tahun 2005, 2006 tetapi clean bersih itu tahun 2008 sampai sekarang itu sudah jarang terjadi”

11. Bagaimana tolok ukur keberhasilan dari implementasi kebijakan

pendidikan karakter di SMA Negeri 6 Yogyakarta khususnya dalam meminimalisasi kenakalan remaja? “Secara terukur itu kita tidak bisa karena itu memang tidak ada pengambilan secara kuatintatif ya secara angka. Tetapi hanya kualitatif saja, mereka ketika sudah lulus masih datang ke sekolah mencari bapak ibu guru berterimakasih, masih ada apa namanya, kadang mereka juga masih kasih sumbang saran dan kontirbusi alumni-alumninya masih banyak apa emosional dengan sekolah itu masih sangat kuat. Jadi mereka masih ada komunikasi dengan sekolah. Artinya apa jadi mereka merasa mereka berhasil itu juga karena dididik oleh sekolah”

12. Siapa sajakah yang terlibat dalam pembuatan peraturan serta kegiatan

wajib yang ada di sekolah? “Kalau di SMA 6 itu ya kepala sekolah, bapak ibu guru kita libatkan juga karyawan, juga apa namanya...kita alumni dalam artian kita tidak semua ya misalnya bidak research kita juga mengambil dari alumni yang dulu dari ekstra research. mentoring kita ngambil dari ehmm.. alumni mentoring yang mereka masih mampu itu kita minta untuk membantu sekolah. Tentunya juga untuk bidang-bidang lain”

13. Strategi apa yang digunakan untuk mendukung proses implementasi

kebijakan pendidikan karakter dalam menimimalisasi kenakalan remaja di SMAN 6 Yogyakarta? “Ehm..kontrol terhadap kegiatan-kegiatan siswa, misalnya kalau sore itu kita batasi jamnya sampai jam 16.00. Secara itu sekolah sudah steril dari kegiatan siswa, dan siswa harus pulang. Kecuali ada ijin atau mereka mau lomba, atau mereka mau mempersiapkan sesuatu yang kaitannya dengan ehm.. penelitian itu boleh lebih sampai dari jam 5. Itu kaitannya dengan