Analisis Waktu Kerja, Istirahat dan Nutrisi

Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut 319 E V ALU ASI ER GONOMI embermenit grafik R dan setelah pemberian makan kedua, frekuensi kerja meningkat tajam menjadi 15.15 embermenit, namun pada satu jam berikutnya menurun kembali menjadi 13 embermenit grafik S kemudian. Pemberian tambahan nutrisi pada saat istirahat memang dapat memulihkan tenaga yang hilang, namun dari grafik yang ada terlihat bahwa peningkatan dan penurunan frekuensi kerja masih tajam. Hal ini membuktikan bahwa pada pekerjaan pengecoran lantai beton secara tradisional ini terjadi ketidakseimbangan antara beban kerja kalori yang dibutuhkan dengan waktu istirahat dan pemberian nutrisi. Hal ini diperkuat dengan terjadinya penurunan berat badan di akhir kegiatan sebesar 0,83 kg.

23.3.4 Analisis Tekanan Panas Heat stress.

Pekerja Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya berkisar antara 29 - 30 o C dengan kelembaban udara sekitar 85 - 95 Suma’mur, 1995. Suhu udara yang panas dapat menurunkan prestasi kerja dan derajat kesehatan seseorang, bahkan dapat menyebabkan kematian Mutchler, 1991; Grandjean, 1993 dan Suma’mur, 1995. Untuk menghindari pengaruh tekanan panas yang berlebihan, maka pemantauan terhadap iklim kerja sangat dianjurkan. Salah satu sistem pengujian iklim kerja adalah dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB atau Wet Bulb Globe Temperature WBGT. Untuk pekerjaan berat yang dilakukan secara terus menerus Continuous heavy work, the American Conference of Governmental Industrial Hygienists ACGIH merekomendasikan nilai WBGT sebesar 25 o C, the National Institute for Occupational Safety and Health NIOS H merekomendasikan nilai WBGT sebesar 26 o C untuk kecepatan udara rendah 1.5 mdt dan 29 o C untuk kecepatan udara tinggi 1.5 mdt Mutchler, 1991. Hasil pengukuran di lapangan yang dilakukan di antara pukul 10.00 - 15.00 WITA dengan metode Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB menunjukkan data mikroklimat yang meliputi suhu radiasi : 40.2 - 42.8 o C, suhu kering : 33.3 - 34.5 o C, kelembaban udara : 61 - 77 , ISBB : 30.6 - 32.3 o C dan kecepatan udara : 0.95 - 1.32 mdt. Dari data di atas terlihat bahwa pelaksanaan pengecoran merupakan pekerjaan berat yang dilakukan dibawah tekanan panas yang tinggi 30 o C. Kondisi ini dapat memberikan tambahan beban kerja yang mengakibatkan terjadinya kelelahan dini. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari enam subjek yang ada, sebagian besar mengeluh lelah seluruh badan 100 , sakit di kepala 83,3 , haus terus menerus 83,3 , dan merasa kurang sehat 50. Dengan nilai ISBB antara 30,6 - 32,3 o C, maka semestinya organisasi kerja diatur agar waktu kerja efektif bagi pekerja angkat-angkut tidak lebih dari 2 jam per hari, selebihnya digunakan untuk istirahat atau melakukan pekerjaan ringan lainnya. 320 Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut E V ALU ASI ER GONOMI

23.4 Simpulan

Dari hasil pengamatan dan analisis data tentang aspek ergonomi dalam pengecoran lantai beton secara tradisional, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Dimensi ember dan tangga yang digunakan sebagai sarana aktivitas angkat- angkut tidak antropometris sehingga menimbulkan adanya sikap paksa yang menyebabkan terjadinya gangguan otot skeletal musculoskeletal disorder. 2. Beban kerja masuk dalam kategori berat, waktu istirahat sangat singkat sementara waktu kerja melebihi batasan normal. 3. Tekanan panas yang tinggi dapat memberikan beban tambahan dan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini.

23.5 Saran

Saran yang nampaknya penting untuk disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Mengingat bahwa pekerjaan pengecoran beton ini sangat berat serta melibatkan banyak pekerja, maka dalam meyusun rencana teknik pelaksanaan pekerjaan hendaknya juga memperhatikan masalah keamanan, keselamatan dan kesehatan pekerja sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan ekonomis. 2. Untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui pendekatan ergonomi sehingga dapat dirancang model tangga yang ergonomis, organisasi kerja yang tepat, dan upaya-upaya perlindungan terhadap pengaruh tekanan panas yang tinggi.

23.6 Kepustakaan

American Conference of Govermental Industrial Hygienists. 1995. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices . ACGIH. Cincinati.USA. Annis, J.F. McConville, J.T. 1996. Anthropometry. Dalam: Battacharya, A. McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 1-46. Astrand, P.O. and Rendahl, K. 1977. Textbook of Work Physiology, 2 th ed. McGraw- Hill Book Company. USA. Dekker, D.K.; Tepas, D.I. Colligan, M.j. 1996. The Human Factors Aspects of Shiftwork. Edited by Bharattacharya, A McGlothlin, J.D. 1996. Occupa- tional Ergonomics Theory and Applications. Marcel Dekker Inc. New York : 403-416. Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut 321 E V ALU ASI ER GONOMI Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4 th ed. Taylor Francis Inc. London. Genaidy, A.M. 1996. Physical Work Capacity. Edited by Bharattacharya, A McGlothlin, J.D. 1996. Occupational Ergonomics Theory and Applications. Marcel Dekker Inc. New York : 279 - 302 Manuaba, A. 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dalam: Wignyosoebroto, S. Wiratno, S.E., Eds. Proceedings Seminar Nasional Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya: 1-4. Mutchler, J.E., C.I.H. 1991. Heat Stress : Its Effects, Measurement, and Control. Edited by Clayton, G.D. Clayton, F.E. 1991. Patty’s Industrial Hygienene and Toxicology. 4 th ed. USA : 763 Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International. Englewood Cliffs. New Jersey. USA Suma’mur, P.K. 1984. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Yayasan Swabhawa Karya. Jakarta. Suma’mur, P.K. 1995. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta.