Mikroklimat [E-BOOK] ERGONOMI – Untuk Kesetan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas | Ir. Solichul Hadi Achmad Bakri, M.Erg

36 Lingkungan Kerja Fisik LINGKUNGAN KERJA FISIK d. Heat Cramps . Merupakan kejang-kejang otot tubuh tangan dan kaki akibat keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit garam natrium. e. Heat Syncope atau Fainting . Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah di bawa kepermukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi. f. Heat Exhaustion . Keadaan ini terjadi apabila tubuh kehilangan terlalu banyak cairan dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami oleh pekerja yang belum beraklimatisasi terhadap suhu udara panas. 3 Penilaian Lingkungan Kerja Panas Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja menyebakan gangguan kesehatan adalah dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37 o C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dari konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja 38 o C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja. Salah satu parameter pengukuran suhu lingkungan panas adalah dengan menilai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB yang terdiri dari parameter suhu udara kering, suhu udara basah dan suhu panas radiasi. Contoh peralatan sederhana yang digunakan untuk mengukur parameter ISBB tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1. Kemudian secara manual ISBB dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a Pekerjaan dilakukan di bawah paparan sinar matahari Outdoor: ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering b Pekerjaan dilakukan di dalam ruangan Indoor : ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi Gambar 3.1 A.Termometer Bola; B. Sling Psychrometer Suhu Basah dan Suhu Kering; C. Kata Termometer B A C Lingkungan Kerja Fisik 37 LINGKUNGAN KERJA FISIK Selain alat tersebut, terdapat alat ukur ISBB yang lebih moderen seperti Questtemp Heat Stress Monitor gambar 3.2. Di mana alat tersebut dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu kering, suhu radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam satuan o C atau o F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan disekitar sumber panas di mana pekerja melakukan pekerjaannya. Dari hasil pengukuran ISBB tersebut selanjutnya disesuaikan dengan beban kerja yang diterima oleh pekerja, selanjutnya dilakukan pengaturan waktu kerja-waktu istirahat yang tepat sehingga pekerja tetap dapat bekerja dengan aman dan sehat. Dalam pengaturan waktu kerja-waktu istirahat tersebut dapat menggunakan metode seperti diilustrasikan pada gambar 3.3. NIOSH, 1986 dan ACGIH, 1995. 4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur ISBB pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian secara benar. Di samping itu koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai efektifitas dari sistem pengendalian yang telah dilakukan di masing-masing tempat kerja. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut: a Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi b Mengurangi beban panas radian dengan cara: ¾ Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas ¾ Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas Gambar 3.3. Nilai Ambang Batas Terhadap Pemaparan Panas Yang Diperbolehkan Berdasarkan Penilaian ISBB dan Beban Kerja Gambar 3.2. Questemp010 Digital - Area Heat Stress 38 Lingkungan Kerja Fisik LINGKUNGAN KERJA FISIK ¾ Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang dapat memantulkan panas c Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran dilution ventilation atau pendinginan secara mekanis mechanical cooling . Cara ini telah terbukti secara dramatis dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan Bernard, 1996. d Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 mdet. Sehingga perlu dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi 40 o C dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas. e Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara: ¾ Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari ¾ Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan ¾ Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai ISBB. Dari uraian tersebut, dapat ditegaskan bahwa kondisi yang harus dipertimbangkan dalam setiap desain atau redesain sistem ventilasi adalah adanya sirkulasi udara pada tempat kerja yang baik, sehingga terjadi pergantian udara dalam ruangan dengan udara segar dari luar secara terus menerus. Di samping itu faktor pakaian dan pemberian minum harus juga dipertimbangkan dalam mengatasi masalah panas lingkungan.

