Tangga Kerja Analisis Alat Bantu Kerja 1.

Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut 317 E V ALU ASI ER GONOMI a = tinggi bahu 5ile = 129.7 cm b = panjang lengan atas 5ile = 37.8 cm α = sudut lengan atas = 23 o , c = b cos α = 34.80 cm d = tinggi ember + pegangan = 31 cm Tinggi maksimal injakan e = a - c - d = 63.90 cm Rerata tinggi injakan adalah 85,5 cm. Maka tinggi injakan yang ada 21.60 cm lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk kerja nyaman. Ketidaksesuaian tersebut menyebabkan terjadinya sikap paksa dan dapat menimbulkan gangguan otot sebagaimana dikeluhkan oleh pekerja. Pada akhir kegiatan, pekerja mengeluh sakit di bahu 100 , lengan atas 83,3 , pergelangan tangan 83,3 dan leher bagian atas 66 .

23.3.2 Analisis Beban Kerja.

Derajat beban kerja dapat dilihat dari aneka variabel seperti pemakaian O 2 , penggunaan kalori, dan denyut nadi. Salah satu cara dalam menentukan konsumsi kalori atau pengerahan tenaga kerja untuk mengetahui derajat beban kerja adalah dengan penghitungan denyut nadi kerja, yaitu rerata nadi selama bekerja. Hasil penghitungan nadi terhadap enam subjek menunjukkan bahwa rerata denyut nadi awal adalah 81.33 denyutmenit dan rerata denyut nadi kerja adalah 135.5 denyutmenit. Ternyata terjadi peningkatan denyut nadi yang bermakna sebesar 66 p0.05. Dari data denyut nadi ini jelas terlihat bahwa beban kerja pada aktivitas angkat-angkut dalam pengecoran lantai beton tradisional masuk dalam kategori berat. denyut nadi kerja diantara 125 - 150 denyutmenit.

23.3.3 Analisis Waktu Kerja, Istirahat dan Nutrisi

Waktu kerja sangat menentukan efisiensi dan produktivitas. Total hasil kerja tidak selalu berbanding lurus dengan waktu kerja. Dalam beberapa kasus, perpanjangan waktu kerja justru menurunkan hasil kerja dan mempunyai kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, gangguan penyakit dan kecelakaan. Penurunan hasil kerja ini antara lain karena berkurangnya persediaan kalori dalam tubuh yang pada akhirnya menurunkan kapasitas kerja seseorang. Oleh karena itu Gambar 23.4. Posisi Lengan pada Saat Mengangkat Beba n. 318 Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut E V ALU ASI ER GONOMI pemberian tambahan nutrisi pada saat istirahat sangat dianjurkan. Tambahan nutrisi ini diperlukan untuk mengembalikan kalori dan memulihkan tenaga yang terpakai. Waktu kerja maksimal di mana seseorang dapat bekerja dengan baik adalah 8 jam per hari termasuk istirahat Grandjean 1993 dan Dekker, dkk., 1996. Dari hasil observasi yang telah dilakukan terhadap objek penelitian, diperoleh data-data sebagai berikut: a. Persiapan dilakukan pukul 08.00 - 10.00 WITA, meliputi pengaturan tenaga kerja dan alat pengaduk spesi beton. b. Aktivitas angkat dilakukan mulai pukul 10.14 s.d 19.15 WITA dengan tiga kali istirahat pendek yaitu istirahat makan pertama pada pukul 12.35 - 12.50 WITA, istirahat minum pukul 15.40 - 15.55, dan istirahat makan kedua pukul 16.30 - 17.00 WITA. c. Selain istirahat yang terstruktur, juga terlihat adanya istirahat yang terjadi karena proses kerja, yaitu pada saat menunggu proses pengadukan bahan spesi. d. Rerata berat badan sebelum bekerja adalah 60,08 kg dan sesudah bekerja adalah 59,25 kg. Ternyata terjadi penurunan berat badan yang bermakna sebesar 0,83 kg p0,05. e. Rerata frekuensi kerja adalah 10.55 embermenit dengan rerata berat beban 7.28 kg, menunjukkan adanya penurunan frekuensi pada setiap menjelang waktu istirahat, naik kembali setelah istirahat, namun beberapa saat kemudian kembali menurun sebagaimana terlihat pada gambar 23.5 Untuk aktivitas angkat-angkut adalah 11 jam 15 menit termasuk pekerjaan persiapan dengan total waktu istirahat adalah 1 jam. Sebelum istirahat pertama selama 15 menit, frekuensi kerja maksimal adalah 10,95 embermenit dan selanjutnya turun menjadi 6.55 embermenit grafik P. Setelah pemberian makan pertama, frekuensi kerja meningkat hingga 12.9 embermenit, namun satu jam kemudian turun kembali menjadi 9.5 embermenit grafik Q. Setelah pemberian minum berupa air sirup manis, frekuensi kerja meningkat sedikit menjadi 10.35 Gambar 23.5 Frekuensi Kerja 5 10 15 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 W aktu ke rja jam F re kue nsi K er ja e mbe r me ni t P Q R S Evaluasi Ergonomi terhadap Angkut-Angkut 319 E V ALU ASI ER GONOMI embermenit grafik R dan setelah pemberian makan kedua, frekuensi kerja meningkat tajam menjadi 15.15 embermenit, namun pada satu jam berikutnya menurun kembali menjadi 13 embermenit grafik S kemudian. Pemberian tambahan nutrisi pada saat istirahat memang dapat memulihkan tenaga yang hilang, namun dari grafik yang ada terlihat bahwa peningkatan dan penurunan frekuensi kerja masih tajam. Hal ini membuktikan bahwa pada pekerjaan pengecoran lantai beton secara tradisional ini terjadi ketidakseimbangan antara beban kerja kalori yang dibutuhkan dengan waktu istirahat dan pemberian nutrisi. Hal ini diperkuat dengan terjadinya penurunan berat badan di akhir kegiatan sebesar 0,83 kg.

