Pengaruh Usia terhadap Ambang Dengar

Penilaian Ambang Dengar Tenaga Kerja 299 PENILAIAN AMBANG DENGAR Sedangkan rerata ambang dengar tertinggi tenaga kerja Amerika terjadi pada frekuensi 4000Hz akibat pemajanan kebisingan. Pulat 1992 dan Grandjean 1993 menyatakan bahwa ambang dengar meningkat secara progresif dengan umur. Dari audiogram hasil penelitian tersebut jelas nampak bahwa usia sangat berpengaruh terhadap tingkat ambang dengar tenaga kerja, karena hasil audiogram tidak menunjukkan kenaikan ambang dengar pada frekuensi 4000 Hz..

21.4.2 Pengaruh Masa Kerja terhadap Ambang Dengar

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan dengan intensitas tinggi berpengaruh terhadap penurunan daya dengar. Semakin lama terpajan dengan kebisingan akan semakin tinggi ambang dengar dB seseorang. Dalam penelitian ini akan dibahas apakah lamanya waktu pemajanan terhadap kebisingan 85dBA berpengaruh terhadap ambang dengar dB tenaga kerja. Dalam hal ini lamanya waktu pemapajan diasumsikan dalam masa kerja Dari audiogram yang diilustrasikan pada gambar 21.3 dapat dijelaskan bahwa rerata ambang dengar telinga kanan dan kiri dari seluruh kelompok masa kerja 1- 5th, 6-10th dan 10th berbeda bermakna p0,05 pada frekuensi 2000, 4000 dan 8000 Hz. Sedangkan pada frekuensi rendah 500 dan 1000 Hz ketiga kelompok tidak ada perbedaan yang signifikan p0,05. Lebih lanjut dari ‘Post Hoc Tests’ dapat dijelaskan bahwa perbedaan antara kelompok 1-6th dan 5-10th dari seluruh frekuensi tidak signifikan p0,05. Antara kelompok 6-10th dan 10th juga tidak ada perbedaan yang bermakna p0,05 kecuali pada frekuensi 8000 Hz. Sedangkan perbedaan rerata ambang dengar antara kelompok 1-6th dan 10th adalah signifikan p0,05 pada seluruh frekuensi. Rerata ambang dengar kelompok masa kerja 10th pada seluruh frekuensi pemeriksaan ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok masa kerja 6-10th dan 1-5th. Hal tersebut menunjukkan bahwa masa kerja berpengaruh terhadap tingkat ambang dengar tenaga kerja, khususnya pada tenaga kerja yang mempunyai masa kerja 10th. Untuk mengetahui pengaruh kenaikan ambang dengar tersebut disebabkan karena lamanya waktu pemajanan masa kerja perlu dibandingkan dengan hasil lain. Sebagai pembanding diambil salah satu penelitian tentang penurunan daya Gambar 21. 3. Grafik Audiometri Telinga Kanan dan Kiri Pada Tenaga Kerja Terpajan Kebisingan Dibawah NAB Menurut Kelompok Masa Kerja 300 Penilaian Ambang Dengar Tenaga Kerja PENILAIAN AMBANG DENGAR dengar akibat pemajanan kebisingan dengan intensitas tinggi berdasarkan lamanya waktu pemajanan. Dari gambar 21.4. tersebut jelas terlihat bahwa pada seluruh kelompok masa kerja kenaikan ambang dengar terjadi pada frekuensi 4000 Hz. Sedangkan pada frekuensi rendah 500 dan 1000 Hz perubahan ambang dengar tetap kecil. Menurut Pulat 1992; Grandjean 1993; Plog 1995 dan Dobie 1995 menyatakan bahwa terjadinya penurunan daya dengar pada frekuensi 4000 Hz dibandingkan frekuensi lain menunjukkan bahwa kehilangan pendengaran tersebut disebabkan karena pemajanan kebisingan pada intensitas tinggi. Sementara itu dari hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak sama, dimana pada frekuensi 4000 Hz rerata ambang dengar dB tenaga kerja justru rendah, sedangkan pada frekuensi yang lebih rendah 500 dan 1000 Hz dan frekuensi tinggi 8000 Hz menunjukkan adanya kenaikan ambang dengar. Hal tersebut membuktikan bahwa kenaikan ambang dengar tenaga kerja terpapar kebisingan 85 dBA bukan karena pemajanan kebisingan tinggi, melainkan karena faktor umur. Dalam hal ini dapat dibuktikan bahwa umur mempunyai korelasi yang positif dengan masa kerja. Dari uji korelasi pearson antara umur dan masa kerja didapatkan koefisien korelasi r sebesar 0,834. untuk itu dapat diasumsikan bahwa semakin tua umur maka akan semakin lama masa kerja seseorang. Untuk mengetahui apakah terpajan kebisingan pada intensitas 85 dBA aman untuk fungsi pendengaran dapat dibandingkan dengan standar orang nor- mal. WHO 1995 memberikan standar bahwa apabila seseorang masih mampu mendengar kurang dari 30 dB pada frekuensi pembicaraan 500, 1000 dan 2000 Hz, maka dapat dinyatakan normal pendengaranya. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hampir dari seluruh kelompok umur dan masa kerja pada hampir seluruh frekuensi rerata ambang dengarnya masih dibawah 30dB normal. Hal ini memberikan gambaran bahwa terpajan kebisingan dibawah NAB 85 dB tidak memberikan efek yang dapat menyebabkan kehilangan pendengaran menetap. Sedangkan kenaikan ambang dengar tersebut lebih dominan disebabkan karena umur presbycusis. Gambar 21. 4. Perubahan Ambang Dengar Menetap yang Diinduksi Oleh Kebisingan Berdasarkan lamanya Waktu Pemajanan AIHA, 1975 Penilaian Ambang Dengar Tenaga Kerja 301 PENILAIAN AMBANG DENGAR