3.2 Kebisingan di Tempat Kerja

Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar WHS, 1993. Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmennaker 1999 adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya rangsangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar. Menurut Suma’mur 1984 dan WHS 1993 bahwa dari segi kualitas bunyi, terdapat dua hal yang menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Herz Hz yaitu jumlah getaran yang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus enegi lazimnya dinyatakan dalam desibel dB yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi 0,0002 dynecm 2 dengan frekuensi 1.000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telinga merupakan skala logaritmis, maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB pengaruhnya akan berbeda dengan 3 dB di atas 90 dB. Lingkungan Kerja Fisik 39 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Sumber Kebisingan dan Cara Penilaiannya. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti: ¾ Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik ¾ Mesin-mesin produksi ¾ Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu ¾ Ketel uap atau boiler untuk pemanas air ¾ Alat-alat lain yang menimbulkan suara dan getaran seperti alat pertukangan ¾ Kendaraan bermotor dari lalu lintas dll. Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Dengan demikian penilaian tingkat intensitas kebisingan di perusahaan secara umum dimaksudkan untuk beberapa tujuan yaitu: a Memperoleh data intensitas kebisingan pada sumber suara b Memperoleh data intensitas kebisingan pada penerima suara pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan c Menilai efektivitas sarana pengendalian kebisingan yang telah ada dan merencanakan langkah pengendalian lain yang lebih efektif. d Mengurangi tingkat intensitas kebisingan baik pada sumber suara maupun pada penerima suara sampai batas diperkenankan. e Membantu memilih alat pelindung dari kebisingan yang tepat sesuai jenis kebisingannya. Untuk tujuan tersebut maka harus dilakukan pengukuran intensitas kebisingan secara langsung pada tempat-tempat yang dikehendaki. Dalam hal ini jenis pengukuran dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a Jenis pengukuran pada sumber suara. Pada pengukuran ini dapat digunakan alat “Sound Level Meter” gambar 3.4 B. Alat tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40 -130 dBA pada frekuensi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan countour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya pada waktu pengukuran “Sound Level Meter” di pasang pada ketinggian ± 140-150 m atau setinggi telinga. 40 Lingkungan Kerja Fisik LINGKUNGAN KERJA FISIK b Jenis pengukuran pada penerima suara. Jenis pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa rerata intensitas suara yang diterima oleh pekerja selama jam kerja. Hal ini didasarkan pengalaman bahwa tidak seluruh waktu kerja, pekerja bekerja pada tempat yang sama melainkan sering berpindah-pindah tempat. Sehingga pekerja juga tidak menerima suara dari satu sumber suara yang tinggi. Dengan demikian jenis pengukuran ini lebih dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh pemaparan kebisingan orang per orang. Pada jenis pengukuran ini dapat digunakan alat “Dosi meter” gambar 3.5A. Pada waktu pengukuran alat “Dosi meter” dipasang di sekitar dada samping kiri atau kanan dengan waktu pengukuran terus menerus selama waktu kerja dan waktu istirahat tetap dipakai. Setelah intensitas dinilai dan dianalisis, selanjutnya hasil yang diperoleh harus dibandingkan dengan standar yang ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui apakah intensitas kebisingan yang diterima oleh tenaga kerja sudah melampaui Nilai Ambang Batas NAB yang diperkenankan atau belum. Dengan demikian akan dapat segera dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi dampak pemaparan terhadap kebisingan tersebut. NAB Kebisingan di tempat kerja berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51MEN1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01MEN 1978, besarnya rata-rata adalah 85 dBA untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam hari atau 40 jam seminggu. Besarnya NAB kebisingan yang ditetapkan tersebut sama dengan NAB untuk negara-negara lain seperti Australia WHS, 1993, Amerika ACGIH, 1991. Selanjutnya apabila tenaga kerja menerima pemaparan kebisingan lebih dari ketetapan tersebut, maka harus dilakukan pengurangan waktu pemaparan seperti pada tabel 3.1 di bawah. Gambar 3.4 A. Dosi Meter; B. Sound Levek Meter Dilengkapi Dengan Oktave Band Analizer