Antropometri Subjek dan Dimensi Kursi Penumpang.

Studi Kasus Penerbangan Haji 343 STUDI KASUS PENERBANGAN Keluhan pada betis muncul karena adanya tumpukan darah yang terjadi akibat aktivitas duduk statis dalam waktu yang relatif lama, apalagi posisi kaki dalam keadaan menggantung. Tumpukan darah tersebut dapat menimbulkan tekanan pada jaringan otot di bagian betis, bahkan dapat menyebabkan aliran darah diperlambat yang pada akhirnya menimbulkan rasa sakit. Untuk meminimalkan keluhan pada betis ini sebenarnya bisa dilakukan dengan memberikan sandaran kaki pada kursi yang bisa diatur sesuai dengan anthropometri pemakai. Namun kenyataan di dalam pesawat Boing 747, untuk kelas ekonomi sandaran kaki tersebut tidak ada.

26.3.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkat kenyamanan. Kondisi lingkungan yang kurang memadai dapat memberikan beban tambahan yang dapat menimbulkan kelelahan dini. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain meliputi intensitas penerangan, kebisingan, dan mikroklimat. Untuk faktor intensitas penerangan dan kebisingan, dalam penelitian ini tidak diukur karena keterbatasan kondisi dan keterbatasan alat ukur. Sedangkan untuk mengetahui kondisi mikroklimat di dalam pesawat udara selama penerbangan dari Surabaya ke Jeddah telah dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada setiap satu jam penerbangan. Menurut Helander 1995, suhu nyaman di musim panas berkisar antara 23-26 o C dengan kelembaban udara berkisar antara 40-60 , sedangkan menurut Manuaba 1983, suhu nyaman bagi orang Indonesia berkisar antara 24- 28 o C. Hasil analisis data tentang kondisi mikroklimat dalam pesawat menunjukkan bahwa rerata suhu permukaan dalam pesawat sebesar 27,11 o C dengan rerata kelembaban udara sebesar 52,44 . Dengan demikian kondisi mikroklimat dalam pesawat masuk dalam kategori nyaman. Ini berarti bahwa kondisi mikroklimat dalam pesawat tidak memberikan stressingtambahan beban pada tubuh. Sementara itu suhu udara luar di King Abdul Azis-Jeddah cukup tinggi yaitu sebesar 33 o C dengan kelembaban udara sebesar 45 . Menurut Manuaba 1998, selisih antara suhu di dalam dan di luar ruang tidak boleh lebih dari 4 o C. Perbedaan suhu udara yang terlampau besar antara di dalam pesawat dengan suhu luar di King abdul azis ini 4 o C jelas akan mengurangi tingkat kenyamanan penumpang setelah turun dari pesawat.

26.3.3 Beban Kerja

Duduk diam selama 10 jam dalam pesawat udara dengan aktivitas dan suasana yang monoton dapat memberikan tambahan beban yang bersifat psikologis. Derajat beban kerja tersebut dapat dilihat dari aneka variabel seperti pemakaian O 2 , penggunaan kalori, dan denyut nadi. Salah satu cara dalam menentukan konsumsi kalori atau pengerahan tenaga kerja untuk mengetahui derajat beban kerja adalah dengan penghitungan denyut nadi kerja, yaitu rerata denyut nadi selama bekerja. Berdasarkan pemakaian O 2 , konsumsi kalori, dan denyut nadi, tingkat beban kerja dibedakan untuk beban sangat ringan, ringan, sedang, berat, sangat berat, dan luar biasa berat sebagaimana terlihat pada tabel 7.1 344 Studi Kasus Penerbangan Haji STUDI KASUS PENERBANGAN Dari penghitungan denyut nadi dengan metode penghitungan 10 denyut yang dilakukan sebelum dan sesudah penerbangan, diperoleh hasil sebagaimana terperinci dalam tabel 25.3 sebagai berikut. Tabel 25.3 Hasil Penghitungan Denyut Nadi Kerja Subjek Nadi awal Nadi akhir Selisih nadi denyutmenit denyutmenit denyutmenit 1 80 133 53 2 83 115 32 3 88 130 42 4 88 113 25 5 80 125 45 6 86 120 34 Rerata 84.17 122.67 39.83 SD 3.71 8.06 8.32 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa rerata denyut nadi awal adalah 84,17 denyutmenit ± 3,71, sedangkan rerata denyut nadi akhir adalah 122,67 denyutmenit ± 8,06. Telah terjadi peningkatan denyut nadi secara bermakna p = 0,00 0,05, yaitu sebesar 40,02 . Dari denyut nadi kerja tersebut dapat diketahui bahwa beban kerja yang harus dipikul oleh jemaah haji selama penerbangan dari Surabaya menuju Jeddah tergolong ke dalam kategori beban kerja sedang 100-125 denyutmenit. Mengingat bahwa selama penerbangan, para jemaah haji sama sekali tidak melakukan aktivitas fisik, dan kondisi mikroklimat dalam pesawat termasuk dalam kategori nyaman, maka jelas bahwa beban kerja yang ada lebih banyak disebabkan oleh tekanan psikologis.

