Mengukur dan Mengenali Sumber Penyebab Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan Muskuloskeletal
125
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
Stevens1960 dan Snook Ciriello 1991 menjelaskan bahwa tingkat kekuatan seseorang dalam menerima beban kerja dapat diukur melalui perasaan
subjektif, dalam arti persepsi seseorang terhadap beban kerja dapat digunakan untuk mengukur efek kombinasi dari tekanan fisik dan tekanan biomekanik
akibat aktivitas kerja yang dilakukan. Selanjutnya hasil pengukuran biasanya ditampilkan dalam bentuk tabel yang memberikan informasi tentang batasan
berat beban yang masih mampu dipikul oleh pekerja seperti contoh dalam Tabel 9.1
Tabel 9.1 Tabel Psikofisik untuk Daya Dorong Maksimum
Jarak objek Jumlah
Daya dorong maksimum kg untuk dari lantai ke
pekerja jarak 15,2 m
tangan cm wanita
Satu kali dorong untuk setiap 6 det 12 det 1 mnt. 2 mnt 5 mnt 30 mnt 8 jam
90 5
6 6
7 7
8 10
75 7
8 9
10 11
11 14
89 50
9 11
13 13
14 15
19 25
12 14
16 16
18 19
24 10
14 17
19 19
21 23
28
Sumber : Waters Anderson 1996. Manual Material Handling.
Untuk metode tabel psikofisik ini, satu hal yang perlu diingat bahwa hasil pengukuran sangat tergantung dari persepsi perorangan dan sebagai
konsekuensinya, kemungkinan besar terjadi perbedaan antara persepsi yang satu dengan yang lainnya.
¾ Model Fisik
Salah satu penyebab timbulnya keluhan otot adalah karena kelelahan yang terjadi akibat beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, salah satu metode
untuk mengetahui sumber keluhan otot dapat dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur tingkat beban kerja. Tingkat beban kerja dapat diketahui
melalui indikator denyut nadi, konsumsi oksigen dan kapasitas paru-paru. Melalui indikator tingkat beban kerja inilah dapat diketahui tingkat resiko
terjadinya keluhan otot skeletal. Apabila beban kerja melebihi kapasitas kerja, maka resiko terjadinya keluhan otot akan semakin besar.
126
Keluhan Muskuloskeletal
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
¾ Pengukuran dengan Videotape
Analisis Videotape dilakukan dengan menggunakan video camera. Melalui video camera
dapat direkam setiap tahapan aktivitas kerja, selanjutnya hasil rekaman ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan analisis terhadap sumber
terjadinya keluhan otot. Pengukuran dengan videotape ini sangat mudah dilakukan dan hasilnya sangat mudah untuk dipahami. Namun bagaimanapun
video camera
mempunyai keterbatasan jangkauan. Untuk dapat merekam seluruh tahapan aktifitas kerja secara detail, diperlukan beberapa video camera yang
ditempatkan diberbagai sudut pandang. Oleh karena itu memerlukan biaya yang cukup mahal.
¾ Pengamatan Melalui Monitor
Alat monitor telah dikembangkan untuk
mengukur berbagai aspek dari aktivitas fisik yang meliputi
posisi, kecepatan dan percepatan gerakan. Sistem ini
terdiri dari sensor mekanik yang dipasang pada bagian-
bagian tubuh pekerja yang akan diukur seperti yang
terlihat pada Gambar 9.2
Selanjutnya melalui monitor dapat dilihat secara langsung
karakteristik dari perubahan gerak yang terjadi yang dapat
digunakan untuk mengestimasi resiko keluhan otot yang akan
terjadi serta sekaligus dapat dianalisis solusi ergonomik
yang tepat untuk mencegah terjadinya keluhan tersebut.
Selain metode pengukuran yang telah diuraikan di atas, metode pengukuran lain yang juga sering digunakan, yaitu pengukuran secara analitik Water Ander-
son, 1996a dan pengukuran dengan menggunakan Nordic Body Map Corlett, 1992.
Gambar 9.2 Lumbar Motion Monitor Sumber: Waters and Anderson, 1996a Manual
Materials Handling
Keluhan Muskuloskeletal
127
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
¾ Metode Analitik
Metode analitik ini direkomendasikan oleh NIOSH
untuk pekerjaan mengangkat. NIOSH memberikan cara sederhana
untuk mengestimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang
berlebihan overexertion atas dasar karakteristik pekerjaan, yaitu dengan
menghitung Recommended Weight Limit RWL dan Lifting Index LI. RWL
adalah berat beban yang masih aman untuk dikerjakan oleh pekerja
dalam waktu tertentu tanpa meningkatkan resiko gangguan sakit
pinggang low back pain Waters, Anderson, 1996b. RWL dihitung
berdasarkan enam variabel seperti yang terlihat pada Gambar 9.3
disamping ini.
