Bagaimana tolok ukur keberhasilan dari implementasi kebijakan

174 Hindu, namanya mentoring. Mentoring itu biasa dilaksanakan setiap hari Jumat. Hari Jumat itu mereka dibina dari sisi aklahknya, moralnya, dengan norma agama. Atau pun dengan ekstra lain yang sifatnya seni ya, seni itu ada ehmm...seni...paduan suara, karawitan, ada tari. Itu juga merupakan salah satu bentuk pendidikan karakter ata yang sifatnya ehm...banyak diikuti itu tentang KIR. Itu juga karakter. Kenapa? Ketika melalui kegiatan potensi itu pengembangan bakat anak maka Insyaallah endingnya akhirnya anak itu akan punya jiwa yang dibiasakan sejak awal itu. Walaupun tidak melalui secara apa namanya knowledge ehmm...ilmu diajarkan tetapi melalui pengembangan potensi diri itu yang kita kembangkan disini disamping pembiasaan-pembiasaan di pagi hari itu” 3. Mentoring itu kegiatan seperti apa? “Mentoring itu pembekalan imtaq modelnya. Pembekalan imtaq sesuai dengan agamanya. Jadi diberikan materi tentang pendidikan agama , pendalaman agama istilahnya. Ini masuk dalam kegiatan ekstra, dilakukan sore hari untuk semua agama Islam, Katholik, Kristen, Hindu. Biasanya dilaksanakan setelah pulang sekolah. Ya kalau yang laki-laki setelah Jumatan, tapi yang lainnya sekitar jam 12.00”

4. Apa tujuan dari adanya kebijakan pendidikan karakter di SMAN 6

Yogyakarta? “Kita kan tidak tau latar belakang siswa, makanya itu kita lewat biodata diri siswa. Tetapi kesehariannya kita belum tau. Nah maka disini dibiasakan dengan pola budaya SMA 6. Ya disini yang kita tau berapa nilai nemnya itu. Kan ada dua, reguler sama KMS, bedanya adalah kalau reguler itu nilainya lebih tinggi kalau yang KMS biasanya dibawah yang reguler itu yang kita tau persis ya. Tapi kalau catatan kepribadian kita hanya tau dari apa yang mereka isi di biodata itu. Artinya ya di dalam dunia pendidikan itu kan disamping untuk meraih lulusan yang baik sesuai dengan SKL nya tentunya dia punya prestasi tetapi juga dengan orang yang baik, pandai, pinter itu juga punya ehm..karakter atau personality atau akhlak dan moral yang baik juga sehingga kelak ketika dia satu saat menjadi seorang pimpinan maka itu akan membawa dampak pada kebijakan-kebijakannya, perilaku-perilakunya juga jadi baik, jadi tidak hanya bermanfaat sekarang tetapi justru kedepannya”

5. Bagaimana anda menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan

ekstrakurikuler siswa khususnya dalam meminimalisasi kenakalan remaja di SMA Negeri 6 Yogyakarta? “Di PLS ya Pengenalan Lingkungan Sekolah kita kenalkan tentang budaya, tata krama, tata tertib dan kehidupan di sekolah. Diatur mengenai jam keberangkatan, jam kepulangan, kegiatan di sekolah, cara pakai baju harinya apa pakainya apa, kegiatan yang boleh diikuti apa yang tidak apa, itu diatur di dalam tata tertib. Nah buku tata tertib atau ketentuan ini itu mengarahkan untuk anak dapat berbudaya, berkarakter sesuai dengan norma yang sudah kita tentukan jadi lebih pada pembiasaan pembiasaan, dengan aturan aturan itu” 175 6. Bagaimana pendapat anda mengenai pendidikan karakter? “Sebenarnya karakter itu lebih pada anu to mbak, bukan pendidikannya tapi contoh-contohnya seperti orang ilmunya tau. Contoh bagaikan anak tuh di traffic light lampu merah itu berhenti tetapi dia nyelonong aja. Tau kalau belum 17 itu nggak boleh naik motor ya tau, tapi toh mereka juga. Secara ilmu pengetahuan dia tahu, tapi karena mereka tidak dibudayakan di keluarga di sekolah dia tetep naik motor ya to. Mereka tau kalau namanya membolos itu nggak bagus tapi bolos. Jadi bukan pada masalah ilmunya tapi bagaimana cara kita itu membiasakan orang itu bertindak baik. Jadi pendidikan dalam pengertian memberikan materi itu, kalau saya bukan pada materinya tetapi pada pembiasaannya itu. Karena orang terbiasa sudah dari kecil sudah dibiasakan. Apalagi sekarang itu budayanya gadget itu ya, anak hanya asik dengan sendirinya, kenapa itu karena pembiasaan. Terkadang kita melihat dijalan naik motor itu kadang juga masih asik dengan hp ne. Itu kenapa, itu sebenarnya kita dibodohi sebenarnya harusnya dijalan itu nggak harus dijawab, penting kan nanti ngebel lagi kalau penting telpon lagi. Itu juga karakter. Kalau kita tidak menanamkan, memaksakan karakter tetapi ya itu tadi ya dijalan pun nek dibel kesusu nek mandek bisa terjadi kecelakaan. Artinya apa ya karakter itu dipupuk sejak kecil dengan pembiasaan dalam arti perlu pemaksaan. Jadi memang perlu pemaksaan, kenapa? Orang awalnya itu orang terpaksa awalnya, tetapi ketika sudah 1 atau 2 bulan mereka menjadi tidak terpaksa. Ketika sudah tidak terpaksa menjadi ehm..apa aya namanya ehm..budaya. budaya tidak perlu diperintah mereka jalan sendiri gitu”

7. Apa sajakah nilai-nilai karakter yang ditanamkan pada siswa di SMA

Negeri 6 Yogyakarta? “Kalau secara apa ya ehm.. per judul, per kurikulum, kita memang tidak memakai itu ya. Tetapi apa pun itu yang baik memang itu yang kita harapkan, minimal anak itu bisa jujur, kaitannya apa jujur itu ada kaitannya dengan prestasi, dengan cara belajar, ketika ulangan itu kan penting jujur, ketika menemuka barang itu disini kan misalnya ada laporan atau lapor ke sekolah, disini ada kantin kejujuran itu untuk menanamkan budaya jujur. Itu...itu yang menonjol ya disini yang ditanamkan tentang budaya jujur. Kenapa? Banyak pejabat itu yang tidak jujur masalahnya, kalau pun kecil kalau jujur orang besar akan jujur. Untuk budaya tertib, ya tertib dalam segala hal iu mbak” 8. Apa sajakah program pendidikan karakter di SMAN 6 Yogyakarta? “Program khusus itu kalau yang khusus itu ada materi di PLS itu, mentoring, ekstra itu kemudian ibadah sesuai dengan agama masing- masing. Kalau Islam kita kan istirahat setengah jam ya nah yang muslim ya ibadah shalat. Kalau Jumat ya ibadah Jumat. Kalau yang non muslim ya silahkan sesuai dengan agamanya. Nah itu dengan pembiasaan-pembiasaan itu ya. Kemudian ada bakti sosial, donor darah, semuanya melalui ekstra. Oh ya ada dua, satu lewat pramuka dan juga mentoring yang wajib untuk siswa kelas 10. Mentoring itu untuk semua kelas 10, kalau kelas 11, 12 udah