26.3.4 Kelelahan

Kelelahan bagi setiap orang lebih bersifat subjektif karena terkait dengan perasaan. Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Kelelahan terjadi karena beberapa sebab antara lain karena melakukan aktivitas yang monoton, beban kerja dan waktu kerja yang berlebihan, keadaan lingkungan, keadaan kejiwaan spikologis dan keadaan gizi. Hasil percobaan yang telah dilakukan juga menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonik, yaitu sistem penghambat inhibisi dan sistem penggerak aktivasi. Apabila sistem penghambat lebih kuat, maka seseorang akan berada dalam kelelahan atau sebaliknya apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang dalam keadaan segar untuk bekerja. Granjean, 1993 dan Nurmianto, 1996 Studi Kasus Penerbangan Haji 345 STUDI KASUS PENERBANGAN Selain faktor fisik akibat sikap duduk yang salah, maka yang banyak berpengaruh terhadap tingkat kelelahan jemaah haji selama menempuh perjalanan udara adalah kondisi kejiwaan psikologi. Memang agak sulit untuk mengatasi masalah tekanan psikologis ini. Manusia memiliki pikiran-pikiran dan pertimbangan- pertimbangan, dan salah satu pikiran yang selalu mengganggu adalah kekhawatiran. Perjalanan udara selama kurang lebih 10 jam dapat menimbulkan berbagai perasaan, terutama perasaan takut dan khawatir. Apabila seseorang telah memutuskan untuk berangkat menunaikan ibadah haji ini berarti harus meninggalkan sanak saudara dalam waktu yang cukup lama. Dari gambaran tentang pelaksanaan jamaah haji yang sering ditayangkan di telivisi, sepertinya para jamaah akan dihadapkan pada situasi dan kondisi yang penuh dengan tantangan dan perjuangan yang berat. Kondisi dalam pesawat yang terkadang sangat asing bagi jamaah haji, misalnya tentang cara-cara penggunaan sarana fasilitas yang ada seperti penggunaan toilet. Banyak di antara para jamaah yang terpaksa menahan untuk tidak buang air karena takut berdiri dan tidak bisa menggunakan sarana yang ada karena memang sangat asing. Menu yang tidak cocok dengan selera juga merupakan masalah yang tidak dapat dipungkiri. Rasa kuatir, ketakutan dan tekanan akibat kondisi lingkungan yang asing tersebut apabila terus meningkat dapat berubah menjadi ketegangan pikiran yang dapat menimbulkan gangguan psikologis yang berperanan cukup besar dalam menimbulkan kelelahan. Untuk mengetahui tingkat kelelahan akibat perbangan telah dilakukan pendataan yang dilakukan sebelum kelelahan awal dan sesudah penerbangan kelelahan akhir dengan kuesioner 30 item pertanyaan. Selanjutnya dilakukan scoring dan tabulasi data dengan hasil seperti pada tabel 25.4 Tabel 25.4: Hasil skoring tingkat kelelahan Subyek skor skor Selisih kelelahan awal kelelahan akhir skor 1 37 54 17 2 43 60 17 3 46 60 14 4 47 58 11 5 45 57 12 6 51 67 16 Rerata 44.83 59.33 14.50 SD. 4.67 4.37 2.58 Skala nilai skor : Pilihan a : 1 Pilihan c : 3 Pilihan b : 2 Pilihan d : 4