Latar Belakang [E-BOOK] ERGONOMI – Untuk Kesetan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas | Ir. Solichul Hadi Achmad Bakri, M.Erg

Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja 55 KU ALIT AS UD ARA D ALAM R U ANG KERJ A Mengingat kualitas udara yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan sangat diperlukan oleh semua penghuni ruangan karyawan maka harus selalu dijaga dan diupayakan tetap dalam kisaran yang nyaman untuk bekerja.

4.3 Kontaminan Udara dalam Ruang Kerja

Biasanya dalam suatu observasi dan investigasi lapangan, kita sering terpaku hanya kepada pemaparan bahan kimia tertentu yang kadarnya cukup tinggi yang dapat menyebabkan keracunan, menimbulkan penyakit yang parah atau kematian. Sementara itu pemaparan terhadap kadar kontaminan yang rendah yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan meskipun tidak berat masih sering diabaikan. Padahal apabila telah terjadi akumulasi dari bahan-bahan pencemar meskipun kadarnya rendah, akan dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang bersifat kronis. Di bawah ini akan kita bahas beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu: 1 Karbon Dioksida CO 2 Karbon dioksida merupakan sisa hasil pembakaran dari sistem pernafasan. CO 2 jarang dipertimbangkan sebagai suatu bahan pencemar, padahal secara umum dapat mempengaruhi kenyamanan penghuninya. Kadar CO 2 merupakan indikator yang bagus untuk mengetahui efektif tidaknya sistem ventilasi dalam ruangan yang bersangkutan. Kadar CO 2 dalam suatu ruangan harus diusahakan 1.000 ppm. Apabila kadar CO 2 melebihi batas tersebut maka memberikan indikasi bahwa jumlah udara segar yang dialirkan melalui sistem ventilasi tidak mencukupi. ASHRAE Standard 62-1989 merekomendasikan untuk ruang kerja perkantoran harus mempunyai rata-rata aliran udara masuk sekurang- kurangnya 10 Ldetorang untuk mempertahankan kadar CO 2 di bawah 1.000 ppm. Dari hasil penelitian Tarwaka Bakri 2001 dilaporkan bahwa suatu ruangan dengan konsentrasi karbon dioksida di atas 1.000 ppm menyebabkan gangguan kesehatan dan kenyamanan penghuninya. 2 Produk Hasil Pembakaran Menurut Hau 1997 bahwa produk sisa hasil pembakaran dapat meliputi karbon monoksida CO, nitrogen oksida NO NO 2 dan mungkin hidrokarbon HC. Gas-gas tersebut dapat bersumber dari dalam bangunan itu sendiri seperti; pembakaran akibat proses masak-memasak, merokok dalam ruang kerja. Timbal Pb merupakan bahan pencemar yang potensial yang sering ditemukan dalam kadar cukup tinggi di ruangan kerja dekat dengan parkir. Sumber-sumber bahan pencemaran yang berasal dari luar bangunan biasanya dibawa masuk ke dalam ruangan melalui aliran udara ventilasi. CO yang terikat dalam darah terutama hae- moglobin akan menghambat fungsi oksigen dalam sirkulasi. Pada konsentrasi tinggi CO dapat menyebabkan kematian, sedangkan NO dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Mesin-mesin pembangkit yang sering digunakan seperti 56 Kualitas Udara Dalam Ruang Kerja KU ALIT AS UD ARA D ALAM R U ANG KERJ A generator, mesin diesel, kompresor dll, harus ditempatkan pada ruang yang terpisah dengan gedung induk dan dipelihara agar pekerja tidak terpapar oleh gas emisi dari mesin-mesin tersebut. Standar untuk kadar gas CO di ruang kerja perkantoran adalah 10 ppm untuk 8 jam kerja WHO, 1976; SAA, 1980. Sedangkan baku mutu lingkungan berdasarkan SK.MEN-KLH: No.02 1988 adalah sebagai berikut: kadar CO 10.000 µ gNm 3 24 jam, kadar NO 2 150 µ gNm 3 24 jam, Hidrokarbon 160 µ gNm 3 3 jam dan kadar Pb 2 µ gNm 3 24 jam. Kadar bahan pencemar di dalam udara lingkungan harus diupayakan serendah mungkin atau setidaknya diupayakan mendekati kadar udara ambien. 3 Formaldehid Formaldehid merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau yang cukup tajam. Formaldehid biasanya dihasilkan dari bahan-bahan bangunan seperti ply- wood, karpet, furniture, Urea-Formaldehyde Foam Insulation UFFI. Pemaparan Formaldehid pada kadar yang cukup rendah 0,05 - 0,5 ppm dapat menyebabkan mata terbakar, iritasi pada saluran nafas bagian atas dan dicurigai sebagai karsinogen Heryuni, 1993. 4 Ozon O 3 Berbagai proses kegiatan dan peralatan yang menggunakan sinar ultra violet UV atau menyebabkan ionisasi udara mungkin menghasilkan ozon. Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV, mesin photo copy dan ioniser. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada konsentrasi rendah. Menurut WHS 1992 bahwa ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Oleh karena ozon merupakan gas yang sangat mudah bereaksi, pada umumnya hanya dapat dijumpai dekat dengan sumbernya dan hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada lingkungan udara dalam ruang kerja. 5 Partikel-Partikel dalam Udara Ruang Kerja Partikel-partikel yang biasanya terdapat dalam ruangan udara meliputi; partikel hasil pembakaran dari proses memasak dan merokok, debu dari pakaian, kertas dan karpet, serat asbes dari bahan bangunan, serat fiberglass yang terdapat dalam saluran pipa AC. Secara umum kadar partikel yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergik seperti mata kering, problem kontak lensa mata, iritasi hidung, tenggorokan dan kulit, batuk-batuk dan sesak nafas. Pada gedung-gedung perkantoran rerata partikel debu pada ruangan non-smoking area adalah 10 µ gm 3 sedangkan pada smoking area berkisar antara 30-100 µ gm 3 Morey et al., 1991. Standar maksimum partikel debu untuk ruang kerja perkantoran ternyata beragam. WHO 1976 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 40 µ gm 3 dan kadar maksimum 24 jam