Metode dan Materi Penelitian Hasil Penelitian

298 Penilaian Ambang Dengar Tenaga Kerja PENILAIAN AMBANG DENGAR rerata ambang dengar antara kelompok umur 31-40th dan 41-50th tidak signifikan p0,05 hanya pada frekuensi 2000 dan 4000 Hz. Sedangkan rerata ambang dengar antara kelompok umur 21-30th dan 41-50th adalah berbeda bermakna p0,05 pada seluruh frekuensi baik telinga kanan maupun kiri. Hal yang hampir sama ditunjukkan oleh hasil penelitian Plakke Dare 1992 tentang penurunan daya dengar pada para petani, dimana kenaikan ambang dengar lebih tinggi pada kelompok umur 50th dibandingkan kelompok umur 40th dan 30th. Demikian juga dari hasil penelitian Suwarno 2000 bahwa kenaikan ambang dengar tenaga kerja laki-laki akibat usia terjadi mulai pada kelompok umur 36-45th. Sebagai pembanding hasil penelitian lainnya, diambil salah satu penelitian tentang ambang dengar tenaga kerja laki-laki di Amerika yang bekerja di industri yang bebas dari penyakit telinga menurut kelompok umur. Audiogram rerata ambang dengar tenaga kerja Amerika tersebut disajikan dalam Gambar 21.2 dibawah. Terlihat dalam kedua gambar tersebut hasil yang berlawanan pada frekuensi rendah khususnya 500 dan 1000 Hz. Hasil penelitian menunjukkan ambang dengar yang lebih tinggi pada frekuensi tersebut, sedangkan untuk tenaga kerja Amerika pada seluruh kelompok umur justru menunjukkan rerata ambang dengar yang sangat rendah mendekati dB 0. Gambar 21. 1. Grafik Audiometri Telinga Kanan dan Kiri Pada Tenaga Kerja Terpajan Kebisingan Dibawah NAB Menurut Kelompok Umur Gambar 21. 2. Grafik Audiogram Rerata Ambang Dengar Tenaga Kerja Laki-laki di Amerika Tanpa ‘ Otological Disease’. Penilaian Ambang Dengar Tenaga Kerja 299 PENILAIAN AMBANG DENGAR Sedangkan rerata ambang dengar tertinggi tenaga kerja Amerika terjadi pada frekuensi 4000Hz akibat pemajanan kebisingan. Pulat 1992 dan Grandjean 1993 menyatakan bahwa ambang dengar meningkat secara progresif dengan umur. Dari audiogram hasil penelitian tersebut jelas nampak bahwa usia sangat berpengaruh terhadap tingkat ambang dengar tenaga kerja, karena hasil audiogram tidak menunjukkan kenaikan ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz..

21.4.2 Pengaruh Masa Kerja terhadap Ambang Dengar

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan dengan intensitas tinggi berpengaruh terhadap penurunan daya dengar. Semakin lama terpajan dengan kebisingan akan semakin tinggi ambang dengar dB seseorang. Dalam penelitian ini akan dibahas apakah lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan 85dBA berpengaruh terhadap ambang dengar dB tenaga kerja. Dalam hal ini lamanya waktu pemapajan diasumsikan dalam masa kerja Dari audiogram yang diilustrasikan pada gambar 21.3 dapat dijelaskan bahwa rerata ambang dengar telinga kanan dan kiri dari seluruh kelompok masa kerja 1- 5th, 6-10th dan 10th berbeda bermakna p0,05 pada frekuensi 2000, 4000 dan 8000 Hz. Sedangkan pada frekuensi rendah 500 dan 1000 Hz ketiga kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan p0,05. Lebih lanjut dari ‘Post Hoc Tests’ dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara kelompok 1-6th dan 5-10th dari seluruh frekuensi tidak signifikan p0,05. Antara kelompok 6-10th dan 10th juga tidak ada perbedaan yang bermakna p0,05 kecuali pada frekuensi 8000 Hz. Sedangkan perbedaan rerata ambang dengar antara kelompok 1-6th dan 10th adalah signifikan p0,05 pada seluruh frekuensi. Rerata ambang dengar kelompok masa kerja 10th pada seluruh frekuensi pemeriksaan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok masa kerja 6-10th dan 1-5th. Hal tersebut menunjukkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tingkat ambang dengar tenaga kerja, khususnya pada tenaga kerja yang mempunyai masa kerja 10th. Untuk mengetahui pengaruh kenaikan ambang dengar tersebut disebabkan karena lamanya waktu pemajanan masa kerja perlu dibandingkan dengan hasil lain. Sebagai pembanding diambil salah satu penelitian tentang penurunan daya Gambar 21. 3. Grafik Audiometri Telinga Kanan dan Kiri Pada Tenaga Kerja Terpajan Kebisingan Dibawah NAB Menurut Kelompok Masa Kerja