238
Pengujian Kualitas Udara
PENGUJIAN KU
ALIT AS
standar yang ada maka kadar CO dalam ruangan tersebut masih di bawah nilai standar. Namun demikian kadar CO harus tetap dijaga mendekati nilai terendah,
mengingat bahaya pemaparan gas CO terhadap kesehatan sangat tinggi.
Sumber pencemaran gas NO
2
dan SO
2
kemungkinan besar berasal dari luar ruangan, mengingat dalam ruang tidak ada proses pembakaran. Hasil pengukuran
gas-gas tersebut di kedua ruangan masih di bawah standar diperkenankan. Kadar gas yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut adalah gas O
x
sebagai Ozon terutama pada ruang accounting yang kadarnya sudah mendekati kadar tertinggi dari yang
diperkenankan. Sumber utama gas Ox sebagai Ozon kemungkinan besar berasal dari mesin printer dan peralatan elektronik yang ada di ruang kerja. Untuk
mengendalikan pemaparan gas tersebut, perlu dilakukan redesain ruang kerja atau memindahkan printer central dan peralatan elektronik ke dalam ruangan yang terpisah
dengan dinding penyekat penuh.
Partikel debu, khususnya debu respirable di samping menyebabkan ketidaknyamanan juga dapat menyebabkan reaksi alergi pada mata, hidung, dan
kulit. Pada gedung-gedung perkantoran rerata partikel debu pada ruangan non-smoking area adalah 10
µ
gm
3
sedangkan pada smoking area berkisar antara 30-100
µ
gm
3
Patty’s, 1991. Standar maksimum partikel debu untuk ruang kerja perkantoran ternyata beragam. WHO 1976 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah
40
µ
gm
3
dan kadar maksimum 24 jam adalah 120
µ
gm
3
. NHMRC 1982 menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 90
µ
gm
3
. Sedangkan SAA 1980 menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 60
µ
gm
3
dan kadar debu maksimum 24 jam adalah 150
µ
gm
3
. Hasil pengukuran kadar debu respirable pada ruang accounting adalah 754
µ
gm
3
dan pada ruang kas adalah 809
µ
gm
3
. Apabila hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar yang ada, maka kadar partikel
debu di kedua ruangan kerja tersebut telah melampaui 7-8 kali lipat dengan standar. Pada ruang accounting kemungkinan besar partikel debu berasal dari debu kertas,
karpet, debu rokok serta dari luar ruangan atau ruangan lain. Sedangkan sumber debu pada ruang kas berasal dari proses menghitung uang kertas maupun dari debu
rokok. Kondisi tersebut dapat menyebabkan gangguan kenyamanan kerja dan bahkan dapat menyebabkan sakit berupa iritasi dan penurunan fungsi paru. Untuk
mengendalikan resiko tersebut perlu dilakukan pemasangan local exhaushed ventila- tion
, terutama di dekat mesin hitung uang kertas. Di samping itu perlu dilakukan pembersihan ruangan setiap sore sehabis kerja dan air cleaning setiap seminggu sekali.
Pengujian Kualitas Udara
239
PENGUJIAN KU
ALIT AS
16.6 Simpulan
Dari hasil dan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Faktor fisik lingkungan kerja mikroklimat dan penerangan tidak sesuai dengan
standar, sehingga menyebabkan ketidaknyamanan kerja. 2.
Rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida menyebabkan ruangan terasa pengab dan menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Kadar gas oksidan dan karbon monoksida telah mendekati kadar tertinggi
dari yang diperkenankan. Sedangkan kadar partikel debu telah jauh melampaui kadar tertinggi diperkenankan. Kondisi tersebut dapat menurunkan kondisi
kesehatan karyawan.
4. Rendahnya kualitas udara dalam ruangan di ruang accounting dan kas disebabkan
karena defisiensi sistem ventilasi AC-sentral.
16.7 Saran
Hal-hal yang dapat disarankan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Menambah suplai udara segar ke dalam ruangan dengan rerata aliran udara minimum sebesar 10 Ldetorang.
