33 beberapa faktor hukum, sosial, politik, budaya dan ekonomi yang
turut mempengaruhi pelaksanaan implementasi kebijakan. Terkait dengan kesimpulan di atas dan pendapat Merilee
Grindle tentang suatu implementasi kebijakan merupakan suatu hasil dari aktivitas pemerintah yang telah merealisasikannya. Ide dasar
Merilee Grindle ini telah dijelaskan dalam buku Kebijakan Pendidikan H. A. R. Tilaar dan Riant Nugroho, 2008: 220 bahwa
teori tersebut ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan
ditransformasikan, maka implementasi kebijakan dilakukan.
Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan mencakup:
1 Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan
2 Jenis manfaat yang akan dihasilkan
3 Derajat perubahan yang diinginkan
4 Kedudukan pembuat kebijakan
5 siapa pelaksana program
6 Sumber daya yang dilakukan
Sementara itu konteks implementasinya adalah: 7
Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 8
Karakteristik lembaga dan penguasa 9
Kepatuhan dan daya tanggap
34
b. Syarat Implementasi Kebijakan
Syarat terkait implementasi kebijakan dijelaskan oleh Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn dalam buku Politik Ideologi
Pendidikan Arif Rohman 2009: 136 sebagai berikut: 1
Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan atau kendala yang
serius 2
Untuk pelaksanaan suatu program, harus tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup memadai
3 Perpaduan sumber-sumber yang diperlukan harus benar-benar
ada atau tersedia 4
Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kausalitas yang handal
5 Hubungan kausalitas tersebut hendaknya bersifat langsung dan
hanya sedikit mata rantai penghubungnya 6
Hubungan saling ketergantungan harus kecil 7
Adanya pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan
8 Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat
9 Adanya komunikasi dan koordinasi yang sempurna
10 Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat
menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.
35
c. Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Keberhasilan
Implementasi Kebijakan
Arif Rohman 2009: 147 menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang biasanya menjadi sumber kegagalan dan keberhasilan, yaitu:
faktor rumusan kebijakan, faktor personil pelaksana, dan faktor sistem organisasi pelaksana. Beberapa faktor tersebut dijelaskan
sebagai berikut: 1
Faktor yang terkait dengan rumusan kebijakan. Menyangkut apakah rumusan kalimat, tujuan, dan sasaran tersebut tepat atau
tidak. Selain itu juga memperhatikan apakah rumusan tersebut mudah dipahami, mudah diinterpretasikan dan terlalu sulit atau
tidak. Pendapat terkait faktor rumusan kebijakan ini diperkuat dengan pendapat Oberlin Silalahi Arif Rohman 2009: 147
menjelaskan bahwa pembuat kebijakan harus terlebih dahulu mencapai beberapa konsensus diantara mereka mengenai
tujuan-tujuan, serta informasi yang cukup untuk mencapai tujuan.
2 Faktor yang terletak pada personil pelaksana. Hal tersebut
menyangkut dengan tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-
kebiasaan, serta kemampuan kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan tersebut.
3 Faktor yang terletak pada organisasi pelaksana. Hal ini
menyangkut dengan jaringan sistem, hirarki kewenangan
36 masing-masing peran, model distribusi pekerjaan, gaya
kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang ditetapkan, model
monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih.
3. Perumusan Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan merupakan keputusan berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana maupun kompleks, baik umum
maupun khusus, baik terperinci maupun longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah tindakan, program, serta
rencana-rencana tertentu dalam menyelenggarakan pendidikan Arif Rohman 2009: 129. Menentukan suatu rumusan kebijakan bukan suatu
pekerjaan yang mudah, beberapa pihak terkait atau decision maker harus memikirkan dan mempertimbangkannya dengan baik. Menurut
Arif Rohman 2009: 113 sebelum dilakukan perumusan kebijakan, para pemegang kewenangan pengambilan kebijakan decision maker
terlebih dahulu telah mempertimbangkan secara masak-masak rasionalitas, proses, hasil, serta efek samping yang ada. Selain itu
decision maker harus mempertimbangkan aneka komponen suatu kebijakan pendidikan. Komponen-komponen tersebut adalah mencakup
lima hal penting yaitu: tujuan goal, rencana plans, program programme, keputusan decision, serta terakhir adalah dampak
effects Arif Rohman 2009: 119. Rangkaian dalam melakukan suatu rumusan kebijakan
diperlukan adanya teori perumusan kebijakan. Menurut Hudson dalam
37 Arif Rohman menjelaskan tentang teori perumusan kebijakan dalam
pendidikan, maka perumusan kebijakan pendidikan menurut Hudson dirumuskan menjadi lima teori, sebagai berikut:
1. Teori Radikal
Teori radikal menekankan kebebasan lembaga lokal dalam menyusun sebuah kebijakan pendidikan. Semua kebijakan
pendidikan yang menyangkut penyelenggaraan dan perbaikan penyelenggaraan pendidikan di ingkat daerah diserahkan kepada
daerah. Sehingga negara atau pemerintah pusat tidak perlu repot- repot menyusun sebuah rencana kebijakan pendidikan bila pada
akhirnya kurang sesuai dengan kondisi lokal. 2.
Teori Advokasi Teori advokasi lebih mendasarkan pada argumentasi yang
rasional, logis, dan bernilai. Sehingga dalam hal ini pemerintah pusat sangat perlu menyusun kebijakan pendidikan yang bersifat nasional
demi kepentingan umum, serta demi melindungi lembaga-lembaga dan organ-organ pendidikan yang relatif masih marginal dibanding
lembaga atau organ pendidikan yang sudah maju. Dalam hal ini pemerintah pusat harus mampu menyeimbangkan kemajuan
pendidikan antar daerah. 3.
Teori Transaktif Teori transaktif menekankan bahwa perumusan kebijakan
sangat perlu didiskusikan secara bersama terlebih dahulu dengan semua pihak. Proses pendiskusian ini perlu melibatkan sebanyak