Penurunan Kekuatan Otot Penurunan Fungsi Fisiologis pada Lansia

Ergonomi Untuk Orang Tua 83 E R GONOMI UNTUK ORANG T U A Keterangan gambar 6.3. A: Tinggi badan Tinggi dari lantai sampai ver- tex, posisi subjek berdiri. B: Tinggi bahu Tinggi dari lantai sampai tepi bahu atas, posisi subjek berdiri. C: Tinggi siku Tinggi dari lantai sampai tepi bawah siku, posisi subjek berdiri D: Tinggi knuckle Tinggi dari lantai sampai per- tengahan kayu yang digenggam telapak tangan, posisi subjek berdiri dan tangan tergantung lemas di samping badan. E: Tinggi popliteal Tinggi dari lantai sampai sudut bagian belakang lutut, posisi subjek duduk di atas bangku dengan tungkai bawah tegak lurus lantai F: Jarak raih tangan Panjang lengan dari tepi be- lakang bahu sampai pertengah- an kayu yang digeng gam telapak tangan. G: Diameter lingkar genggaman Garis tengah lingkaran karena bertemunya ibu jari dengan ujung telunjuk dan dirasakan paling nyaman oleh subjek. Pengukuran dilakukan dengan mempergunakan kerucut kayu pengukur genggaman Perubahan lainnya adalah makin terbatasnya area pergerakan flextion-abduc- tion, dari tubuh lansia, keadaan ini akan mengurangi kebolehan dan keandalan gerak tubuh. Tinjauan antropometri pada lansia tidak hanya terbatas pada pengukuran statis, dan pengamatan perubahan anatomi karena proses penuaan. Tetapi pengukuran antropometri secara dinamis menjadi penting, karena berkurangnya Gambar 6.3 Pengukuran Antropometri Statis pada Lansia 84 Ergonomi Untuk Orang Tua E R GONOMI UNTUK ORANG T U A kemampuan pergerakan lansia, akan sangat berpengaruh kepada rancangan sarana yang akan digunakannya.

6.3 Penyediaan Sarana Kamar Mandi untuk Lansia

Pada jaman dahulu, manusia dalam melakukan aktivitas personal hygiene seperti cuci muka, mandi, buang hajat dan kegiatan lainnya, tidak bergantung kepada kamar mandi. Aktivitas tersebut biasanya dilakukan di alam terbuka dan bersifat umum seperti sungai, kolam, danau, sumber mata air, laut, dll. Tetapi pada era modern seperti sekarang ini, keberadaan kamar mandi dalam suatu tempat tinggal merupakan suatu keharusan bagi semua orang. Rancangan sebuah kamar mandi yang mempertimbangkan berbagai aspek, berkembang seiring dengan pertumbuhan hunian manusia modern. Namun demikian pemilihan bahan dan parabot kamar mandi pada rumah tinggal, terkadang kurang mempertimbangkan aspek kesesuaian penggunanya Bathing, 1998. Kroemer 1994, menyatakan bahwa sebuah rumah tinggal yang dihuni oleh lanjut usia lansia, perlu penyesuaian dan rancangan ulang kamar mandinya. Upaya ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa, kemampuan gerak motorik lansia telah banyak menurun, hal ini disebabkan oleh karena penurunan kapasitas sensor motoriknya. Disamping itu, kamar mandi merupakan wilayah paling berbahaya di dalam suatu rumah tinggal, maka tempat tersebut perlu mendapat perhatian khusus melalui sentuhan rancang bangun yang ergonomis.

6.3.1 Kloset untuk Lansia

Pengadaan dan pembelian peralatan toilet harus disesuaikan dengan kebutuhan. Tempat buang air besar kloset, tentukan dengan tepat model duduk atau jongkok, sesuaikan pula dengan kebiasaan pemakai Manuaba, 1998. Untuk lansia yang mengalami kesulitan berjongkok dan berdiri setelah jongkok dalam waktu tertentu, perlu dipertimbangkan penggunaan kloset duduk. Pengaturan ketinggian kloset duduk, disesuaikan dengan rerata tinggi popliteal lansia, yaitu 39,43 ± 5,52 cm. Telah banyak dikembangkan peralatan untuk memudahkan pembilasan flusher setelah buang hajat di kloset, seperti alat bidet dan beberapa shower khusus yang tergolong peralatan untuk meningkatkan keamanan pengguna kamar mandi Bath- ing, 1998. Tetapi dari survei di pusat kegiatan lansia, diperoleh hasil bahwa mereka merasa lebih nyaman membilas setelah buang hajat dengan mempergunakan air dengan gayung, hal ini karena kebiasaan dan budaya kehidupan para lansia sebelumnya.

6.3.2 Bak Penampung Air

Dari kebiasaan penghuni untuk membilas dengan air dan gayung, dibutuhkan tempat penampung air yang mudah dijangkau. Kemudahan ini hendaknya