Waktu Kerja, Istirahat dan Alokasi Pekerja

332 Pengaturan Kerja Bergilir PENGATURAN KERJA BERGILIR melelahkan. Apabila hal ini dibiarkan terjadi, dikuatirkan akan terjadi kelelahan yang dapat menurunkan tingkat ketelitian sehingga terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat berakibat fatal. Khusus untuk shift malam, bagi anggota kelompok yang mendapat giliran di atas pukul 24.00 sampai pukul 08.00 hari berikutnya biasanya hanya dua orang, diperkenankan untuk datang ± 30 menit sebelum giliran kerja dengan maksud untuk memberikan kesempatan tiduristirahat sebelum bekerja. Sedangkan anggota lainnya hanya bekerja maksimal sampai pukul 24.00. Walaupun demikian, bagi yang sedang tidak bertugas harus tetap siaga karena apabila diperlukan dapat segera kembali bekerja sesuai dengan waktu kerja yang terstruktur. Dengan pengaturan kerja secara internal kelompok tersebut, ternyata para karyawan merasa lebih nyaman karena memiliki waktu istirahat yang cukup panjang. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam pelaksanaanya, para koordinator beserta seluruh anggota kelompok telah melakukan inovasi dalam upaya melakukan penyesuaian terhadap kondisi lapangan yang ada. Upaya-upaya ini sebenarnya patut dihargai sepanjang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman dan kondusif. Namun, karena pengaturan tersebut hanya bersifat informal, maka akan memberikan kesan adanya ketidakdisiplinan karena melanggar ketentuan yang terstruktur. Oleh karena itu, untuk menghindari adanya salah persepsi tersebut, ada baiknya apabila pengaturan secara informal yang nyata-nyata menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik disahkan menjadi pengaturan yang terstruktur.

24.5.3 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Kelelahan.

Suatu survei yang dilakukan oleh perkumpulan optometris di Amerika menemukan bahwa sebanyak 10.000.000 pemeriksaan mata dilakukan setiap tahunnya oleh karena pemakaian VDT. Gejala-gejala keluhan yang berkaitan dengan gangguan penglihatan tersebut dikenal dengan istilah Computer Vision Syndrom CVS Susila, 2001. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Grandjean, etal., 1971 terhadap 68 orang pengendali lalu lintas udara air traffic controler menunjukkan bahwa tingkat kelelahan akan terus meningkat setelah enam jam bekerja. Kinerja para pengendali pada siang hari tinggi, sedangkan pada malam hari cenderung menurun Hashimoto, etal., 1971. Kondisi ini tampaknya sudah dipahami bahkan mungkin sudah dirasakan oleh para pekerja di bagian ACC - Bandara Ngurah Rai Tuban - Bali. Hal ini tercermin dari adanya upaya inovatif dalam pengaturan waktu kerja aktif. Dengan mengatur waktu kerja aktif di depan VDT selama maksimum 2 jam, maka diharapkan dapat tercipta kondisi kerja yang nyaman dan aman. Dengan rasa nyaman tersebut, kestabilan tingkat ketelitian terjaga, kelelahan dan keluhan subjektif terkendali. Hal ini diperkuat oleh hasil pengukuran tingkat ketelitian melalui uji Bourdon Wiersma. Melalui uji t-paired, kecepatan dan kesalahan sebelum dan sesudah bekerja untuk masing-masing shift tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna p 0,05. Demikian pula dengan hasil uji One Way Anova menunjukkan bahwa kecepatan dan kesalahan yang ada antar masing-masing shift tidak berdeda bermakna p 0,05. Selanjutnya hasil analisis tingkat ketelitian menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah bekerja, Pengaturan Kerja Bergilir 333 PENGATURAN KERJA BERGILIR para karyawan memiliki tingkat ketelitian dengan kategori yang tetap, bahkan untuk shift siang, tingkat ketelitian sesudah bekerja justru meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengaturan jam kerja efektif di depan VDT 2 jam, maka tuntutan tugas yang ada masih di bawah kemampuan pekerja. Sedangkan untuk tingkat konstansi, pada siang dan malam hari mengalami penurunan. Pada pagi hari, tingkat konstansi masih dalam kategori baik, namun pada siang dan malam hari dalam kategori kurang. Secara keseluruhan, hasil uji Bourdon Wiersma dapat dilihat pada Tabel 24.1. Tabel 24.1. Hasil Uji Bourdon Wiersma Shift pagi Shift siang Shift malam No. Kriteria Pre Post Pre Post Pre Post WS Gol WS Gol WS Gol WS Gol WS Gol WS Gol 1 Kecepatan 14 B 14 B 14 B 14 B 14 B 14 B 2 Ketelitian 9 C 10 C - C 13 CK 9 C 9 C 3 Konstansi 14 B 14 B 9 B 9 B 14 B 9 B Keterangan : Pre : sebelum bekerja B : baik Post : sesudah bekerja C : cukup WS : weighted scores CK : cukup baik Gol : golongan kategori Dari Tabel 24.1 dapat dilihat bahwa baik pada shift pagi, shift siang maupun shift malam, Tingkat kecepatan dan konstansi pekerja tetap stabil dengan kategori baik, sedangkan tingkat ketelitian pekerja hanya berada dalam kategori cukup C. Sebenarnya apabila dilihat dari hasil penghitungan denyut nadi, maka beban kerja di bagian ACC masih dalam kategori ringan dengan denyut nadi kerja di bawah 100 denyutmenit. Namun ternyata tingkat kelelahan yang terjadi cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis proporsional terhadap tingkat kelelahan pekerja. Diakhir kegiatan, sebagian pekerja mengeluh mengantuk pagi = 58,33 , siang = 91,67 , malam = 66,67 , merasa berat pada mata pagi = 83,33 , siang = 66,67 , malam = 58,33 , merasa ingin berbaring pagi = 83,33 , siang = 58,33 , malam = 75 dan lelah seluruh badan pagi = 58,33 , siang = 75 , malam = 83.33 . Dari data keluhan tersebut dapat dikatakan bahwa sebenarnya beban kerja internal lebih besar apabila dibandingkan dengan beban kerja eksternal. Hal ini dapat dipahami mengingat karakteristik tuntutan tugas yang beresiko sangat tinggi. Untuk pekerjaan dengan tuntutan ketelitian dan ketepatan yang tinggi serta resiko kerja yang tinggi, kondisi ini tentunya sama sekali tidak diharapkan. Apabila kondisi tubuh dalam keadaan lelah, jelas dapat menurunkan tingkat ketelitian dan kewaspadaan pekerja dan beresiko terjadinya kesalahan yang dapat berakibat fa- tal, yaitu terjadinya kecelakaan penerbangan. Oleh karena itu perlu dilakukan 334 Pengaturan Kerja Bergilir PENGATURAN KERJA BERGILIR langkah-langkah korektif, diantaranya dengan mengurangi waktu kerja efektif di depan VDT, sehingga tingkat kesegaran tubuh pekerja terjaga dan tingkat ketelitian pekerjapun dapat ditingkatkan.

