Apa pentingnya kebijakan pendidikan karakter di SMA Negeri 6

183 Nama : WS Jabatan : Guru Agama Hindu Waktu Wawancara : 19 Agustus 2016 Tempat Wawancara : SMA Negeri 3 Yogyakarta Hasil Wawancara 1. Sudah berapa lama anda menjadi sebagai guru agama di SMAN 6 Yogyakarta? “Sudah tahun 1985”

2. Sejak kapan ada kebijakan pendidikan karater di SMAN 6

Yogyakarta? “Kalau pendidikan karakter kalau yang sebenarnya kita lihat ehm..saya itu kalau tidak salah itu sudah ada sejak dulu. Kalau pendidikan karakter itu kan sudah ada di dalam agama itu sudah include jadi ada PERMEN atau tidak, bahwa yang namanya agama yang di bentuk itu adalah karakter. Karena memang implementasi di dalam agama itu adalah bagaimana siswa kita itu menjadi baik. Baik itu dicerminkan dalam bagaimana mereka itu bertingkah laku. Jadi baik disini di dalam tingkah laku baik itu sudah menjadi jiwanya dia, sehingga menjadi karakter dari anak itu. Jadi kalau agama ada kebijakan pendidikan karakter atau tidak itu sudah include dengan tugas dari seorang guru agama, sebenarnya tidak hanya guru agama saja semua guru membentuk karakter manusia itu yang terlandaskan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa dan nantinya bagaimana mereka menggunakan, mengimplementasikan, menerapkan ilmu-ilmu yang ada itu dilandasi oleh agama. Sehingga dia kan tidak perlu bingung lagi kalau sebenarnya kita tentang karakter itu kan. Ini kan sebenarnya lebih condong secara apa ehm..keilmuannya kan. Tapi kalau secara implementasi prakteknya itu sudah. Apalagi kalau sebagai saya kan mengajar agama Hindu kan, di dalam agama Hindu penekanan itu adalah anak itu dapat menerapkan apa yang disebut dengan Trihitakarana. Dalam Trihitakarana dia harus menjalin harmonisasi, keharmonisasi itu terwujud kalau anak memiliki karakter yang baik”

3. Apa tujuan dari adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Kalau pendidikan karakter itu kan arahnya kan membentuk dari anak yang tidak memiliki karakter menjadi anak yang berkarakter. Artinya sebenarnya kita kalau ehm.. menurut bapak berarti orang tua, masyarakat, sekolah atau pemerintah masih meragukan karakter anaknya sehingga perlu diberikan pendidikan karakter. Sekarang karakter kita sebagai guru, pelaksana pemerintah itu bagaimana. Kalau menurut bapak sebenarnya tidak hanya anak yang dituntut karakter bagus tetapi yang pelaksana kebijakan juga harus dibentuk karakternya. Kalau sebagai guru sudah memiliki karakter yang bagus akan lebih mudah anak itu mencontohnya, dibandingkan gurunya karakter sudah nggak bagus muridnya disuruh berkarakter. Itu kan permasalahannya. Kalau orang tua dan lingkungan