Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori

100 Beban Kerja BEBAN KERJA Contoh tersebut baru menggambarkan kebutuhan kalori seorang pekerja selama waktu kerja. Menurut Grandjean 1993 bahwa kebutuhan kalori seorang pekerja selama 24 jam sehari ditentukan oleh tiga hal: 1 Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal . Di mana seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 100 Kilo Joule 23,87 Kilo kalori per 24 jam per kg-BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori untuk metabolisme basal ± 98 Kilo Joule 23,39 Kilo kalori per 24 jam per kg-BB. Sebagai contoh; seorang laki-laki dewasa dengan berat badan 60 kg akan memerlukan kalori untuk metabolisme basal sebesar ± 6000 Kilo Joule 1432 Kilo kalori per 24 jam. 2 Kebutuhan kalori untuk kerja . Kebutuhan kalori kerja sangat ditentukan dengan jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. 3 Kebutuhan kalori untuk aktivitas-aktivitas lain di luar jam kerja . Rerata kebutuhan kalori untuk aktivitas di luar jam kerja adalah ± 2400 Kilo Joule 573 Kilo kalori untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000-2400 Kilo Joule 477-425 Kilo kalori per hari untuk wanita dewasa. Berdasarkan uraian tersebut dapat digaris bawahi bahwa, penentuan kategori beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan oksigen melalui penaksiran kebutuhan kalori belum dapat menggambarkan beban sebenarnya yang diterima oleh seorang pekerja. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori. Selain berat ringannya pekerjaan itu sendiri, juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat bekerja, cara dan sikap kerja serta stasiun kerja yang digunakan selama kerja. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penilaian beban kerja yang dapat menggambarkan secara keseluruhan beban yang diterima seorang pekerja.

7.4 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja

Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph ECG. Apabila peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut Kilbon, 1992. Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut: Denyut Nadi DenyutMenit = Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan penghitungan denyut nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik. Penggunaan nadi kerja untuk menilai berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah; cepat; sangkil dan murah juga tidak diperlukan peralatan yang mahal serta hasilnya cukup 10 Denyut ×60 Waktu Penghitungan Beban Kerja 101 BEBAN KERJA reliabel. Di samping itu tidak terlalu mengganggu proses kerja dan tidak menyakiti orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisika maupun kimiawi Kurniawan, 1995. Grandjean 1993 juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunakan untuk menghitung indek beban kerja. Astrand Rodahl 1977; Rodahl 1989 menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja. Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan tangan. Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean 1993. 1 Denyut nadi istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai. 2 Denyut nadi kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja. 3 Nadi kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi kerja. Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting di dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potensial dalam denyut nadi dari istirahat sampai kerja maksimum tersebut oleh Rodahl 1989 didefinisikan sebagai heart rate reserve HR reserve. HR reserve tersebut diekspresikan dalam persentase yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. HR Reserve = Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat × 100 Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat Lebih lanjut, Manuaba Vanwonterghem 1996 menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler cardiovasculair load = CVL yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. CVL = × 100 Denyut nadi kerja - Denyut nadi istirahat Denyut nadi maksimum - Denyut nadi istirahat Di mana denyut nadi maksimum adalah 220-umur untuk laki-laki dan 200- umur untuk wanita. Dari hasil penghitungan CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut: 30 = Tidak terjadi kelelahan 30 s.d. 60 = Diperlukan perbaikan 102 Beban Kerja BEBAN KERJA 60 s.d. 80 = Kerja dalam waktu singkat 80 s.d. 100 = Diperlukan tindakan segera 100 = Tidak diperbolehkan beraktivitas Selain cara-cara tersebut di atas, Kilbon 1992 mengusulkan bahwa cardiovasculair strain dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi pemulihan heart rate recovery atau dikenal dengan metode ‘Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau menghentikan pekerjaan, karena pengukuran dilakukan tepat setelah subjek berhenti bekerja. Denyut nadi pemulihan P dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua dan ke tiga. P1,2,3 adalah rerata dari ke tiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut: 1 Jika P 1 - P 3 ≥ 10, atau P1, P2 dan P3 seluruhnya 90, nadi pemulihan normal 2 Jika rerata P1 yang tercatat ≤ 110, dan P1 - P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak berlebihan not excessive. 3 Jika P 1 - P 3 10, dan jika P3 90, perlu redesain pekerjaan. Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergangguan pekerjaan the interruption of work, tingkat kebugaran individual fit- ness, dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak segera tercapai, maka diperlukan redesain pekerjaan untuk mengurangi tekanan fisik. Redesain tersebut dapat berupa variabel tunggal maupun varibel keseluruhan dari variabel bebas tasks, organisasi kerja dan lingkungan kerja yang menyebabkan beban kerja tambahan.

7.5 Beban Kerja Mental

Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak white-col- lar dari pada kerja otot blue-collar. Dewasa ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor, supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar, pekerja di bidang teknik informasi, pekerja dengan menggunakan teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiap- siagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat monotoni dll. Menurut Grandjean 1993 setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau proses mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan. Proses mengingat kembali ini sebagian besar menjadi masalah bagi orang tua. Seperti kita tahu bahwa orang tua kebanyakan mengalami penurunan daya ingat.