24.6 Simpulan

Dari hasil pengamatan dan analisis data tentang aspek ergonomi dalam aktivitas pengendalian lalu lintas udara, khususnya di bagian ACC Bandara Ngurah Rai Bali, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Untuk dapat memberikan pelayanan selama 24 jam, maka alokasi waktu kerja dilakukan dengan sistem bergilir shift work, yaitu kerja pagi, siang dan malam. 2. Jadwal kerja yang telah ditetapkan secara terstruktur diatur kembali secara informal dengan membatasi waktu kerja efektif di depan VDT maksimal selama 2 jam dalam upaya menciptakan kondisi kerja yang aman, nyaman dan sehat. 3. Dengan penerapan waktu kerja efektif tersebut, ternyata kecepatan, konstansi dan tingkat ketelitian pekerja sebelum dan sesudah bekerja tetap stabil. Tingkat kecepatan dan konstansi dalam kategori baik, sedangkan tingkat ketelitian hanya masuk dalam kategori cukup. 4. Diakhir kegiatan, sebagian besar pekerja mengeluh mengantuk, berat di kepala, merasa lelah di seluruh badan, ada beban berat di mata dan merasa ingin berbaring.

24.7 Saran

Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Mengingat bahwa pekerjaan pengendalian lalu lintas udara menuntut tingkat ketelitian yang tinggi dan mengandung resiko yang tinggi pula, maka kiranya perlu dilakukan langkah-langkah korektif untuk meningkatkan ketelitian pekerja sehingga minimal masuk dalam kategori baik. 2. Penerapan waktu kerja efektif selama maksimal 2 jam kiranya perlu ditinjau kembali dan perlu dicoba untuk menguranginya dalam upaya menekan tingkat kelelahan dan mencegah terjadinya penurunan tingkat ketelitian pekerja.

24.8 Kepustakaan

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Yogyakarta. Dekker, K., Cs. 1996. The Human Aspect of Shift Work. Edited by Bharattacharya, A McGlothlin, J.D. 1996. Occupational Ergonomics Theory and Applica- tions. Marcel Dekker Inc. New York. Grandjean, E., Wotzka, G., Schaad, R. Gilgen, A. 1971. Fatigue and Stress in