2. Meningkatkan intensitas penerangan dengan menambah jumlah dan daya
lampu sehingga penyebaran intensitas cahaya merata ke seluruh ruangan. 3.
Menurunkan kadar kontaminan udara dengan memasang local exhaushed venti- lation
yang sesuai dan tepat untuk masing-masing ruangan. 4.
Memberikan larangan merokok di tempat kerja bagi semua karyawan dan menyediakan ruangan khusus untuk merokok secara terpisah dengan ruangan
kerja. Sistem ventilasi untuk ruangan merokok juga harus terpisah dengan ventilasi dari AC-sentral, sehingga asap rokok tidak ikut menyebar ke ruangan
lain.
5. Pengendalian administratif penting dilakukan seperti menjaga kebersihan
ruangan, pemeliharan secara teratur terhadap AC-sentral. 6.
Monitoring kondisi lingkungan kerja harus dilakukan secara reguler 1 kali setahun.
7. Melakukan pemeriksaan kesehatan kerja secara reguler.
16.8 Kepustakaan
American Conference of Govermental Industrial Hygienists ACGIH, 1995. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices, Cincinati, USA.
American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers ASHRAE, 1989. Ventilation for Indoor Air Quality, ASHRAE Standards-
62, Atlanta.
240
Pengujian Kualitas Udara
PENGUJIAN KU
ALIT AS
Armstrong, R., 1992. Lighting at Work, Occupational Health and Safety Author- ity, Melbourne, Australia.
Grandjean, E., 1983. Fitting the Task to the Man, 4th ed. Taylor Francis Inc. London.
Grantham, D., 1992. Occupational Health Safety. Guidebook for the WHSO. Merino Lithographics, Moorooka, Queensland, Australia.
Hau, E., 1997. Lectures and Practical Sessions on Indoor Air Quality, The Univer- sity of Queensland, Australia.
Lieckfield, Jr., R.G. and Farrar, A.C., 1991. Indoor Air Quality in Nonindustrial Occupational Environments, In: Clayton, G.D. Clayton, F.E. Eds. Patty’s
Industrial Hygiene and Toxicology, General Principles, Ed. 4th Vol.I A, John Wiley Sons, Inc, Amerika.
Manuaba, A., 2000. Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. dalam: Wignyosoebotro, S.,Wiratno, S.E. eds. Proceedings Seminar Nasional
Ergonomi. PT. Guna Widya. Surabaya. National Health and Medical Reaserch Council NHMRC, 1985. Recommended
Methods for Monitoring Air Pollutants in The Environment, Australian Gov- ernment.
National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH, 1984. A Guide to Safety In Confined Space, U.S. Departemnt of Health and Human Ser-
vices, Amerika. National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH, 1994. Pocket
Guide to Chemical Hazard, US Departement of Health Human Services, Amerika.
Pulat, B.M., 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA.
Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964. Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
PUSPERKES, 1995. Penelitian Kualitas Iklim Kerja dan Kebisingan Lingkungan Kerja Perkantoran, Jakarta.
Sanders, M.S. and McMormick, E.J., 1987. Human Factors In Engineering and Design, Sixth ed. McGraw-Hill Book Company.
Soedirman, 1991. Central Air Conditioning System and Its Influence to Indoor Air Quality In Office Works of Highrise Building, Majalah Hiperkes dan
Keselamatan Kerja, Jakarta, XXIV 3 dan 4: 39-47.
Pengujian Kualitas Udara
241
PENGUJIAN KU
ALIT AS
Standards Association of Australia SAA, 1980. Mechanical Ventilation and Air Conditioning Code, Part 2, Australia.
World Health Organisation WHO, 1976. Suess, M.J. Craxford, Eds. Manual on Urban Air Quality Management, Copenhagen.
Workplace Health and Safety WHS, 1992. Indoor Air Quality, A Guide for Healthy and Safe Workplaces, Queensland Government, Australia.
Workplace Health and Safety WHS, 1993. Code of Practice for Noise Manage- ment at Work, Devision of Workplace, Health and Safety, Queesland, Aus-
tralia. Victorian Workcover Authority, 1997. Officewise, A Guide to Health and Safety
in The Office, 3rd ed., Melbourne, Australia.