Keterangan Gambar :
1. H : Jarak horizontal antara beban dengan pekerja Horizontal lo-
cation 2. V : Jarak vertikal antara lantai
dengan pegangan Vertical lo- cation
3. D : Jarak lintasan dari tempat awal ke tempat yang dituju Destina-
tion 4. A : Sudut putar pada saat memin-
dahkan beban Angle of Asymetric 5. F : Frekuensi dan durasi dari pe-
ngangkatan Frequency of lifting 6. C : Klasifikasi pegangan tangan
Coupling classification yang
dikategorikan kedalam 3 ting- kat yaitu Baik, Sedang dan
Kurang. Gambar 9.3 a Ilustrasi posisi tangan pada
saat mengangkat beban Sumber: Waters and Anderson, 1996b. Revised NIOSH
Lifting Equation
Gambar 9.3b Ilustrasi sudut putar pada saat memindahkan beban Sumber:
WatersAnderson, 1996b. Revised NIOSH Lifting Equation
128
Keluhan Muskuloskeletal
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
Berdasarkan enam variabel tersebut, maka dapat dihitung RWL dengan rumus sebagai berikut.
RWL = LC
×
HM
×
VM
×
DM
×
AM
×
FM
×
CM Di mana :
LC = load constant = 23 kg
HM = Horizontal multiplier = 25H VM = Vertical multiplier
= 1 - 0.003 V-75 DM = Distance multiplier
= 0.82 + 4.5D AM = Asymetric multiplier
= 1-0.0032A FM = Frequency multiplier
= lihat tabel 9.2 CM = Coupling multiplier
= lihat tabel 9.3 Tabel 9.2 Frequency Multipler
≥
0,2 1,00
1,00 0,95
0,95 0,85
0,85 0,5
0,97 0,97
0,92 0,92
0,81 0,81
1 0,94
0,94 0,88
0,88 0,75
0,75 2
0,91 0,91
0,84 0,84
0,65 0,65
3 0,88
0,88 0,79
0,79 0,55
0,55 4
0,84 0,84
0,72 0,72
0,45 0,45
5 0,80
0,80 0,60
0,60 0,35
0,35 6
0,75 0,75
0,50 0,50
0,27 0,27
7 0,70
0,70 0,42
0,42 0,22
0,22 8
0,60 0,60
0,35 0,35
0,18 0,18
9 0,52
0,52 0,26
0,26 0,00
0,15 10
0,45 0,45
0,00 0,23
0,00 0,13
11 0,41
0,41 0,00
0,21 0,00
0,00 12
0,37 0,37
0,00 0,00
0,00 0,00
13 0,00
0,34 0,00
0,00 0,00
0,00 14
0,00 0,31
0,00 0,00
0,00 0,00
15 0,00
0,28 0,00
0,00 0,00
0,00 15
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
a
untuk frequency angkatan kurang dari sekali per 5 menit, F = 0,2 liftmin.
b
diekspresikan dalam cm dan diukur dari permukaan lantai. Sumber : Waters Anderson 1996b. Revised NIOSH lifting Equation
Frequency
a
Liftsmin F
Lama Kerja Mengangkat
≤
1 jam V
b
75 V
75 V
75 V
≥
75 V
75 V
≥
75 1 dan
≤
2 jam 2 dan
≤
8 jam
Keluhan Muskuloskeletal
129
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
Tabel 9.3 Coupling Multipler Tipe Coupling
CM V 75 cm
V
≥
75 cm Baik Good
1,00 1,00
Sedang Fair 0,95
1,00 Jelek Poor
0,90 0,90
Sumber : Waters Anderson 1996b. Nios Litting Rivised Equation Lifting Index LI
adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera yang diakibatkan oleh overexertion. Berdasarkan berat beban dan nilai RWL, dapat
ditentukan besarnya LI dengan rumus sebagai berikut.
Aktivitas mengangkat dengan nilai LI 1 moderately stressful task, akan meningkatkan resiko terhadap keluhan sakit pinggang low back pain, oleh
karena itu, maka beban kerja harus didesain sedemikian rupa sehingga nilai LI
≤ 1. Untuk beban kerja dengan nilai LI 1, mengandung resiko keluhan
sakit pinggang, sedangkan untuk nilai LI 3 highly stressful task, sudah dapat dipastikan menyebabkan terjadinya overexertion Waters Anderson, 1996b
¾ Nordic Body Map NBM
Melalui NBM seperti pada Gambar 9.4 dapat diketahui bagian-bagian otot yang
mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman
agak sakit sampai sangat sakit Corlett, 1992.
Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh NBM seperti pada Gambar 9.4,
maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh
pekerja. Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung
subjektivitas yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka
sebaiknya pengukuran di lakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
kerja pre and post test. Gambar 9.4 Nordic Body Map Sumber:
Corlett, 1992. Static Muscle Loading and the Evaluation of Pasture
≤ Berat Beban
LI = 3.0
RWL
130
Keluhan Muskuloskeletal
KELELAHAN MUSKULOSKELET
AL
Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali sumber keluhan otot skeletal tersebut diatas, terlihat bahwa masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan menetapkan metode yang akan digunakan, hendaknya dikaji terlebih dahulu
karakteristik dari aktivitas kerja yang akan diukur, selanjutnya barulah ditetapkan metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja
yang ada.