Penilaian Beban Kerja pada Pekerjaan Bongkar Muat

290 Analisis Pengaruh Aktivitas Angkat AN ALISIS PENGAR UH AKTIVIT AS waktu reaksi rangsang suara sebesar 54,33 mmdet 20,57. Pemanjangan waktu reaksi rangsang suara tersebut secara statistik adalah signifikan dengan nilai t hitung 5,77 dan p=0,000. Pengukuran reaksi rangsang cahaya didapatkan rerata sebelum kerja sebesar 271,63 mmdet dan setelah kerja sebesar 321,75 mmdet. Sehingga terdapat pemanjangan waktu reaksi rangsang cahaya sebesar 50,13 mmdet 18,46. Pemanjangan waktu reaksi cahaya tersebut secara statistik juga signifikan dengan nilai t hitung 3,93 dan p=0,001. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi rangsang suara dan cahaya tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja mengalami kelelahan setelah bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyawati 2000 yang menyatakan bahwa tingkat kelelahan pada pekerja pembatik dengan sikap kerja tidak ergonomis lebih tinggi dari pada pekerja yang bekerja dengan sikap tubuh alamiah. Dari uraian tersebut di atas dapat ditegaskan bahwa setelah bekerja 3 kali shift masing-masing shift kerja sekitar 60 menit-istirahat 45 menit, ternyata pekerja bongkar muat msih mengalami kelelahan yang cukup signifikan. Untuk mengatasi keadaan tersebut, perlu dilakukan pengendalian secara administratif, yaitu menyediakan tempat yang teduh untuk digunakan pada saat pekerja istirahat, sehingga terjadi pemulihan segera setelah bekerja pada tiap shifnya.

20.4 Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti tersebut di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai tersebut berikut ini. 1. Sistem kerja, seperti pembagian regu kerja; jam kerja-istirahat sudah cukup baik. 2. Teknik cara mengangkat dan ketinggian landasan kerja tidak ergonomis. 3. Beban kerja fisik dan beban kardiovaskuler dalam kategori beban berat. 4. Berdasarkan indek suhu bola basah ISBB, pekerjaan bongkar muat hanya boleh bekerja 25 dan 75 istirahat. 5. Pengaruh cara mengangkat yang salah, kondisi kerja yang tidak ergonomis dan lingkungan panas menyebabkan gangguan otot skeletal khususnya tulang belakang dan kelelahan.

20.5 Saran

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan hal-hal sebagai tersebut di bawah ini. 1. Perbaikan ketinggian landasan kerja, melalui redesain rak landasan semen dengan ketinggian 40 cm. 2. Menginformasikan dan melatih pekerja bongkar muat tentang penggunaan teknik cara mengangkat yang benar tahap demi setahap. 3. Untuk mengurahi efek tekanan panas, pekerja harus memakai pakaian kerja yang dapat memantulkan cahaya warna terang; topi; sepatu dan sarung tangan kulit. Sedangkan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat panas radiasi, pekerja harus sesering mungkin minum air yang ditambah dengan garam elektrolit. Analisis Pengaruh Aktivitas Angkat 291 AN ALISIS PENGAR UH AKTIVIT AS 4. Menyediakan tempat peneduh untuk istirahat, sehingga terjadi rekuperasi secepatnya setelah kerja. 5. Mengingat berat beban semen 50 kg dirasakan berat oleh para pekerja, maka kepada perusahaan pembuat harus melakukan redesain dengan batasan berat beban semen maksimum 40 kg per zak. 6. Kepada pihak pemerintah diharapkan segera membuat standar baku tentang batas optimum beban angkat dan angkut.

20.6 Kepustakaan

American Conference of Govermental Industrial Hygienists, 1991. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices . ACGIH, Cincinati, USA. Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1977. Textbook of Work Physiology-Physiological Bases of Exercise , 2 nd edt. McGraw-Hill Book Company. USA: 449-480. Bernard, T.E., 1996. Occupational Heat Stress. Dalam: Bhattacharya, A. and McGlothlin, J.D. Eds. Occupational Ergonomics, Marcel Dekker, Inc. USA:195- 218. Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor Francis Inc. London: 104-114. Helander, M. 1995. A Guide to the Ergonomics of Manufacturing. Taylor Francis, Great Britain: 39-54. Konz, S. 1996. Physiology of Body Movement. Dalam: Bhattacharya, A and McGlothlin, J.D. Eds. Occupational Ergonomics, Marcel Dekker, Inc. USA:47- 61. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 15, 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, Jakarta. Pulat, B.M. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA: 52-56. Setyawati, L. 2000. Pengaruh Pengadaan Peralatan Ergonomis terhadap Tingkat Kelelahan Kerja dan Stress Psikososial. Dalam: Wignyosoebroto, S. Wiratno, S.E., Eds. Proceedings Seminar Nasional Ergonomi. PT. Duna Widya. Surabaya: 94-99. Sudiajeng, L., Tarwaka, Hadi, S. 2001. Ergonomics Evaluation of Lifting and Car- rying in Traditional Pouring Concrate Slab for Multilevel Building. Dalam: Sutajaya, M. ed. National-International seminar on Ergonomic-Sports Physiology, Udayana University Press, Denpasar: 31-37. Thurman, J.E., Louzine, A.E. Kogi, K. 1988. Higher Productivity and a Better Place to Work. Action manual . International Labour Office, Geneva: 25-32. Waters, T.R. Putz-Anderson, V. 1996. Manual Material Handling. Dalam: Bhattacharya, A and McGlothlin, J.D. Eds. Occupational Ergonomics, Marcel Dekker, Inc. USA:329-346.