Beban Kerja Hasil Penelitian

Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk Berdiri 167 ST ASIUN KERJ A Tabel 12.4 Analisis Hasil Kerja Per Jam dan Produktivitas Kerja dari ketiga Perlakuan P P 1 P 2 Rerata SB Rerata SB Rerata SB 1 Hasil kerja 8 15,21 2,03 18,64 2,25 22,50 3,12 0,000 potongjam 2 Produktivitas kerja 8 0,68 0,25 0,73 0,18 1,26 0,23 0,000 Keterangan: p-value : signifikansi antara ketiga perlakuan dengan uji one way ANOVA pada tingkat kepercayaan α =0,05. Lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan kemaknaan hasil kerja dan produktivitas antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya maka dilakukan uji Post Hoc-LSD : ¾ Hasil kerja potongjam pada ketiga perlakuan dengan uji one way ANOVA adalah signifikan F= 16,851; p0,05, selanjutnya dengan uji Post Hoc-LSD: P 2 dibandingkan dengan P signifikan p0,05 P 2 dibandingkan dengan P 1 signifikan p0,05 P 1 dibandingkan dengan P signifikan p0,05 ¾ Produktivitas kerja pada ketiga perlakuan dengan uji one way ANOVA adalah signifikan F= 17,224; p0,05, selanjutnya dengan uji Post Hoc-LSD: P 2 dibandingkan dengan P signifikan p0,05 P 2 dibandingkan dengan P 1 signifikan p0,05 P 1 dibandingkan dengan P tidak signifikan p0,05

12.7 Pembahasan

Berdasarkan analisis hasil penelitian tentang pengaruh perbaikan stasiun kerja dan sikap kerja bagi penyetrika wanita di industri rumah tangga laundry dapat dibahas hal-hal seperti tersebut berikut ini.

12.7.1 Lingkungan Kerja

a Suhu udara . Rerata suhu udara atau suhu kering pada P0 adalah 30,92 ± 0,51 o C; pada P 1 adalah 30,88 ± 0,36 o C dan pada P 2 adalah 30,48 ± 0,26 o C, secara statistik tidak signifikan p0,05. Suhu udara pada ke tiga perlakuan tersebut masih dalam batas-batas toleransi yang dapat diterima oleh pekerja tanpa menimbulkan gangguan kesehatan. Namun demikian suhu udara tersebut sudah berada di luar comfort zone yaitu 22-26 o C untuk orang Indonesia PUSPERKES, 1995. b Kelembaban Udara . Rerata kelembaban udara pada P0 adalah 76,80 ± 3,35 ; pada P1 78,00 ± 2,35 dan pada P 2 adalah 79,20 ± 2,05 , secara statistik tidak signifikan p0,05. Dibandingkan dengan rekomendasi kelembaban No Variabel n p-value 168 Stasiun Kerja dan Sikap Kerja Duduk Berdiri ST ASIUN KERJ A untuk negara dengan empat musim yaitu 40-60, kelembaban di tempat kerja menyetrika tersebut jauh lebih tinggi Grantham, 1992; Grandjean, 1993; ACGIH, 1995. Tetapi apabila dibandingkan dengan kelembaban udara luar di Kabupaten Badung dengan rerata 78 ± 5, maka kondisi kelembaban tempat kerja tersebut tidak jauh berbeda Tarwaka Bakri, 2001. Di samping itu Suma’mur 1984 juga menyatakan bahwa orang-orang Indonesia pada umumnya dapat beraklimatisasi dengan baik pada suhu udara antara 29-30 o C dengan kelembaban antara 85-95. d Kecepatan Udara . Rerata kecepatan udara pada P0 adalah 0,14 ± 0,03 m det; pada P 1 adalah 0,16 ± 0,04 mdet dan pada P 2 adalah 0,17 ± 0,02 mdet, secara statistik kecepatan udara pada ketiga perlakuan tersebut juga tidak signifikan p0,05. Apabila dibandingkan dengan hasil pemantauan kecepatan udara luar di Kabupaten Badung, udara bertiup tidak tetap dengan kecepatan antara 1,26-3,85 mdet, maka kecepatan udara di tempat kerja menyetrika tersebut jauh lebih lambat Tarwaka, 2001b. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan rekomendasi kecepatan udara di tempat kerja yaitu antara 0,1-0,2 mdet, maka kecepatan udara di tempat menyetrika tersebut dalam rentangan yang dipersyaratkan Sanders McCormick, 1987; Grantham, 1992; Grandjean, 1993. Dengan demikian kecepatan udara pada ketiga perlakuan tersebut tidak menimbulkan efek fisiologis yang dapat mengganggu pekerjaan. e Intensitas penerangan . Sumber cahaya pada tempat menyetrika adalah berasal dari sinar matahari penerangan alamiah dengan menggunakan lampu TL sebagai cadangan apabila cuaca mendung atau cahaya dari sinar matahari kurang. Rerata intensitas penerangan pada P adalah 320 ± 40 luks; pada P 1 adalah 292 ± 29 luks dan pada P 2 adalah 297 ± 16 luks, secara statistik tidak signifikan p0,05. Intensitas penerangan untuk pekerjaan menyetrika pada ketiga perlakuan tersebut, dalam rentangan yang direkomendasi yaitu 240- 400 luks Armstrong, 1992; 170-350 luks Manuaba, 1986 dan 200-300 luks Sanders McCormick, 1987; Grandjean, 1993. Dengan demikian jelas bahwa, intensitas penerangan pada ketiga perlakuan di tempat menyetrika tersebut tidak menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain yang dapat mempengaruhi performansi kerja.

12.7.2 Beban Kerja

Dari hasil analisis data denyut nadi kerja pada P didapatkan rerata 101,39 ± 6,25 denyutmenit dalam kategori beban kerja sedang. Pada P 1 didapatkan rerata denyut nadi kerja sebesar 102,71 ± 6,79 denyutmenit, juga dalam kategori beban kerja sedang. Selanjutnya, pada P 2 rerata denyut nadi kerja turun menjadi 96,84 ± 2,68 denyutmenit dalam kategori beban kerja ringan. Denyut nadi kerja pada ketiga perlakuan tersebut dengan uji one way ANOVA ternyata tidak signifikan p0,05. Lebih lanjut dengan uji Post Hoc-LSD, denyut nadi kerja pada P 2 dibandingkan dengan P hanya turun sebesar 4,55 denyutmenit 4,49 dan secara