Penilaian Faktor Fisik Lingkungan Kerja

Pengujian Kualitas Udara 237 PENGUJIAN KU ALIT AS Tabel 16.4. Hasil Pengukuran Kontaminasi Udara dalam Ruang Kerja No. Lokasi SO 2 NOx Ox CO CO 2 O 2 Debu Pengukuran ppm ppm ppm ppm ppm µ gm 3 1 Ruang Accounting 0,6 0,16 0,0977 5 950 19 754 2 Ruang Kas 0,8 0,5 0,0550 6,5 1200 19 809 Standar 2 3 0,1 10 1000 19,5 90 Defisiensi sistem ventilasi tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen O 2 pada ruang accounting dan kas 19. NIOSH 1984 merekomendasikan kadar minimum O 2 dalam confined space adalah 19,5. Sedangkan karbon dioksida CO 2 merupakan produk sisa pernapasan. Meskipun gas tersebut tidak termasuk polutan, namun dapat mempengaruhi kenyamanan penghuni gedung. Kadar CO 2 dalam suatu ruangan merupakan indikasi yang tepat untuk mengetahui efektivitas sistem ventilasi. ASHRAE 1989 merekomendasikan maksimum kadar CO 2 untuk ruang kerja perkantoran adalah 1000 ppm. Hasil pengukuran kadar CO 2 pada ruang kas adalah 1200 ppm dan pada ruang accounting 950 ppm. Kadar CO 2 pada ruang kas telah melampaui standar yang diperkenankan, sedangkan pada ruang accounting juga telah mendekati kadar tertinggi dari yang diperkenankan untuk ruang kerja perkantoran Kondisi tersebut disebabkan karena pengatur ventilasi yang digunakan adalah AC sentral, dimana suplai udara segar adalah udara sirkulasi, sehingga semakin lama suplai udara digunakan maka kadar O 2 semakin berkurang dan kadar CO 2 semakin tinggi. Kadar O 2 yang rendah dan kadar CO 2 yang cukup tinggi tersebut menyebabkan ruangan terasa pengab. Hill, et.al. 1992 melaporkan bahwa gejala Sick Building Syndrome SBS dapat muncul pada konsentrasi CO 2 sebesar 600 ppm Bahan-bahan pencemar udara dalam ruangan ber-AC meliputi bahan pencemar biologis virus, bakteri dan jamur, volatile organic compounds cat, pembersih, kosmetik, bahan bangunan, dll, combustion products CO, NO 2 , SO 2 dan partikel debu. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pencemaran CO, NO 2 , SO 2 , Ox dan partikel debu. Sumber pencemaran CO dalam ruang kas dan accounting terutama disebabkan dari asap rokok dalam ruang kerja dan kemungkinan juga berasal dari udara luar yang bersumber dari polusi kendaraan bermotor. Hasil pengukuran kadar CO pada ruang accounting adalah 5 ppm dan pada ruang kas adalah 6,5 ppm.. Standar untuk kadar gas CO di ruang kerja perkantoran adalah 10 ppm untuk 8 jam kerja WHO, 1976; SAA, 1980. Sehingga apabila kita bandingkan antara hasil pengukuran dan 238 Pengujian Kualitas Udara PENGUJIAN KU ALIT AS standar yang ada maka kadar CO dalam ruangan tersebut masih di bawah nilai standar. Namun demikian kadar CO harus tetap dijaga mendekati nilai terendah, mengingat bahaya pemaparan gas CO terhadap kesehatan sangat tinggi. Sumber pencemaran gas NO 2 dan SO 2 kemungkinan besar berasal dari luar ruangan, mengingat dalam ruang tidak ada proses pembakaran. Hasil pengukuran gas-gas tersebut di kedua ruangan masih di bawah standar diperkenankan. Kadar gas yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut adalah gas O x sebagai Ozon terutama pada ruang accounting yang kadarnya sudah mendekati kadar tertinggi dari yang diperkenankan. Sumber utama gas Ox sebagai Ozon kemungkinan besar berasal dari mesin printer dan peralatan elektronik yang ada di ruang kerja. Untuk mengendalikan pemaparan gas tersebut, perlu dilakukan redesain ruang kerja atau memindahkan printer central dan peralatan elektronik ke dalam ruangan yang terpisah dengan dinding penyekat penuh. Partikel debu, khususnya debu respirable di samping menyebabkan ketidaknyamanan juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada mata, hidung, dan kulit. Pada gedung-gedung perkantoran rerata partikel debu pada ruangan non-smoking area adalah 10 µ gm 3 sedangkan pada smoking area berkisar antara 30-100 µ gm 3 Patty’s, 1991. Standar maksimum partikel debu untuk ruang kerja perkantoran ternyata beragam. WHO 1976 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 40 µ gm 3 dan kadar maksimum 24 jam adalah 120 µ gm 3 . NHMRC 1982 menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 90 µ gm 3 . Sedangkan SAA 1980 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 60 µ gm 3 dan kadar debu maksimum 24 jam adalah 150 µ gm 3 . Hasil pengukuran kadar debu respirable pada ruang accounting adalah 754 µ gm 3 dan pada ruang kas adalah 809 µ gm 3 . Apabila hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar yang ada, maka kadar partikel debu di kedua ruangan kerja tersebut telah melampaui 7-8 kali lipat dengan standar. Pada ruang accounting kemungkinan besar partikel debu berasal dari debu kertas, karpet, debu rokok serta dari luar ruangan atau ruangan lain. Sedangkan sumber debu pada ruang kas berasal dari proses menghitung uang kertas maupun dari debu rokok. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan kenyamanan kerja dan bahkan dapat menyebabkan sakit berupa iritasi dan penurunan fungsi paru. Untuk mengendalikan resiko tersebut perlu dilakukan pemasangan local exhaushed ventila- tion , terutama di dekat mesin hitung uang kertas. Di samping itu perlu dilakukan pembersihan ruangan setiap sore sehabis kerja dan air cleaning setiap seminggu sekali.