23.3.4 Analisis Tekanan Panas Heat stress.

Pekerja Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya berkisar antara 29 - 30 o C dengan kelembaban udara sekitar 85 - 95 Suma’mur, 1995. Suhu udara yang panas dapat menurunkan prestasi kerja dan derajat kesehatan seseorang, bahkan dapat menyebabkan kematian Mutchler, 1991; Grandjean, 1993 dan Suma’mur, 1995. Untuk menghindari pengaruh tekanan panas yang berlebihan, maka pemantauan terhadap iklim kerja sangat dianjurkan. Salah satu sistem pengujian iklim kerja adalah dengan parameter Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB atau Wet Bulb Globe Temperature WBGT. Untuk pekerjaan berat yang dilakukan secara terus menerus Continuous heavy work, the American Conference of Governmental Industrial Hygienists ACGIH merekomendasikan nilai WBGT sebesar 25 o C, the National Institute for Occupational Safety and Health NIOS H merekomendasikan nilai WBGT sebesar 26 o C untuk kecepatan udara rendah 1.5 mdt dan 29 o C untuk kecepatan udara tinggi 1.5 mdt Mutchler, 1991. Hasil pengukuran di lapangan yang dilakukan di antara pukul 10.00 - 15.00 WITA dengan metode Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB menunjukkan data mikroklimat yang meliputi suhu radiasi : 40.2 - 42.8 o C, suhu kering : 33.3 - 34.5 o C, kelembaban udara : 61 - 77 , ISBB : 30.6 - 32.3 o C dan kecepatan udara : 0.95 - 1.32 mdt. Dari data di atas terlihat bahwa pelaksanaan pengecoran merupakan pekerjaan berat yang dilakukan dibawah tekanan panas yang tinggi 30 o C. Kondisi ini dapat memberikan tambahan beban kerja yang mengakibatkan terjadinya kelelahan dini. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari enam subjek yang ada, sebagian besar mengeluh lelah seluruh badan 100 , sakit di kepala 83,3 , haus terus menerus 83,3 , dan merasa kurang sehat 50. Dengan nilai ISBB antara 30,6 - 32,3 o C, maka semestinya organisasi kerja diatur agar waktu kerja efektif bagi pekerja angkat-angkut tidak lebih dari 2 jam per hari, selebihnya digunakan untuk istirahat atau melakukan pekerjaan ringan lainnya.