Strategi apa yang digunakan untuk mendukung proses implementasi

179 langsung itu ya media khususnya media online. Media online sekarang itu ibarat pisau to, pisau yang bisa memotong tetapi juga melukai nah kita sulit mengontrol. Apalagi di gadget anak-anak itu apa saja bisa dilihat jaman sekarang. Itu faktor yang menghambat itu salah satunya. Budaya luar yang bukan dari sini muncul karena banyak terjadi di media online-online itu yang menghambat. Apalagi di media televisi itu sekarang semakin liberal kalau saya lihat berita-berita itu bukan malah berita yang bagus-bagus tetapi malah berita yang jelek-jelek semua. Ya awalnya orang itu tidak tahu menjadi tahu, dan kadang-kadang malah megikuti pola-pola itu. Ya tentang perkelahian antar pelajar, kekerasan terhadap perempuan, terhadap anak atau kejadian pembunuhan itu justru menimbulkan dampak yang nggak bagus. Kenapa? Hati nurani anak manusai itu menjadi tumpul, kalau media televisi dulu hanya satu tok, itu bukan hanya satu kasus saja tetapi beritanya besar. Sekarang ada banyak kasus-kasus itu orang biasa-biasa saja orang dibunuh biasa, pencurian biasa, artinya apa tidak muncul empati lagi. Hati kita sudah tumpul, setiap hari beritanya hanya begitu- begitu. Menjadi hilang kemanusiaan kita. Kenapa? Dikasih berita yang seperti itu, kalau dulu sudah heboh kalau sekarang biasa saja” Nama : GK Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum Waktu Wawancara : 24 Agustus 2016 Tempat Wawancara : SMA Negeri 6 Yogyakarta Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil kepala sekolah kurikulum di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Sudah 5 tahun pelajaran ini sejak tahun 2011”

2. Sejak kapan mulai adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Kalau pendidikan karakter itu kita pendidikan bagaimana pun juga kan meskipun ada regulasi atau tidak kan kita ada arah untuk kesana kemudian diperkuat dengan regulasi yang ada sekarang itu”

3. Apa tujuan dari adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Pendidikan karakter itu secara umum kita sekolahan menjalankan pendidikan umu jadi ya mau tidak mau adanya regulasi atau tidak itu kita memberikan karakter. Makanya dengan regulasi yang ada pendidikan karakter lebih diperkuat lagi begitu. Tujuannya bagaimana membiasakan dari warga sekolah bukan saja siswa saja menjalankan nilai-nilai yang ada. Artinya nanti sudah itu akan menjadi budaya. Jadi biarlah untuk salam, senyum, tegur, sapa itu nanti jadi budaya. Misal di SMA 6 kalau pagi kendaraan dituntun dari gerbang sampai tempat parkir. Itu kan untuk siswa memahami etika sopan santun juga untuk mengelola lingkungan yang bersih” 180

4. Apa pentingnya kebijakan pendidikan karakter di SMA Negeri 6

Yogyakarta? “Kalau pendidikan karakter sangat penting kan. Kita disini kalau kita itu punya karakter bangsa dan budaya bangsa yang adi luhung. Itu kan kita jaga dan lestarikan artinya untuk menghalau pengaruh-pengaruh dari budaya luar yang kadang-kadang tidak sesuai kan butuh penyeimbang itu. Jadi jangan sampai anak-anak tidak paham hal yang sifatnya dari luar lebih baik, sehingga karakter dan budaya yang sudah dimiliki itu jadi kabur”

5. Bagaimana bentuk program pendidikan karakter yang terintegrasi

dalam proses pembelajaran di SMAN 6 Yogyakarta? “Kalau untuk secara formalnya setiap guru itu, silabus itu mempunyai mencantumkan karakter yang akan dicapai apa pada setiap kompetensi dasar yang ada. Nah itu harus mencantumkan nilai karakter apa yang dicantumkan disitu”

6. Apa sajakah nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa di SMA

Negeri 6 Yogyakarta? “Kalau nilai karakter ya harapannya semua nilai karakter yang ada. Yang tertulis di regulasinya itu kan ada 18 itu, jadi harapannya semuanya tercapai. Untuk SMA 6 mempunyai ikon research. itu jelas dari apa ya ehm..dari research itu jelas misalnya mengharagai ciptaan Tuhan, kemudian menghormati orang lain, kemudian untuk dia mau demokratis menerima pendapat orang lain, kemudian mau menghormati hasil karya orang lain, kemudian dan sebagainya itu. Kemudian dari langkah research tadi itu karakter-karater itu akan banyak disana” 7. Apa sajakah program pendidikan karakter di SMAN 6 Yogyakarta? “Kalau program pendidikan karakter yang dapat dilihat secara kasat mata itu misalnya pada setiap pagi itu siswa bersalaman pada bapak ibu guru yang bertugas di depan. Kemudian pada saat bertemu dengan bapak ibu guru mengucapkan salam sapa. Kemudian ketika masuk kelas sebelum pelajaran itu menyanyikan lagu Indonesia Raya, kemudian pada saat sebelum pulang menyanyikan lagu wajib seperti itu. Kemudian juga karena kita sekolah adiwiyata sebelum kegiatan itu melihat laci atau dimana itu dilihat masih ada sampah nggak, kalau masih ada diambil kemudian cepat dimasukkan ke tempat sampah sesuai entah kertas, organik atau pun anorganik seperti itu. Kalau kita sudah mengikuti adiwiyata tingkat DIY, ini proses menuju adiwiyata tingkat nasional. Kalau yang terlihat dari hasil itu 2014 kita tingkat kota, kemudian 2015 itu DIY, dan tahun 2016 mengikuti nasional”

8. Bagaimana gambaran

output lulusan SMA Negeri 6 Yogyakarta dengan adanya kebijakan pendidikan karakter yang telah di implementasikan selama ini? “Dari yang kita amati output yang ada anak-anak kita itu terhadap almamater, terhadap bapak ibu guru itu mereka tetep care dan masih mengedepankan etika sopan santun. Katakanlah menghormati dia yang lebih muda menghormati ke yang lebih tua. Artinya bukan semata-mata