Penilaian Kadar Oksigen dan Karbon Dioksida pada Ruang Basemen.

Survei Kualitas Udara di Basemen Hotel 225 SUR V AI KU ALIT A S Sumber pencemaran CO dalam ruangan basemen kemungkinan besar berasal dari udara luar atau ruangan lain, mengingat di dalam ruangan tidak ada karyawan yang merokok. Hasil pengukuran kadar CO dalam ruangan basemen seluruhnya 1 ppm. Standar untuk kadar gas CO di ruang kerja perkantoran adalah 10 ppm untuk 8 jam kerja WHO, 1976; SAA, 1980. Sedangkan baku mutu lingkungan untuk kadar CO berdasarkan KEPMEN-KLH: No.02 1988 adalah 20 ppm. Sehingga apabila kita bandingkan antara hasil pengukuran dan standar yang ada maka kadar CO dalam ruangan tersebut masih di bawah nilai standar. Namun demikian kadar CO harus tetap dijaga mendekati nilai terendah, mengingat bahaya pemaparan gas CO terhadap kesehatan sangat tinggi, khususnya di cofined space. Pada penelitian sebelumnya Grandjean 1993 melaporkan bahwa lebih dari 10 subjek yang terpapar gas CO dalam waktu 60 menit mengalami iritasi mata yang sangat berat. Sumber pencemaran formaldehid dalam ruangan adalah bahan bangunan, insulasi, furniture dan karpet. standar maksimum kadar formaldehid untuk ruang kerja perkantoran adalah 0,1 ppm. Pemaparan gas tersebut pada kadar 0,05-0,5 ppm dapat menyebabkan iritasi mata dan saluran pernapasan bagian atas NHMRC, 1982. Kadar formaldehid pada seluruh ruangan basemen adalah tidak terdeteksi ttd. Partikel debu, khususnya respirable dust di samping menyebabkan ketidaknyamanan juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada mata, hidung, dan kulit. Pada gedung-gedung perkantoran rerata partikel debu pada ruangan non-smoking area adalah 10 µ gm 3 sedangkan pada smoking area berkisar antara 30-100 µ gm 3 Lieckfield Farrar 1991. Standar maksimum partikel debu untuk ruang kerja perkantoran ternyata beragam. WHO 1976 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 40 µ gm 3 dan kadar maksimum 24 jam adalah 120 µ gm 3 . NHMRC 1982 menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 90 µ gm 3 . Sedangkan SAA 1980 menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 60 µ gm 3 dan kadar maksimum 24 jam adalah 150 µ gm 3 . Hasil pengukuran menunjukkan rerata partikel debu pada basement adalah antara 100-130 µ gm 3 dalam 8 jam. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran di executive room, kadar partikel debu di basement tersebut ternyata jauh lebih tinggi. Partikel debu tersebut kemungkinan berasal dari dalam dan luar ruangan. Sumber partikel debu dari dalam ruangan kemungkinan berasal dari karpet, kertas atau aktivitas lain. Sedangkan debu dari luar masuk melalui pintu dan AC. Kadar debu yang cukup tinggi di ruang basemen hotel tersebut ternyata menyebabkan gangguan kesehatan karyawan. Dari hasil pengisian kuesioner tentang gangguan kesehatan didapatkan 58,8 karyawan mengalami gangguan saluran pernapasan, 25 iritasi pada mata, dan 33,3 karyawan mengalami gangguan pada hidung yang kemungkinan penyebabnya adalah partikel debu yang dihirup. Dari hasil pengukuran kualitas udara dan mikroklimat, serta hasil wawancara keluhan gangguan subjektif karyawan di basemen, bahwa sebagian besar karyawan telah mengalami gangguan kesehatan berupa Sick Building Syndrome SBS. 226 Survei Kualitas Udara di Basemen Hotel SUR V AI KU ALIT A S

15.7 Simpulan

Dari analisis hasil dan pembahasan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Pada ruang basemen hotel telah terjadi defisiensi sistem ventilasi berupa; ¾ Mikroklimat; suhu kering cukup tinggi 27,6-29,0 o C, kelembaban antara 68-78, dan hampir tidak ada gerakan udara 0,04 mdet. ¾ Kadar oksigen cukup rendah 18,5 sedangkan kadar karbon dioksida tinggi 775-1200 ppm. 2. Defisiensi sistem ventilasi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan karyawan, di mana sebanyak 91,7 mereka mengeluh bahwa ruang kerjanya terlalu panas dan tidak ada gerakan udara. 3. Sedangkan gangguan kesehatan yang dialami oleh sebagian besar karyawan berupa drowsiness, dizziness dan lethargy masing-masing 83,3, gangguan saluran napas bagian atas 58,8, iritasi hidung 33,3 dan iritasi pada mata 25.

15.8 Saran

Perlu segera dilakukan intervensi berupa tindakan pengendalian kualitas udara dalam ruangan basemen dengan cara sebagai berikut. 1. Menambah suplai udara segar ke dalam ruangan dengan rerata aliran udara minimum sebesar 10 ldetorang, melalui penambahan AC-split 2. Menyediakan local exhaust ventilation untuk mengeluarkan polutan dari dalam ruangan. 3. Melakukan air cleaning dengan menggunakan electrostatic precipitators filters untuk mengikat partikel debu. 4. Pengendalian administratif penting dilakukan seperti menjaga kebersihan ruangan, pemeliharan secara teratur terhadap AC-sentral dan menyediakan tempat istirahat bagi karyawan di luar ruangan.

15.9 Kepustakaan

American Conference of Govermental Industrial Hygienists ACGIH, 1995. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices, Cincinati, USA. American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers ASHRAE, 1989. Ventilation for Indoor Air Quality, ASHRAE Standards- 62, Atlanta. Astrand, P.O. and Rodahl, K., 1977. Textbook of Work Physiology-Physiological Bases of Exercise, 2 nd ed. McGraw-Hill Book Company. USA. hal. 449-480. Djojodibroto, R.D., 1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. hal.66-69. Grandjean, E., 1993. Fitting the Task to the Man, 4 th ed. Taylor Francis Inc. London. hal.304-329. Grantham, D., 1992. Occupational Health Safety. Guidebook for the WHSO. Merino Lithographics, Moorooka, Queensland, Australia. Hau, E., 1997. Lectures and Practical Sessions on Indoor Air Quality, The Univer- sity of Queensland, Australia. Konz, S., 1996. Physiology of Body Movement. Dalam: Bhattacharya, A and McGlothlin, J.D. Eds. Occupational Ergonomics, Marcel Dekker, Inc. USA. hal.47-61.