Dari 4 aspek cara yang telah anda analisis bagaimana cara anda

172 masuk dan berapa uang yang hilang, juga kalau ada barang-barang anak yang hilang itu dikembalikan lagi gitu. Tetapi saya itu tidak terlalu, saya itu yang penting melakukan yang terbaik. Tolok ukur itu banyak ya aspeknya, misal indikatornya kalo yang peduli lingkungan itu ya kan jelas ya. Saya masuk tahun 2012 maka program saya adiwiyata ya, tolok ukur dalam sekolah itu kalo sekolah itu bisa mencapai sekolah adiwiyata ya. Nah SMA 6 belum, adiwiyata itu bertahap yaitu adiwiyata tingkat kota, tingkat propinsi, tingkat nasional. Lha saya siapkan adiwiyata tingkat kota tahun 20132014. Tahun 20132014 adiwiyata tingkat kota juara 1. Apa pak yang dilihat? Wah macem-macem itu lingkungannya, anak-anak mencintai lingkungannya. Kemudian 20142015 adiwiyata tingkat propinsi SMAMASMK se provinsi DIY. Nah juara 1 juga. Nah sekarang masuk tahun 2016 adiwiyata tingkat nasional. Tolok ukurnya speerti itu salah satunya.”

8. Bagaimana dengan pengurangan kenakalan remaja dari tahun ke

tahun? “Ya kalau data ya ketika saya pertama masuk itu perkelahian remaja itu masih ada mbak. Tampaknya geng itu juga masih ada kemudian beberapa kasus perkelahian itu masih ada, di semester pertama saya itu ada satu atau dua kasus. Kemudian di semester berikutnya itu sudah tidak ada kasus lagi. Kita juga harus waspada juga. Nah ini kan mulai masuk siswa baru, dengan pola yang kita lihat kira-kira anak-anak itu seperti apa dan solusinya seperti apa. Kalau dokter itu ibarat obat ya mbak tidak ada itu obat yang ampuh kalau kita tidak tahu kondisi orang yang sakit itu. Artinya itu kita harus pandai-pandai menganalisis, makanya itu kita sering komunikasi dengan orang tua jadi saya sampaikan pada orang tua, pendidikan itu kan tanggung jawab kita bersama, maka saya sampaikan pada orang tua kita itu harus bertemu minimal satu tahun itu empat kali. Biasanya eventnya pas mengambil nilai mbak itu kita ada empat kali, saya minta orang tuanya datang. Nah disitulah saya sampaikan visi, misi, dan perkembangan sekolah itu saya sampaikan disitu. Dan nampaknya itu orang tua merespon baik soal itu. Kita 95 yang datang orang tuanya sendiri, itu saya bandingkan dengan sekolah lain yang kadang masih manggil kakaknya, simbahnya atau temennya tapi kalau kita enggak”

9. Apakah kebijakan pendidikan karakter sudah turut ikut andil dalam

meminimalisasi kenakalan remaja di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Ya kalau saya lihat sudah memang demikian. Jadi kenakalan remajanya sudah turun, gengnya sudah nggak ada, kemudian ketika MOS anak baru itu ketika anak masuk itu nggak ada lagi senioritas kemudian anak melonco di kelas itu sudah nggaka ada lagi. Jadi tidak ada senioritas sudah nggak ada lagi, begitu” 10. Menurut anda apa arti kebijakan pendidikan karakter ini bagi siswa? “Sangat penting sekali, karena tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa berbudi pekerti luhur. Kemudian cerdas, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan itu landasannya pendidikan karakter 173 dulu. Pendidikan itu tidak dapat dijalankan kalau tanpa dilandasi pendidikan karakter. Jadi pendidikan karakter itu ya pondasinya, jadi harus kuat agar tidak roboh. Tapi karena saya dapatnya SMA kan SMA itu ditengah-tengah ya. Ya sudah kita bagusin pondasinya kita perbaiki lagi supaya menjadi kokoh. Nah kalau saran saya membangun pendidikan karakter itu sejak usia dini karena yang penting disitu sebenarnya. Bahkan menurut saya level penting pendidikan karakter itu diusia bawah” Nama : AF Jabatan : Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan Waktu Wawancara : 26 Agustus 2016 Tempat Wawancara : SMA Negeri 6 Yogyakarta Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama anda menjabat sebagai wakil kepala sekolah di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Kalau di kesiswaan mulai dari 2013, dulu saya di humas sampai sekarang”

2. Sejak kapan mulai adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Pendidikan karakter di SMA 6 ini muncul sebenarnya ada dua hal ya, yang satu adalah pola pembiasaan, yang kedua mengikuti pola kurikulum atau pun peraturan baru kementrian tentang 18 karakter itu. Kemudian yang dilakukan SMA 6 ada yang memang melalui beberapa program misalnya ehmm..melalui program ketika kita dulu namanya MOS Masa Orientasi Siswa terus sekarang ganti PLS nah disitu kita masukkan program tentang karakter. PLS itu Pengenalan Lingkungan Sekolah kalau dulu MOS itu terus ganti MOB nah sekarang PLS. Nah di kelas 10 itulah kita sampaikan materi tentang apa itu karakter, bagaimana budaya sekolah, bagaimana budaya siswa. Artinya apa, tidak hanya sisi prestasi intelektual tetapi ya juga akhlak moral, budi pekerti itu kita sampaikan disitu. Tentang karakter itu kan ada karakter yang sumbernya dari agama ada, karakter yang sumbernya dari budaya ada, atau karakter yang sumbernya dari budaya nasional, itu kita sampaikan di materi di PLS atau pun karakter di SMA 6 sendiri. Contoh di SMA 6 ini ada yang harus dibangkitkan dibangun tentang karakter ehm..misalnya tentang karakter budaya meneliti, budaya research, itu budaya. Itu karakter disini beda dengan sekolah lain nggak ada. Nah itu adalah salah satu contoh. Kalau yang lainnya ya itu tadi misalnya dari sumber agama, norma, budaya, adat istiadat, itu bisa kita sampaikan lewat pendidikan atau pengenalan lingkungan sekolah. Yang kedua melalui pengembangan potensi siswa jalur ekstrakuriler. Misalnya di ekstrakurikuler itu ada pengembangan potensi misalnya jenisnya olahraga, tekwondo, badminton, basket sepak bola, itu juga pengembangan karakter melalui olah raga. Supaya mereka bisa disiplin, profesional, atau karakter yang lewat agama ehmm..semua agama Islam, Katholik, Kristen maupun