21.5 Simpulan

Dari pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Rerata ambang dengar dB tenaga kerja yang terpajan kebisingan 85dBA lebih tinggi pada frekuensi rendah 500 dan 1000 Hz dan frekuensi tinggi 8000 Hz dari pada frekuensi 4000 Hz. 2. Kenaikan ambang dengar pada kelompok umur 46-50th lebih tinggi dari pada kelompok umur 31-40th dan 21-30th. 3. Kenaikan ambang dengar pada kelompok masa kerja 10th juga lebih tinggi dari pada kelompok masa kerja 6-10th dan 1-5th. 4. Terdapat hubungan yang kuat antara usia dengan masa kerja. 5. Kenaikan ambang dengar tenaga kerja tersebut disebabkan karena usiamasa kerja age deafness, dan bukan karena pemajanan kebisingan noise deafness. 6. Terpajan kebisingan dibawah 85 dBA untuk sementara tidak menyebabkan penurunan fungsi pendengaran secara menetap.

21.6 Kepustakaan

American Conference of Govermental Industrial Hygienists, 1995. Threshold Limit Values and Biological Exposure Indices, ACGIH, Cincinati, USA. American Industrial Hygiene Association, 1975. Industrial Noise Manual, 3rd ed., AIHA, USA. Dobie, R.A., 1995. Prvention of Noise-Induced Hearing Loss, Arch Otolaryngol Head Neck Surg, 121:385-391. Grandjean, E., 1983. Fitting the Task to the Man, 4 th ed. Taylor Francis Inc. London. p: 272-296. Patrick, E. et.al. 1990. Noise and Hearing Loss-Consensus Conference, Journal of The American Medical Association JAMA, 26323:3185-3190. Plakke, B.L. Dare, E., 1992. Occupational Hearing Loss in Farmers, Public Health Reports, 1072: 188-192. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 15, 1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di Tempat Kerja, Jakarta. Plog, B.A. 1995. Fundamentals of Industrial Hygiene, The National Safety Council, USA. p: 197-230. Pulat, B.M., 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. Hall International, Englewood Cliffs, New Jersey, USA. p: 214-222. Sanders, M.S. and McMormick, E.J., 1987. Human Factors In Engineering and Design, Sixth ed. McGraw-Hill Book Company. p: 456-483. Suwarno T. 2000. Kenaikan Ambang Dengar Akibat Usia Pada Tenaga Kerja Wanita. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. XXXIII1.: 3-10 Workplace Health and Safety Noise Advisory Standard, 1995. Department of Train- ing Industrial Relations, WHS, Queensland Goverment, Australia. p: 5-33.