Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Asas Manfaat Kepustakaan

Produktivitas Kerja 141 PR ODUKTIVIT AS KERJ A Menurut Pilcher 1975 Break-even cost analysis adalah membandingkan antara alternatif di mana biaya masing-masing alternatif di pengaruhi oleh variable tunggal. Sedangkan break-even point adalah suatu analisis di mana nilai variabel untuk nilai pada biaya masing-masing alternatif adalah sama. Untuk menganalisis suatu break- even point dapat dilakukan dengan cara: 1 Menghitung seluruh biaya perbaikan kondisi kerja; 2 Menghitung peningkatan atau selisih antara hasil kerja sebelum dan setelah perbaikan kondisi kerja; 3 Break-even point akan dicapai apabila antara biaya perbaikan kondisi kerja dan manfaat atau keuntungan yang diperoleh setelah perbaikan kondisi kerja tersebut adalah sama.

11.5 Kepustakaan

Chew, D.C.E. 1991. Productivity and Safety and Health. Dalam: Parmeggiani, L. ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Third revised edt. ILO. Geneva: 1796-1797. Manuaba, A. 1992. Penerapan Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Dalam: Seminar Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3. IPTN Bandung. Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. MacMillan Academic and Profes- sional Ltd. London. Sodomo 1991. Berbagai Pendekatan Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia dalam Pengamanan Investasi Di Indonesia. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja . Jakarta: XXIV1: 4-11. Soedirman 1986. Uji Coba Intervensi Gizi Kerja dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Fisik dan Produktivitas Tenaga Kerja. Departemen Tenaga Kerja RI. Jakarta. Soeripto 1989. Ergonomi dan Produktivitas Kerja. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja . Jakarta: XXI4 dan XXII 1: 29-32 Tarwaka 1991. Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja . Jakarta: XXIV2: 55-57. 142 Produktivitas Kerja PR ODUKTIVIT AS KERJ A Stress Akibat Kerja 143 BAB 11 144 Stress Akibat Kerja Stress Akibat Kerja 145 STRESS AKIBAT KERJA Stress Akibat Kerja Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan antara perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri semakin ketat dan keras. Di samping itu juga terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan mempengaruhi peradaban kehidupan manusia seperti terjadinya perubahan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Selanjtutnya perubahan dari masrakat industri menuju masyarakat informasi, teknologi manual menjadi teknologi tinggi high tech and high touch , ekonomi nasional selalu dipengaruhi perubahan ekonomi dunia dll. Keadaan tersebut memaksa jutaan manusia harus berbenturan secara tiba-tiba dengan kejutan- kejutan masa depan future shock yang sebetulnya belum siap untuk menghadapinya. Kondisi tersebut ternyata banyak menimbulkan terjadinya stress pada masyarakat.

10.1 Pengertian.

Terdapat beberapa pengertian tentang stress yang dapat dimaknai dari beberapa sudut pandang keilmuan. Levi 1991 mendefinisikan stress sebagai berikut: a. Dalam bahasa teknik. Stress dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagian - bagian tubuh. b. Dalam bahasa biologi dan kedokteran. Stress dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh. c. Secara umum. Stress dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa. Secara lebih tegas Manuaba 1998 memberikan definisi sebagai berikut: stress adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitanya dengan pekerjaan, semua dampak 146 Stress Akibat Kerja STRESS AKIBAT KERJA dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan produktivitas kerja yang bersangkutan. Heerdjan 1990 menguraikan bahwa stress dapat digambarkan sebagai suatu kekuatan yang dihayati mendesak atau mencekam dan muncul dalam diri seseorang sebagai akibat ia mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Selanjutnya Mendelson 1990 mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, di mana stress merupakan suatu ketidak mampuan pekerja untuk menghadapi tuntutan tugas dengan akibat suatu ketidaknyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi strain dalam beranekaragam tampilan. Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental kejiwaan. Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variable kajian: 1 Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas independent variable menitikberatkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaanya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaanya tersebut. 2 Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung dependent variable memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh strain yang dialami dapat berupa respon psikologis perilaku, pola pikir, emosi dan perasaan stress itu sendiri dan respon fisiologis jantung berdebar, perut mulas- mulas, badan berkeringat dll. 3 Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress di sini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.

10.2 Faktor Penyebab Terjadinya Stress.

Untuk dapat mengetahui secara pasti, faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya stress sangatlah sulit, oleh karena sangat tergantung dengan sifat dan kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Patton 1998 bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stres- sor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1 Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetic, intelegensia, pendidikan, kebudayaan dll. Stress Akibat Kerja 147 STRESS AKIBAT KERJA 2 Ciri kepribadian seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri dll. 3 Sosial-kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. 4 Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul. Kaitannya dengan tugas-tugas dan pekerjaan di tempat kerja, faktor yang menjadi penyebab stress kemungkinan besar lebih spesifik. Clark 1995 dan Wantoro 1999 mengelompokkan penyebab stress stressor di tempat kerja menjadi tiga kategori yaitu stressor fisik, psikofisik dan psikologis. Selanjutnya Cartwright et. al . 1995 mencoba memilah-milah penyebab stress akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab yaitu: 1 Faktor intrinsik pekerjaan. Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan di mana sangat potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman bising , berdebu, bau, suhu panas dan lembab dll, stasiun kerja yang tidak ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan beresiko tinggi dan berbahaya, pemakaian tehnologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi pada jenis pekerjaan baru dll. 2 Faktor peran individu dalam organisasi kerja. Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan beban kerja fisik. Karasek et al 1988 dalam suatu penelitian tentang stress akibat kerja menemukan bahwa karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih tinggi dan ditambah dengan keterbatasan wewenang untuk mengambil keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain. 3 Faktor hubungan kerja. Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang potensial sebagai penyebab terjadinya stress. Kecurigaan antara pekerja, kurangnya komunikasi, ketidak nyamanan dalam melakukan pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stress akibat kerja Cooper Payne, 1988. Tuntutan tugas yang mengharuskan seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat terisolasi, sehingga tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain seperti; operator telepon, penjaga mercu suar, dll juga merupakan pembangkit terjadinya stress. 4 Faktor pengembangan karier. Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya stress. Menurut Wantoro 1999 faktor pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stress adalah a ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi perusahaan dan mutasi kerja dll. b promosi berlebihan atau kurang: promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan