Penilaian terhadap Hasil Wawancara dengan Karyawan

Pengujian Kualitas Udara 235 PENGUJIAN KU ALIT AS

16.5.3 Penilaian Faktor Fisik Lingkungan Kerja

1 Mikroklimat Tabel 16.2. Hasil Pengujian Mikroklimat No. Lokasi Pengukuran Ta Tb Tg ISBB RH V o C o C o C o C mdet 1. Ruang Accounting 24,9 20,9 25,0 22,1 69 0,09 2. Ruang Kas 24,4 20,5 26,7 22,4 73 0,12 Standar 22-26 21-24 - - 50-65 0,15-0,4 Keterangan: Ta: suhu kering; Tb: suhu basah; Tg: suhu radiasi; RH: relatif humidity kelembaban relatif; V : kecepatan gerak udara; ISBB: Indek Suhu Basah dan Bola Mikroklimat didefinisikan sebagai hasil perpaduan antara suhu udara, kelembaban, kecepatan udara dan panas radiasi Suma’mur, 1984. Untuk mendapatkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh semua karyawan, maka perpaduan dalam mikroklimat tersebut harus diatur sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi mikroklimat pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19-23 o C dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 mdet dan pada musim panas suhu ideal antara 22-24 o C dengan kecepatan udara antara 0,15-0,4 mdet serta kelembaban antara 40-60 sepanjang tahun WHO, 1976; Grandjen, 1983; WHS, 1992; Grantham, 1992 dan ACGIH, 1995,. Sedangkan untuk negara dengan dua musim seperti Indonesia, rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Menurut hasil penelitian PUSPERKES 1995, suhu nyaman di dalam ruang kerja untuk orang Indonesia adalah antara 22-26 °C. Dari hasil pengujian mikroklimat pada ruang kas dan accounting seperti pada tabel 3, suhu udara dalam kisaran ideal. Namun demikian kecepatan udara terlalu rendah, khususnya ruang accounting 0,09 mdet, sehingga sirkulasi udara kurang lancar dan menyebabkan ruangan terasa pengap. 2 Penilaian Intensitas Penerangan. Penerangan yang baik memungkinkan karyawan dapat melihat objek kerja secara jelas, cepat dan tanpa upaya yang dipaksakan Grandjean, 1993 dan Manuaba, 1998. Sifat dari penerangan yang baik antara lain ditentukan oleh pembagian luminansi dalam lapang pandang, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas yang ditimbulkan dari sumber cahaya Pulat, 1992; Sanders McCormick, 1987 dan Amrstrong, 1992. Pekerjaan utama pada kantor perbankan, khususnya pada ruang kas dan accounting adalah membaca, menulis, isnpeksi, menghitung uang dan 236 Pengujian Kualitas Udara PENGUJIAN KU ALIT AS meng gunakan komputer. Grandjean 1993 dan PMP NO.7 1964 merekomendasikan intensitas penerangan untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian seperti membaca, menulis dan mengoperasikan komputer sebaiknya mempunyai intensitas antara 300-500 lux. Tabel 16.3. Hasil Pengukuran Intensitas Penerangan. No. Lokasi Jenis Pekerjaan Warna Intensitas Standar Pengukuran Dinding Penerangan lux lux 1 Ruang Membaca, menulis, Dinding dari Accounting komputer, inspeksi triplek berwarna 69-152 coklat tua 2 Ruang Kas Membaca, menulis, Dinding dari komputer, menghi- triplek berwarna 71-181 tung uang coklat tua Pengukuran intensitas penerangan pada ruang kas dan accounting seperti disajikan pada tabel 4 tersebut. Pada ruang accounting, intensitas penerangan berkisar antara 69-152 lux. Sedangkan pada ruang kas berkisar antara 71-181 lux. Apabila hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan intensitas yang direkomendasikan, maka intensitas penerangan di kedua ruang kerja tersebut di bawah standar yang direkomendasikan. Rendahnya intensitas penerangan pada kedua ruang kerja tersebut disebabkan oleh cover lamps yang sudah kotor. Di samping itu jumlah dan daya lampu tidak sesuai dengan luas ruangan. Warna dinding ruangan yang dominan warna coklat tua juga mempengaruhi rendahnya intensitas penerangan pada ruang kerja tersebut. Untuk mengatasi kondisi tersebut, cover lamps harus dibersihkan secara reguler. Di samping itu, penambahan jumlah lampu perlu segera dilakukan, mengingat penyebaran cahaya pada ruang kerja tidak merata.

16.5.4 Penilaian Faktor Kimia Lingkungan Kerja.

Penggunaan AC-sentral pada bangunan gedung perkantoran menyebabkan udara dalam ruangan menjadi sirkulasi yang tertutup. Meskipun pengendalian suhu udara dapat dilakukan, tetapi terhadap kontaminasi udara seperti asap rokok, bahan pembersih dengan pelarut organik, mikro-organisme serta bahan pencemar dari luar ruangan kemungkinan dapat terakumulasi dalam ruangan. Kondisi tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi kondisi kesehatan penghuni ruangan. Kualitas udara dalam ruang kerja perkantoran secara keseluruhan ditentukan dari sistem ventilasi yang digunakan. Dari hasil pengujian faktor kimia lingkungan kerja tabel 16.4 mengindikasikan bahwa sistem ventilasi yang ada di Kantor Bank ‘X’ kurang memenuhi syarat. 300-500 Pengujian Kualitas Udara 237 PENGUJIAN KU ALIT AS Tabel 16.4. Hasil Pengukuran Kontaminasi Udara dalam Ruang Kerja No. Lokasi SO 2 NOx Ox CO CO 2 O 2 Debu Pengukuran ppm ppm ppm ppm ppm µ gm 3 1 Ruang Accounting 0,6 0,16 0,0977 5 950 19 754 2 Ruang Kas 0,8 0,5 0,0550 6,5 1200 19 809 Standar 2 3 0,1 10 1000 19,5 90 Defisiensi sistem ventilasi tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen O 2 pada ruang accounting dan kas 19. NIOSH 1984 merekomendasikan kadar minimum O 2 dalam confined space adalah 19,5. Sedangkan karbon dioksida CO 2 merupakan produk sisa pernapasan. Meskipun gas tersebut tidak termasuk polutan, namun dapat mempengaruhi kenyamanan penghuni gedung. Kadar CO 2 dalam suatu ruangan merupakan indikasi yang tepat untuk mengetahui efektivitas sistem ventilasi. ASHRAE 1989 merekomendasikan maksimum kadar CO 2 untuk ruang kerja perkantoran adalah 1000 ppm. Hasil pengukuran kadar CO 2 pada ruang kas adalah 1200 ppm dan pada ruang accounting 950 ppm. Kadar CO 2 pada ruang kas telah melampaui standar yang diperkenankan, sedangkan pada ruang accounting juga telah mendekati kadar tertinggi dari yang diperkenankan untuk ruang kerja perkantoran Kondisi tersebut disebabkan karena pengatur ventilasi yang digunakan adalah AC sentral, dimana suplai udara segar adalah udara sirkulasi, sehingga semakin lama suplai udara digunakan maka kadar O 2 semakin berkurang dan kadar CO 2 semakin tinggi. Kadar O 2 yang rendah dan kadar CO 2 yang cukup tinggi tersebut menyebabkan ruangan terasa pengab. Hill, et.al. 1992 melaporkan bahwa gejala Sick Building Syndrome SBS dapat muncul pada konsentrasi CO 2 sebesar 600 ppm Bahan-bahan pencemar udara dalam ruangan ber-AC meliputi bahan pencemar biologis virus, bakteri dan jamur, volatile organic compounds cat, pembersih, kosmetik, bahan bangunan, dll, combustion products CO, NO 2 , SO 2 dan partikel debu. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pencemaran CO, NO 2 , SO 2 , Ox dan partikel debu. Sumber pencemaran CO dalam ruang kas dan accounting terutama disebabkan dari asap rokok dalam ruang kerja dan kemungkinan juga berasal dari udara luar yang bersumber dari polusi kendaraan bermotor. Hasil pengukuran kadar CO pada ruang accounting adalah 5 ppm dan pada ruang kas adalah 6,5 ppm.. Standar untuk kadar gas CO di ruang kerja perkantoran adalah 10 ppm untuk 8 jam kerja WHO, 1976; SAA, 1980. Sehingga apabila kita bandingkan antara hasil pengukuran dan